Bab 21, Bersaing Dengan Diri Sendiri.

78 24 14
                                    

RJ : Gue di YRJ. Ketemu di sini aja.

Sependek itu pesan yang Bond terima. Pendek tapi itulah yang dia tunggu selama beberapa hari ini.

B. Bondowoso : Oks. Wait.

Seakan jarak New Penging ke TKP hanya sepelemparan batu. Tapi bukan Bond namanya jika tidak bisa membuat jarak sejauh itu menjadi dekat. Lokasi sudah aman, sudah tertata, helipad sudah tersedia. Pun tanpa helipad, Bond akan terjun payung agar cepat sampai.

Bond sampai tanpa penyambutan. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Lokasi ini hanya area sementara untuk menampung warga panti asuhan dan panti wreda. Hanya ada tenda pleton berjajar-jajar untuk setiap keperluan.

Bond berjalan mengikuti langkah kaki. Sambil mencari RJ dia melihat-lihat situasi terkini. Keadaan memang sudah jauh lebih baik tapi tetap saja, tidak bisa selamanya mereka ada di sini. Tempat baru harus segera disiapkan untuk mereka.

"Bondowoso."

Bond menoleh ke arah suara. Suara yang dia tunggu.

RJ.

Bond berhenti berjalan, menunggu RJ menghampirinya.

"Kapan sampai?"

"Baru aja," jawab Bond. "Apa kabar di sini?"

"Ya beginilah namanya tempat pengungsian." RJ merentangkan tangannya menunjuk ke sekeliling. "Semua serba darurat. Anak-anak sih asyik aja, yang kasihan ya aki-aki dan nini-nini. Nggak nyaman banget tinggal di tenda buat orang tua."

"Kapan mau bangun tempat baru?" Bond mengeluarkan isi kepala yang tadi hadir. Mereka berjalan menuju entah ke mana. RJ akan mengajak Bond berkeliling melihat situasi di lapangan. Hal yang sebenarnya sudah Bond ketahui.

"Itu dia permintaan gue."

"Hah?" Bond berhenti berjalan. Total terperanjat dengan kalimat sesingkat itu.

RJ pun berhenti berjalan, lalu berkata, "Bikinin tempat mereka sekarang. Besok sudah jadi." Tegas dan yakin.

"Ebuset. Lu kata gue Sangkuriang?" Bond mendelik lalu berkeryit hidung. Memasang wajah heran yang bodoh tapi ya... tetap tampan.

"Bukan sih." RJ mengedikkan bahunya. "Lu kan Bandung Bondowoso dan gue Roro Jongrang."

"Lu serius mintanya itu?" tanya Bond menegaskan. "Baru juga sampai langsung ditembak gini. Shock juga gue."

"Nah, itu yang gue rasa waktu lu nembak gue pertama. Terkejut."

"Jadi ceritanya balas dendam nih?" Bond tertawa kecil. "Kok lu sekarang nggak pakai basa-basi gini?"

"Kan lu yang ajarin." RJ mengedikkan bahunya. "Gimana? Besok jadi ya."

"Nggak bisa secepat itu, R. Lahannya aja gue belum tau di mana. Kalau sudah tau ya harus dilihat dulu segala kontur, jenis tanah, dan lain sebagainya. Bekas bencana gini, kontur tanah berubah, data di Badan Pertanahan juga sudah nggak akurat. Kalau di tempat lama, bkas bencana, gue harus yakin dulu, masih kuat nggak struktur tanahnya? Kalau nggak kuat ya mending cari lokasi lain. Kalau kuat, konturnya berubah nggak? Kalau berubah harus ngukur lagi Kalau lokasi sudah fix, ya harus bikin rancangan dulu mau gimana modelnya, butuh tempat buat apa aja, kapasitas berapa orang, dan lain-lain. Lalu persiapan awal. Siapin bahan, alat, dan lain-lain. Siapin pondasi dan tulangan juga kan nggak bisa ngasal."

"Ya dipercepat dong. Kasihan mereka kelamaan di tenda." RJ tidak mengerti Bond tadi mengoceh dalam bahasa apa.

"Kita kan nggak mau mereka kena musibah dua kali. Kalau maksa bangun buru-buru, nanti bangunannya jelek. Cepat rusak dan aneh. Jangan sampai dindingnya nggak rata, bergelombang. Nggak enak buat sandaran. Apalagi kalau lantai dan jalan yang bergelombang kayak jalanan Tamiya. Masih mending kalau cuma begitu. Kalau roboh gimana? Sudah banyak yang jadi korban bahkan korban nyawa karena terburu-buru ngebangun."

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now