Bab 9, Namaku Koko.

88 23 12
                                    

RJ langsung tahu, itu kamar Bond. Sebuah ranjang bersandar di dinding yang lagi-lagi menghadap ke dinding terbuka. Kali ini RJ yakin dinding kaca bisa tiba-tiba bergeser entah dari mana menutup sisi itu. Tidak ada yang istimewa dari interior ruangan itu. Lantai yang juga berlapis parket membuat suasana semakin natural. Ada dua pintu yang RJ yakini sebagai pintu kamar mandi dan walk in closet—tak ada lemari di ruangan ini. Lalu sebuah meja kerja kecil dan kursinya di sudut dekat dinding terbuka. Sebuah keset terpasang di lantai parket di sepanjang sisi terbuka. Sepasang nakas di dua sisi ranjang. Sudah. Ruang ini tidak terlalu besar. Memanjang dengan panjang tujuh meter dan lebar empat meter.

Yang istimewa adalah sisi terbuka itu langsung berhadapan dengan kolam besar tanpa jeda. Seakan ruangan ini mengambang di atas kolam.

"Iya sih. Lu nggak butuh TV di sini. Pemandangannya sudah bagus banget."

Lagi-lagi Bond mengetuk ponselnya, dan sebuah TV layar datar meluncur mulus dari atas, menggantung di sisi terbuka.

RJ menghela napas. "Seharusnya gue sudah duga, lu ngumpetin TV di entah-di-mana." Bibirnya mengerucut mencucu merengut. Membuat Bond gemas. "Sudah, naikin lagi TV nya. Merusak pemandangan aja." Bond langsung mengerjakan titah itu. RJ berdiri di tengah ruang menatap ke arah kolam. Di sisi kolam yang lain nyaris seperti hutan. Begitu banyak pohon besar dan perdu.

Dengan matanya Bond mengajak RJ duduk di tepi lantai yang menjadi tepi kolam. Sebuah handuk yang dia sambar dari ujung ranjang dia letakkan di sisinya. Ketika RJ duduk di lantai parket, Bond menepuk sisi di sampingnya agar RJ turun, duduk di lantai kaca di atas kolam. Duduk di lantai kaca seperti mengapung di air. RJ mengikuti jejak Bond memasukkan kakinya ke kolam setelah sebelumnya menggulung celananya sampai ke lutut. Darah Bond terkesiap melihat tungkai seindah itu hanya sejengkal dari tangannya.

"Pantes lu pakai celana puntung ye," ucap RJ yang dibalas Bond dengan menaik turunkan alisnya.

"Apa kalau gue kasih tau, lu bakal pakai bikini ke sini? Auch..." Sebuah cubitan sampai di bahunya, spontan dia mengelus bekas cubitan itu. Sakit. Tapi niq'mad.

"Jadi ini kamar mandi lu?" ucap RJ berpura-pura mencari sesuatu, melongok ke sudut-sudut.

Bond mengedikkan bahunya. "Yeps. Kalau mau kencing juga tinggal buka celana. Auch..." Sakit, tapi niq'mad. "Nyari apa sih?" tanya Bond ketika melihat RJ masih berpura-pura.

"Toiletries lah. Katanya lu mandi di sini."

"Lu mau mandi?" Bond mengambil ponselnya lagi. RJ langsung menahan tangan itu. Dia tidak mau tiba-tiba satu set toiletries tiba-tiba muncul entah dari sisi mana.

"Nggak, makasih deh, jangan lebay." Jawaban yang membuat Bond terkekeh.

"Nggak tau namanya mandi apa bukan, tapi anggap aja gue main air di sini. Pakai sabun tetap di kamar mandi, termasuk main sabun." Belum sempat RJ mencubit sambil memaki untuk kalimat terakhir itu, Bond sudah mengetuk ponselnya lagi. Tanpa suara lantai kaca yang mereka duduki bergeser sangat halus ke tengah kolam. Gerak lantai berhenti ketika Bond mengetuk lagi layar ponselnya.

"Nah, mandi deh. Nih gue sudah siapin handuk." Bond menepuk handuk di sisi lain duduknya. Membuat RJ mendelik dan Bond menaikkan sebelah alisnya. "Jangan pakai sabun di sini, rusak lah air kolamnya."

"Lu serius bawa handuk buat nyebur?"

"Lu mau nyebur apa nggak, tetap butuh handuk."

"Buat?"

"Nanti aja."

RJ mendengus kesal dengan ucapan itu. Entah apa lagi kejutan dari rumah ini. Lalu dia diam. Termasuk ketika Bond mengetuk ponselnya lalu lantai kaca di bagian belakang menekuk menjadi sandaran. Bond langsung bersandar santai.

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now