Bab 17, Mati Langkah

60 21 5
                                    

DARI jauh yang terlihat hanya lautan lumpur. Aliran banjir sangat jelas membabat daerah lintasannya. Sepanjang bekas amukan banjir hanya ada lumpur. Tidak ada bangunan yang tersisa. RJ menahan napas mencengkeram lengan Bond. Mereka semakin mendekat. Sampai satu titik mereka tidak bisa lagi mendekat. Mereka memang menggunakan 4FWD yang handal menerobos medan offroad. Tapi tetap saja, bahaya masih mengintai. Bond menyuruh RJ tetap di mobil ketika dia dan dua pengawalnya memutuskan melihat lebih jauh. RJ tentu saja menolak. Tapi dengan rayuan, paksaan, dan ancaman akhirnya dia bersedia.

Hanya ada kesedihan di sana. Orang-orang berlumur lumpur yang menangis kebingungan. Tapi di antara korban itu, ada juga yang terlihat tabah. Tidak menangis bahkan langsung bekerja mencari korban. Bond menyuruh dua pengawalnya turun membantu. Sementara dia masih serius memperhatikan semua yang bergerak. Ada sekelompok orang yang jelas berseragam dan sigap membantu. Yang berarti bukan korban. Berkaus hijau dengan tulisan putih. PGF. Prambanan Green Force. Itu yang menarik perhatian Bond. Selama ini dia mengenal kelompok ini sebagai kelompok perusuh. Kenapa mereka ada di sini?

"Ada yang bisa saya bantu?" Sebuah suara mengagetkan Bond. Seorang lelaki seusianya dengan senyum ramah menyapa.

"Di mana lokasi YRJ?"

"Masih agak ke hilir. Tapi sudah tidak bersisa sama sekali. Saudara siapa?"

"RJ ada di mobil saya, menunggu kabar."

"Oh, I see. Sampaikan ucapan duka saya pada Mbak RJ. Kami masih terus berusaha menyelamatkan yang bisa diselamatkan. Akses telepon terganggu, jadi saya belum bisa mengabarkan banyak. Tapi tim saya di hilir mengabarkan bahwa anak-anak yayasan banyak yang selamat. Mereka sempat lari. Tapi bangunan... rata. Nggak ada sisa sama sekali. Akses ke sana masih susah ditembus, Mas. Mbak RJ jangan ke sana dulu. Jangan khawatir, teman-teman saya sudah handling kok. "

"Thank God. It's a good news, Sir?"

"Wahyu. Dan saudara?"

"Bond. Bondowoso."

"Oh, terima kasih sudah peduli pada kami." Biar bagaimana pun, Bond bukan warga negara Republik Prambanan tapi bisa sampai lebih cepat dari yang lain. Selain itu, Wahyu tidak mau berkomentar. Apa pun alasan Bond cepat sampai di sini, itu bukan urusannya.

"Mas Wahyu dari Green Force?" Yang ditanya mengangguk. "Cepat sekali sampai lokasi."

Dia terkekeh. "Kami banyak cabang. Jadi bisa gerak cepat. Sebentar lagi akan datang lebih banyak. Apalagi sudah masuk berita. Tanpa masuk TV pun kami cepat sampai ke lokasi karena kami punya alur sendiri. Begitu ada bencana, yang terdekat merapat lalu mengabarkan ke cabang lain. Sesimpel itu."

"Sudah sering turun?"

Lagi-lagi Wahyu terkekeh.

"Jangan kebanyakan ambil berita dari ghibahMedia, Mas. Banyak ngaconya. Apalagi tentang kami."

"Hah?"

Dia masih terkekeh. "Oke, Mas. Saya lanjut turun ya. Tabik." Dia langsung berjalan dan mengangkat tangan berpamit.

"Mas Wahyu!" teriak Bond. Yang dipanggil langsung menoleh. "Saya bantu apa?"

"Apa aja terserah. Doa juga kami terima." Lalu dia berjalan kembali.

Bond terdiam. Lalu teringat sesuatu, dia langsung kembali ke mobil.

"RJ, anak-anak banyak yang selamat," ucapnya terburu-buru. RJ langsung menangis sambil menutup mulutnya. "Tapi kita nggak bisa ke sana. Akses masih susah banget. Lu pulang dulu ya. Kirim bantuan aja. Logistik terutama."

"Nggak mau!"

"Lu di sini ngapain? Nggak bisa ngapa-ngapain juga. Gue aja nggak tau bisa bantu apa."

Manusia Bodoh [16+ End]Where stories live. Discover now