Bab 19, Ternyata...

76 25 10
                                    

BEBERAPA hari kemudian RJ sudah dalam perjalanan menuju rumah Bond. Seorang pelayan menyambutnya dan mengantar RJ ke gazebo.

"Gue bohong nih biar bisa sampai ke sini," ujar RJ ketika Bond menyadari kedatangannya.

"Bohong apa?"

"Nengokin teman melahirkan." Dia mengedikkan bahunya. "Mana Kiki dan baby Keke?"

Bond terkekeh. "Nanti bokap nanya, anaknya gimana? Lu jawab, sehat. Sudah bisa manjat pohon. Apa nggak semaput tuh?"

"Ada apaan sih?" RJ mengembalikan pembicaraan ke topik utama.

Bond mengaktifkan laptop yang sengaja dia siapkan. "Semoga ini kabar baik buat kita. Semoga bokap lu berubah pikiran." Ekspresi RJ semakin serius. Apalagi melihat wajah Bond yang sangat serius tapi tenang.

"Ready?" tanya Bond.

Dari kalimat dan ekspresi itu, seperti ini bukan kabar buruk. Dengan keyakinan seperti itu, RJ bisa mengangguk tegas dan yakin sebagai jawaban pertanyaan Bond.

Layar memutar video pertama. "Perhatikan lokasi." Layar menyorot sebuah nama tempat. "Perhatiin dua orang ini." Bond menunjuk dua orang di layar.

"Itu Rad sama PA-nya."

"Oke, bagus kalau lu kenal dua-duanya. Apa yang lu tau tentang mereka berdua?"

"Ya sama aja kayak lu sama Philla." RJ tidak mengerti arah pertanyaan itu.

Bond mengangguk. "Sekarang lihat ini." Dia memutar video kedua.

Video kedua terputar dan RJ langsung mendelik dengan mulut terbuka lebar yang hanya bisa dia tutup dengan telapaknya saja.

"What's the hell?" desis RJ. Wajahnya semakin shok ketika kepalanya bisa mencerna isi video. "Fuck!" Dia membuang wajah dan tangannya bergerak sangat cepat menurunkan layar.

Brak.

Bunyi layar menabrak keyboard.

Tapi setelahnya RJ tetap menatap ke tempat bekas layar itu ada. Video yang dia lihat berputar ulang entah matanya terbuka atau tertutup. Napasnya tersengal. Lalu setelah beberapa saat pikirannya yang kosong berusaha menentukan respons tubuhnya, akhirnya emosi membimbingnya terisak. Perlahan air matanya menetes lalu dia menangis.

"Sshh..." Bond mendekat, menepuk lembut bahu bergetar RJ.

RJ menangkup dua tangan menutup mulutnya dan terus menangis.

"Maksud dia apa maksa nikah, Bond?" suaranya tersedu. Dia menoleh dan menatap Bond langsung.

"Baiknya lu tanya langsung ke orangnya." Bond menjawab pelan. "Gue sudah kirim videonya ke lu."

"Apa gue sanggup nanya langsung? Gue keburu illfeel. Malah mungkin jijik."

"Ini terlalu private untuk gue masukin, R. Sebagai tunangannya, wajar banget kalau lu tanya dia langsung."

"Gue butuh waktu."

"Terserah lu kapan mau tanya dia. Tapi lu tau sendiri resikonya apa kalau telat."

"Lu jangan nakut-nakutin gue dong."

"Gue cuma kasih tau kemungkinan terburuk aja."

Dan RJ kembali menangis.

***

Beberapa hari berlalu yang digunakan RJ untuk menenangkan diri dan menguatkan hati. Tak putus Bond berkirim pesan. Tanpa memaksa, dia hanya menemani RJ saja dan menunggu kapan RJ siap. Saat RJ sudah siap, Bond menawarkan pengawal wanita untuk mendampinginya. tapi dia menolak. Dia berhasil meyakinkan Bond bahwa Rad tidak akan bertindak gegabah. Bond tak yakin. Akhirnya kesepakatan dicapai. RJ membuat janji temu di tempat terbuka. Dan Bond leluasa menyebar orang-orangnya.

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now