Bab 1, Perfect Acquisition

541 39 27
                                    

BRAK

Pintu terbuka tanpa ketukan sebelumnya. Mengantar masuk seorang pemuda yang berjalan gagah tapi cukup santai ke arah meja kerja besar di tengah ruangan. Seorang lelaki tua yang sedang menekuri sebuah berkas tentu terlonjak terkejut kedatangan tamu tanpa perjanjian sebelumnya.

Siapa mereka?

Berani-beraninya masuk tanpa izin tanpa janji ke ruang kerja Prabu Boko

Baru saja lelaki tua itu membuka mulut hendak protes, lelaki muda itu sudah berdiri pongah di sisi lain mejanya. Sepuluh orang pengawal berdiri di sekitar mereka. Sepuluh pria tegap berwajah tanpa ekspresi sedatar papan dengan jas resmi yang jelas bukan buatan penjahit sembarang.

Sebelas lelaki yang membuat lelaki paruh baya itu mendelik sempurna. Dia masih berusaha meredakan keterkejutannya ketika lelaki muda itu melempar sebuah berkas yang meluncur indah di meja sampai akhirnya berkas itu berhenti tepat di hadapannya. Dengan senyum miring dan anggukan tipis lelaki muda itu menyuruh Prabu Boko membaca berkas yang dia berikan.

Meski masih marah, enggan mengikuti perintag tamu kurang ajar, tapi rasa penasaran membuatnya bergerak meraih berkas. Lalu membaca perlahan. Isinya membuat dunianya runtuh.

“Sudah selesai baca, Pak Tua?”

Prabu Boko menggeretakkan gigi. Keringat dingin mengucur deras.

“Sekarang, semua milikmu jadi milikku. Silakan berkemas, Pak Tua. Waktumu tak banyak.”

“Kurang ajar!” Prabu Boko menggeram marah.

“Masa depan milik anak muda, bukan lelaki tua sepertimu, Pak Tua.” Usai mengatakan closing statement, lelaki muda itu membalik badan, lalu langsung pergi. Langkahnya diikuti sepuluh pengawal. Dia meninggalkan Prabu Boko yang masih marah dan tak percaya.

Sementara itu, si lelaki muda berjalan santai melintasi lobby. Di depan gedung itu sudah berkerumun pewarta yang haus berita. Dia berhenti tepat di ambang pintu. Kesepuluh pengawal langsung mengatur formasi yang jika terlihat di foto atau video akan sangat mengintimidasi.

“Well, berita apa yang kalian mau?” tanyanya santai. Pewarta berlomba-lomba bertanya. Tapi percayalah, dia tidak mendengar. Karena dia tahu apa yang akan dia sampaikan sesudah pertanyaan retoris itu.

“Boko Holding Company sudah tidak ada. Bondowoso Group mengambil alih semuanya. Akuisisi sempurna.”

Selesai mengucapkan itu, tak menunggu lagi, dia kembali berjalan. Sepuluh pengawalnya membuka kerumunan pewarta yang menghalangi jalan. Di depan, sebuah mobil sudah bersiap. Pemuda itu menghilang ke dalam mobil yang begitu pintunya tertutup pengemudi langsung melepas pedal rem.

Di dalam mobil dia duduk lalu mengambil ponsel. Jarinya langsung menekan sebuah aplikasi portal berita online ghibahMedia yang tag line-nya ‘Memberitakan di detik pertama’. Benar. Berita yang tadi dia buat sudah ada di sana. Baru berupa breaking news. Belum ada rincian. Hanya video singkat dirinya mengatakan sebaris kalimat tadi. Senyum miring kembali menghiasi bibirnya.

“Prambanan Place. Gue lapar.” Dia mengatakan tujuannya pada pengemudi.

Tujuannya adalah pusat perbelanjaan termegah di negara ini—Republik Prambanan—yang baru saja menjadi miliknya.

Sebenarnya, yang dia incar adalah Boko Property and Infrastucture yang akan dia gabung dengan Bondowoso Construction. Tapi ternyata, rencananya akan lebih baik, berguna, dan lebih mudah dijalankan jika seinduk-induknya dia kuasai.

Dia turun diiringi pengawal yang turun dari tiga mobil lain dan langsung membentuk formasi pengawalan. Tapi satu jentikan tangan membubarkan formasi itu. Pengawal menghilang. Dia berjalan santai memasuki gedung.

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now