18. Anemone

3.1K 400 12
                                    

happy monday, happy reading..

-Anemone symbolizes forsaken and forgotten love-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Anemone symbolizes forsaken and forgotten love-

*****

Awan POV.

Senja adalah Edelweiss.

Aku terdiam kaku, melihat kenyataan di depanku, melihat sebuah payung berwarna biru yang saat ini dipegang oleh Senja erat. "Edelweiss?" panggilku parau, pelan hampir tidak terdengar. Kata-kata yang aku tujukan untuk diriku sendiri.

Senja, yang sudah akan berjalan pergi, tiba-tiba menolehkan kepalanya, melihatku dengan pandangan penuh tanda tanya. "Apa? Bapak panggil saya barusan?"

Aku tersentak mendengar pertanyaannya, menggeleng lemah, dan tersenyum. "Tidak, tidak ada apa-apa. Kamu pulanglah sekarang, hati-hati. Senja, jangan hilangkan payungnya."

Seulas senyuman muncul di bibir Senja, matanya menyipit, sementara tangan mungilnya memegang erat pegangan payung, seakan dia takut kehilangan benda itu. "Iya Pak. Saya pamit ya."

Setelah itu dia berbalik dan keluar dari halaman rumah. Langkah kecilnya menyibak genangan air di permukaan jalan, menimbulkan bunyi kecipak yang menyenangkan. Semakin jauh dia melangkah, semakin kecil juga sosoknya di mataku. Sampai akhirnya tubuh mungil itu menghilang di tengah derasnya hujan, kabur dan tak jelas.

Aku menatap sosoknya sampai menghilang, untuk kemudian berbalik, dan menutup pintu depan rumahku.

*****

Senja kembali datang ke rumah untuk bekerja keesokan harinya. Mukanya ceria, tanpa beban, seakan tanpa pikiran apa-apa. Dia kembali menjadi seseorang yang datang ke rumahku untuk mengurus kami, aku dan rumahku tentunya.

Sepertinya dia tidak menyadari kalau aku sudah mengetahui bahwa dia adalah Edelweiss. Bahkan hari ini pun aku tetap melihat dia membawa payung biru itu. Apakah dia tidak sadar kalau payung itu pemberianku? Apakah dia tidak menganggap payung itu penting? Kenapa dia harus berbohong? Kenapa dia tidak jujur padaku dari awal, dan bilang kalau dia adalah Edelweiss? 

Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan dialah yang sudah melupakan aku?

Astaga, aku harus benar-benar berhenti memikirkan Senja ataupun Edelweiss. Seakan beban hidupku belum berat saja, masih ada Kanaya yang harus kupikirkan, dan tentu saja jadwal operasi serta kepindahanku ke Inggris segera setelah operasi. Fokus Awan!

Aku keluar dari dalam kamar menggunakan kursi roda, bermaksud untuk pergi ke taman belakang, seperti biasa. Aku mengayuh pelan roda, dan merasakan pergerakan kursi ke arah tujuanku, sampai akhirnya aku berhenti di dekat dapur. Ada Senja di sana.

Senja duduk di tengah island (Re: meja tengah dapur yang tertanam di lantai), sedang membaca salah satu buku milik Air. Aku melihat sebuah buku terbuka lebar di atas island itu. Jari-jemari Senja menyusuri kata demi kata yang tertuang, sementara kepalanya tertunduk seakan melekat di atas buku.

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang