Bab 3, Dua Pejantan

127 27 3
                                    

SESUAI appointment yang PA buat, Bond kembali melintasi batas negara menuju Republik Prambanan keesokan harinya.

Kali ini untuk menunjukkan kelasnya, dia menambah jumlah pengawalnya dua kali lipat. Keluar dari mobil, dia berdiri sejenak menatap ke dalam menembus pintu kaca sementara pengawal menyusun formasi. Lalu dia berjalan mantap melewati pintu diiringii pengawalnya. Pengawalan yang berkurang sedikit demi sedikit sepanjang menuju ruang janji temu. Sampai akhirnya sisa lima orang di depan pintu masuk dan tiga orang tetap mendampinginya melewati pintu ketika petugas membukakan mereka pintu yang langsung bertemu dengan Rad.

Rad tahu siapa tamunya, dan bagaimana style-nya. Dengan pengetahuannya itu, ketika mendengar derit pintu, dia tetap menekuri berkasnya.

"Silakan duduk," ucapnya sebagai kata sambutan. Tentu Bond tidak duduk. Dia berdiri di tengah ruang menatap lurus ke dinding kaca di sepanjang sisi belakang Rad.

Dia akan berdiri menunggu tuan rumahnya selesai. Begitu caranya menandai teritori.

Sampai akhirnya Rad jengah sendiri, akhirnya dia mengalah, menutup sebuah map tanda dia sudah selesai. Mendongak, dia menatap lurus ke arah tamunya yang masih menatap dinding di belakangnya. Rad berdiri lalu berjalan ke depan meja kerja, bersandar di sana sambil menyilangkan kaki, mengganggu fokus Bond.

Bond teralihkan.

"Can I help you, Sir?" Rad berbasa-basi.

"Gue mau nikahin tunangan lu." Tapi Bond tidak kenal basa-basi.

Jawaban yang membuat Rad tersedak ludahnya sendiri tapi dia cepat bisa menguasai dirinya.

"Apa harta bokapnya masih kurang sampai anaknya juga mau lu akuisisi juga?"

"RJ lebih berharga daripada harta Boko. Sebut syaratnya, I'll take it."

"Ck." Rad mencebik. "Lu pikir bisa segampang itu minta tunangan orang?" Senyum sinis di bibirnya menunjukkan kekesalalan tingkat tinggi.

"Karena itu maka sebutlah syarat yang berat." Bond tetap di rel yang sudah dia buat.

Rad mendengus satu kali sambil memiringkan bibirnya.

"Nggak ada syarat apa pun, Mr. Bond." Suaranya datar dan tenang.

"Bagus kalau begitu."

"Karena gue nggak akan ngelepas RJ."

Bond tersentak. Meski tetap berusaha memasang wajah datar, tapi sentakan kecil tetap terlihat dari gerak samar di dagunya.

Ini justru lebih sulit dari syarat terberat apa pun.

"Apa urusan sudah selesai? Kerjaan gue masih banyak." Ucapan yang membuat Bond kembali berpikir.

"Kalau begitu, gue pepet aja RJ. And you got nothing from me."

Kali ini ganti Rad yang tersentak, dan Bond bisa melihat meski Rad bisa menahan ekspresinya.

Dia mendengus. "Lu pikir RJ cewek murahan yang bisa segampang itu lu ambil."

"Gue tahu RJ bukan cewek gampangan. But I'll make her choose me."

"We'll see."

"Dan sepanjang melihat itu, tawaran gue tetap berlaku. In case lu berubah pikiran."

Lagi-lagi Rad mendengus. Tapi Bond kadung membalik badan dan langsung pergi. Diikuti pengawalnya yang kembali lengkap ketika dia meninggalkan gedung.

***

"Ke RJ," ujarnya singkat ketika sudah di dalam mobil. Pengawal yang duduk di depan langsung menghubungi tim RJ menanyakan TKP. Dan tanpa kata-kata lain, mobil meluncur mulus.

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now