Bab 8, Kencan pertama.

82 21 0
                                    

AKHIR pekan yang menjemukan. Mem-BT-kan. Bond yang biasanya menyambut matahari di luar kali ini membiarkan matahari menjemput harinya di kamar. Dia membuka dinding kamarnya, membuat matahari bebas masuk. Seluruh ruangan penuh matahari. Nyaris sejam dia bermalas-malasan, sebelum akhirnya berhasil memaksa dirinya yang masih malas untuk bangun.

Setelah sarapan ditemani kopi dan berita online juga suara TV akhirnya dia menemukan kegiatan lain. Entah menemukan atau melanjutkan rencananya kemarin.

Memasak.

Jika RJ memenuhi undangannya, dia memang harus memasak. Tapi sampai sekarang—dia melirik lagi ponselnya di meja counter—pesannya masih belum terbalas.

Huh!

Sambil menggerutu dia memilih mandi. Sementara pelayan menyiapkan bahan dasar. Dari membersihkan sampai merajang. Bahkan mengupas dan menghaluskan bumbu. Semua Bond yang tentukan. Ketika dia kembali ke dapur, bahan sudah siap pakai. Mempersiapkan bahan adalah bagian yang dia tidak suka dari memasak. Entah apa bisa disebut memasak jika tinggal mencampur dan memanaskan saja.

Saat itulah ponselnya berdenting. Meski nyaris tanpa harapan, tetap dia buka pesan itu.

RJ : Share loc. Gue otw.

Astaga!

Bukannya mengerjakan permintaan RJ dia malah berdiri di depan tungku sambil melihat pesan itu dengan wajah bodoh. Bond tahu, pertanyaan itu hanya cara RJ mengatakan akan datang. Lokasi rumahnya sendiri tentu sangat mudah dilacak supirnya.

RJ : Hello...

RJ : Is it me you looking for?

RJ : I can see it in your eyes

RJ : I can see it in your smile

Mendengar ponselnya berdenting-denting, tergagap Bond mengirim lokasinya.

B. Bondowoso : Sorry, lagi di dapur, nggak bisa gercep.

RJ : Kirain gue bakal ngetik Lionel Richie full satu lagu nunggu reply lu

Bond tersenyum miring. Gue nggak bohong kan?

Kejutan yang menyenangkan di pagi yang membahagiakan. Bond memasak dengan hati riang.

***

Mobil yang RJ tumpangi sudah sampai di depan sebuah pagar kayu tinggi yang langsung terbuka begitu mereka sampai. Mobil meluncur mulus masuk ke halaman. Tapi tidak terlihat bangunan sama sekali sampai beberapa lama. Lalu, ketika berbelok, bangunan itu baru terlihat. Kalau ini rumah Bond, ini tidak seperti bayangannya. Seorang pengusaha muda yang sukses dalam bayangannya tinggal di rumah sekelas Antilla.

Pintu terbuka dan sebuah tangan terjulur menyambutnya. RJ meraih tangan itu sebagai pegangan.

"Welcome home, R," sambut Bond sambil tersenyum dan tangan kirinya menepuk lembut tangan halus di tangan kanannya.

RJ hanya tersenyum. Matanya berkeliling menatap ruangan yang dia masuki.

"Mau tour sekarang?" tawar Bond. RJ menggeleng. "Nanti aja ya, habis makan," saran Bond. RJ mengedikkan bahunya.

Sepertinya rumah ini tidak terlalu besar, pikir RJ dalam hati. Ruangan yang dia masuki saling terhubung dengan langit-langit super tinggi dan pintu-pintu perancis hingga bisa disebut tanpa dinding. Termasuk kaca setinggi dinding.

Bond mengarahkan RJ ke dapur yang ternyata berlangit-langit normal. Di meja counter beberapa bahan dasar masih terhampar. Bond langsung memakai apron lalu membantu RJ memakai apron. Bond terdiam melihat RJ mengepang rambutnya.

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now