PA dan pengawal pribadinya stand by sesuai perintah Bond di depan pintu masuk. Begitu Bond melewati pintu, dia hanya mengedikkan bahu. Sang PA yang stand by langsung berlari masuk ke mobil. Menyusul Bond masuk ke mobil yang sama. Pintu mobilnya bahkan belum tertutup sempurna ketika dia berkata.
"Kumpulkan seribu SHM kita di Prambanan. 24 jam dari sekarang."
PA tersentak. Tak bisa berkata 'consider its done, Sir' karena dia harus menghitung properti milik bosnya terlebih dahulu. Dengan hitungan kasarnya, si Pi-ay sepertinya menuju ke ciri-ciri ke Pe-A. Pendek akal. Properti Bond di Prambanan tidak mencapai angka itu.
Mobil terus meluncur mulus di tengah malam.
"Bikin list properti gue di Prambanan. Tabel data lengkap."
"Boss, saya ragu list-nya sampai angka seribu." Jemari sang PA sudah lincah bermain di keyboard dan mouse. "Mana surat perjanjiannya?" Dia sudah mendengar rekaman percakapan.
"Kan lu dengar syarat terakhir apa. Dia nggak izinin gue pegang. Tapi intinya cuma itu. Gue harus serahin SHM bangunan yang gue bangun di Prambanan dalam waktu 24 jam. Makanya dia tadi bikin janji tengah malam."
"Yakin ya, bangunan yang Bondowoso Construction bangun? Nama di SHM boleh beda kan?"
"Yakin. Klausa pertama bangunan di Prambanan yang gue bangun." PA mengetik cepat. "Klausa kedua, SHM sebagai bukti. Klausa ketiga. Besok jam 23.59 sudah diserahkan semua."
"Noted. SHM sebagai bukti kepemilikan aja. Untuk bukti siapa yang bangun bisa pakai surat lain." PA menegaskan isi perjanjian yang tidak pernah dia lihat apalagi dia baca.
"Yeps." Bond mengangguk yakin. Sangat puas dengan ingatannya dan puas pada daya tangkap PA-nya. "Jadi kalau yang pure punya gue kurang. Lu cari bangunan lain yang pernah gue bangun. Segera akuisisi. Budget no limit."
"Boss, yang masih atas nama Boko mau dihitung juga nggak?"
"Hitung aja semua. Biar yang harus kita akuisisi nggak terlalu banyak." Bond bisa menghitung jumlah asset atas nama Boko Property dan Infrastucture. "Gue curiga, punya calon mertuanya itu yang dia incar makanya bikin persyaratan seperti itu. Eh, calon mantan mertua. Eh, mantan calon mertua."
"86. Nanti bisa kita atur reakuisisi."
"Good, Girls."
"Dia mau anak gadisnya Boko sekalian hartanya, yes?"
"Yes. Dasar bagundung!" maki Bond.
"Same with you, Sir." Si PA memutar matanya.
Bond terbahak.
"At least gue nggak ngincer asetnya sebagai materi."
Sang PA tersenyum, dia tahu alasan bosnya mengakuisisi nyaris semua milik Prabu Boko. Calon mertuanya, wannabe.
***
Hari itu adalah hari yang sibuk bagi Bond dan staf pribadinya. Terutama sang PA. Dia yakin, 24 jam ke depan dia tidak punya waktu untuk tidur. Tapi Bond adalah bos yang baik. Setiap pengorbanan pasti ada hasil.
Aset Bond di Prambanan tentu tidak sampai di angka seribu. PA harus membuka bank data untuk mengetahui bangunan apa saja yang bisa segera dibeli. Dan waktu yang hanya 24 jam, membuat dia memberi kode PBG-CoC, Proyek Bond Gila-Cinta oh Cinta, di semua file. Bond hanya terkekeh membaca nama proyeknya kali ini. Bond bahkan turun tangan langsung mendatangi pemilik bangunan. Menawarkan harga tinggi, menawarkan tukar guling, dlsb. Bukan Bond namanya kalau tidak nekat. Tak usah pikirkan berapa banyak uang yang keluar di hari itu. Mendadak banyak orang kaya baru. Bond hanya menyebutnya sebagai distribusi kekayaan untuk keseimbangan ekonomi.
YOU ARE READING
Manusia Bodoh [16+ End]
Storie d'amoreTell me then, does love make me a fool or do only fools fall in love? -Orhan Pamuk- *** APA jadinya jika kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ditarik ke era milenial? Bond--Bandung Bondowoso--baru saja mengakuisisi holding milik Prabu Boko sa...