DI sinilah dia sekarang. Berjalan di gedung yang sama yang hampir dua bulan lalu dia tinggalkan. Kembali, dia menjadi pria dingin yang berjalan diiringi puluhan pengawal. Sampai kembali sisa tiga pengawal yang mendampinginya di ruangan itu.
"Apalagi, Bond? Masih urusan yang sama?" Rad tetap menekuri berkasnya, mencoret-coret sesuatu di sana, mengabaikan Bond yang berdiri di tengah ruang. Meski dia mengiyakan janji temunya dengan Bond tapi gesture tubuhnya mengatakan bahwa kedatangan Bond tidak diinginkan. Bond tahu itu.
Tanpa beban, Bond berjalan mendekat ke Rad. Seorang pengawalnya menarik kursi di depan meja kerja Rad. Bond langsung duduk.
"Apa kabar Burj de Prambans?" tanyanya santai sambil menyilangkan kaki. Jari telunjuk kanannya mengetuk meja, cara lain mengganggu Rad.
"Baik." Tetap mencoret-coret berkas. Rad belum melirik Bond sama sekali.
"Big fish, rite?"
"Hiu megalodon." Masih mengabaikan Bond.
Bond diam menjeda sambil mengukur gesture tubuh Rad.
"Tadi staf gue nelepon kantor yang ada di dokumen Amdal Burj de Prambans. Kok nggak bisa masuk ya?" Tangan Bond terjulur lalu seorang pengawal mengisi tangan itu dengan sebuah berkas. Bond langsung meletakkan berkas itu di meja, lalu mendorong hingga berkas itu meluncur mulus dan berhenti di depan Rad.
Tangan Rad tak lagi bergerak, matanya meski masih menunduk tapi tidak lagi terarah ke berkas yang dia baca. Berkas yang baru tergelincir di depannya mengalihkan fokus matanya.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Burj de Prambans.
Dia mengenali berkas itu.
"Karena nggak kesambung, staf gue coba main ke TKP. Nggak ada plang kantor. Rumah tinggal biasa. Staf gue nggak ada kerjaan juga sih, jadi dia cari info. Pas tanya warga, katanya dari dulu itu rumah tinggal, nggak pernah jadi kantor. Staf gue tanya banyak warga. Semua bilang seperti itu. Padahal ada yang sudah puluhan tahun tinggal di sana," lanjut Bond lagi dengan nada sesantai mungkin.
Tapi suara santai Bond bisa membuat tubuh Rad menegang.
"Hiu megadolon, rite?" Bond mendengus, mengingatkan. Mengesalkan di mata Rad.
Perlahan Rad mengangkat wajahnya dan melihat langsung ke mata Bond.
"Mau lu apa, Bondowoso?" Rad mendesis.
"RJ."
"Huh!" Rad mendengus.
"Lepas RJ dan gue nggak akan laporin soal hiu megalodon lu ke mana pun." Bond mengucapkan itu dengan perlahan dan suara dalam. Walau janji itu mengganggu prinsipnya, tapi dia akan mencari jalan lain untuk mempertahankan prinsip itu. "Gue tunggu sampai..." matanya melirik ke dinding, seakan berpikir. "Ten. Counting down."
"Huh!" Rad masih mendengus.
"Ten."
"Nggak bisa kalau cuma segitu bukti lu, Bond." Rad berusaha mengelak dan mencari jalan lain
"Nine."
"Dokumennya valid."
"Seven." Bond abai.
"Eh, eight dulu dong." Rad protes.
"Suka-suka gue. Six."
"Semua instansi sudah ACC."
"Bisa gue acak-acak. Five." Bond tidak terpengaruh.
"Lu acak-acak gimana?"
"Commission of Anti Rasuah bisa urus. Tinggal kasih nopenya aja. Sisanya mereka ngerti lalu ngecek sendiri. Four."
YOU ARE READING
Manusia Bodoh [16+ End]
RomanceTell me then, does love make me a fool or do only fools fall in love? -Orhan Pamuk- *** APA jadinya jika kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ditarik ke era milenial? Bond--Bandung Bondowoso--baru saja mengakuisisi holding milik Prabu Boko sa...