SEGERA dia memerintahkan staf rumah tangga membersihkan rumah yang memang selalu bersih. Tak lupa dia mengabarkan PA soal ini. Dia menawarkan diri untuk datang ke sana menjadi pengamat. Bond menolak. Dia akan menjadi dirinya apa adanya di hadapan RJ.
Kali ini Bond tidak memasak. Dia menunggu RJ di gazebo yang kali ini atapnya terbuka. Dengan sekantung kacang kenari dia memancing Koko dan Kiki datang ke gazebo. Dan berhasil. Ketika RJ datang, Koko sedang berkeliaran di badannya sedangkan Kiki asyik menggigiti kenari di telapak Bond sambil digelitiki.
"Sudah mulai baby showers-nya?" sapa RJ ketika melihat mereka bertiga asyik bermain.
"Nih, lagi." Bond memberikan lagi kenari pada Kiki. "Bumil bawaannya ngemil mulu nih."
"Hallo, Kiki." RJ mengelus Kiki, "Nice to meet you here."
"Mana kadonya?" tagih Bond. RJ menyerahkan bawaannya. Sekantung kacang kenari.
"Tuh, Ki. Cemilan lu banyak." Bond menunjukkan kantung itu. Tapi Kiki kadung akrab dengan RJ. Dia duduk dipangkuan tamunya, kekenyangan. Bond diam, hanya menatap RJ yang menggaruk lembut Kiki.
"I was a fool, R."
"Gue tau." RJ menarik napas panjang.
"Tapi kenapa secepat ini kalian mau ngeresmiinnya?"
RJ menarik napas lebih panjang. "Terakhir gue tanya soal itu waktu gue konfirmasi omongan lu. Katanya terserah gue aja. Kapan gue mau, dia siap. Tapi kemarin mendadak dia maksa harus sekarang. Dan bokap gue ngedukung banget karena Rad janji balikin semua punya bokap yang lu ambil. Dan begitu bokap setuju dipercepat, Rad langsung kasih semua berkas ke bokap. Gue bisa apa? Gue nggak bisa nolak."
"Shit!" Bond memaki. "Bego gue bikin semua bubar."
Berkas itu berputar dari Prabu Boko, ke Bond, ke Rad, lalu kembali ke Prabu Boko. Entah akan ke mana lagi nanti. Seandainya...
"Kenapa dulu lu ngambil punya bokap gue?"
"Bokap lu kalau dibiarin, rusak semua hutan. Dia ngebangun pakai Amdal bodong. Daripada gue laporin, mending gue ambil." Bond kembali menggigiti buku jari ibu jari tangannya yang terkepal. "Kemarin juga Rad gue tekan pakai kasus serupa. Kalau nggak demi ngerebut lu, gue bakal ambil juga perusahaannya kayak bokap lu."
"Rad kasus apa?"
"Burj de Prambans."
Diam.
"R...." panggil Bond.
"Ya?"
"Tadi lu bilang, lu nggak bisa nolak. Jadi aslinya lu masih mau mundur dulu?" RJ menarik napas lagi lalu diam. Diamnya membuat Bond kembali bersuara. "Kenapa?"
"Gue pikir, gue baik-baik aja sama pertunangan itu. Gue pikir, gue bisa jalanin aja. Tapi makin ke sini, kok gue makin yakin kalau gue nggak ada feel sama dia."
"Apa dulu waktu ditunangin ada feel?"
RJ menggeleng. "Gue cuma ngejalanin aja. Seperti bonyok gue, seperti nenek gue. Gue pikir ya memang harus begitu. Nanti juga gue suka. Witing tresno jalaran soko kulino."
Jeda.
"Tapi ternyata makin lama gue makin flat ke dia. Belum juga nikah, gue sudah rasa bosan kalau ketemu dia."
"Sejak kapan lu rasa begitu?"
RJ menoleh, menatap langsung ke mata Bond.
"Sejak kenal lu." Dia mengedikkan dagunya. "Gue ngerasa lebih bebas sama lu. Ketawa terus. Dari awal lu sudah santai aja ngomong gue-lu. Celetak celetuk. Mana bisa gue ngomong gini di rumah. Habis mulut gue dicabein. Jadi menak tuh capek. Banyak aturan. Ya banyak enaknya sih. Tapi sesekali gue juga pengin santai aja. Dan gue bisa santai kalau sama lu."
YOU ARE READING
Manusia Bodoh [16+ End]
RomanceTell me then, does love make me a fool or do only fools fall in love? -Orhan Pamuk- *** APA jadinya jika kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ditarik ke era milenial? Bond--Bandung Bondowoso--baru saja mengakuisisi holding milik Prabu Boko sa...