13. Hyacinth

3.3K 405 18
                                    

Monday night, happy reading my friends.. *loveyou

don't forget to push the little star, and leave me sweet comments.. *missyouall

-Hyacinth simbolizes royalty, spirituality, sorrow, and occasionally forgiveness-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Hyacinth simbolizes royalty, spirituality, sorrow, and occasionally forgiveness-

*****

Awan POV.

"Kanaya. Akhirnya kamu ngasih kabar juga."

"Maaf ya Awan. Aku baru sempat menelepon kamu, aku sibuk banget di sini."

"Sesibuk apa pun, tetap kabari aku Kanaya."

"Iya Awan."

"Aku khawatir, apalagi di sana kamu sendirian kan?"

"Iya, maaf ya."

~~~"Kanaya, let's go Babe. We'll be late for the movie. Babe, come on!" 

"W-wait a minute Ben."~~~

"Ben? Siapa itu?"

"Oh itu t-teman apartemenku. Kami mau nyari makan dulu, i-iya kami cuma mau makan malam aja."

"Oke."

"Awan?"

"Pergilah Kanaya, teman kamu sudah menunggu. Nanti kamu kelaparan."

"Aku pergi dulu ya Awan. I miss you."

"I am too."

Aku menarik napas panjang setelah menutup telepon dari Kanaya. Siapa laki-laki yang memanggilnya tadi? Ben? Siapa Ben?

Aku menutup mataku lelah, semua ini membuatku lelah. Keadaanku, keadaan Kanaya, keadaan kami berdua. Jujur aku bukan seseorang yang nyaman pada segala hal yang kompleks, aku lebih suka sesuatu yang sederhana. Jadi ketika dihadapkan pada situasi seperti ini, situasi yang membuatku harus banyak berfikir, situasi yang membuatku tidak berdaya, aku merasa capek. Aku hanya ingin ketenangan, aku hanya ingin hidup dengan tenang.

Kanaya. Namanya Kanaya Anggita. Pacarku.

Aku mengenalnya sebagai adik kelas pada saat SMA dulu. Kami berbeda dua tahun, ketika aku kelas tiga, Kanaya masih duduk di kelas satu SMA. Dari dulu Kanaya sudah menjadi buah bibir di sekolah, anak baru di sekolahku yang cantik, artis, model dari beberapa produk, dan lain-lain. Ya, dia cukup terkenal di sekolahku, waktu itu.

Jujur aku tidak terlalu memperhatikannya. Sebagai murid kelas 3, aku disibukkan dengan pelajaran dan kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Sehingga dia hanya menjadi salah satu adik kelas, yang lebih terkenal dibanding yang lain, hanya itu, tidak lebih. Tidak ada keinginan untuk mengenalnya lebih lanjut.

Sampai pada suatu saat, semester kedua kelas tiga SMA baru saja dimulai, dia menghampiriku yang sedang duduk sendiri di depan kelas.

"Kenalin Kak, nama aku Kanaya. Panggil aja Naya ya."

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang