--KENANGAN--
°°°
"Uakkkhhhh! "
Cairan merah pekat berceceran di lantai yang berwarna coklat tanah, ratusan tetes darah yang tak terhitung jumlahnya keluar.
Seorang pria dewasa yang berusia sekitar 20-an terlihat berteriak kesakitan, dan dia menggenggam tangannya yang bercucuran darah dan juga seperti hampir akan terbelah.
Matanya terlihat mengeluarkan air mata kesakitan, dan dia terduduk di tanah yang penuh dengan darahnya itu.
Sementara itu, seorang anak laki-laki di depannya terlihat membawa sebuah pisau kecil yang berlumuran darah. Tatapan matanya kosong seperti orang tanpa nyawa.
"Eguan,hentikan." Seorang anak perempuan seumuran dengannya menghampiri gadis tersebut dengan tatapan terkejut, dia mencoba menarik tangan anak laki-laki itu.
Anak laki-laki yang tadinya menatap tajam pun menghembuskan nafas pelan, lalu setelahnya dia pergi dengan anak perempuan di sampingnya.
"Bos, Lagi-lagi anak itu membuat salah satu pelatih cidera dan luka yang sangat dalam. Kita tak bisa membiarkan ini. "
Salah satu pria menghampiri seorang pria yang terlihat menatap dengan datar dan duduk di kursi, dan pria itu terlihat sedikit bergetar saat berbicara.
"Hentikan? Jangan lanjutkan omong kosong mu. Dia adalah aset berharga, kita bisa membuatnya menjadi pembunuh bayaran nanti. Sebentar lagi tes kan akan dimulai, jika dia lulus, kita harus membawanya. " Ucap pria yang duduk itu dengan tersenyum menyeringai.
Sedangkan kedua anak yang berusia sekitar 6 tahun itu terlihat pergi ke pinggir pohon dan berbincang-bincang sebentar.
"Eguan. Apa kau ingin keluar dari sini? " Ucap anak perempuan itu dengan menatap ke arah langit, dimana langit di sana sangat gelap. Walaupun warnanya terang, yang dilihat kedua anak itu hanyalah kegelapan.
"Tidak. "
Anak perempuan itu terdiam beberapa saat dan menghembuskan nafas, dia paham bagaimana pola pikir anak laki-laki di depannya.
"Tapi jika kau mau dan pergi bersama ku.. "
"Kurasa aku mau, Seria. "
°
°
°
"Hah! "
Seorang gadis terbangun lalu meraba dahinya dengan sedikit memijit nya dan menghela nafas pelan.
Dia adalah Seria. Eguan yang melihatnya segera memeberikan air putih. Serial meminumnya dan menghembuskan nafas lega.
"... Mimpi buruk? " Eguan menaruh gelasnya di meja, lalu setelahnya menoleh ke arah Seria.
".. Gak bisa dibilang mimpi buruk atau baik.. "
Namun saat Seria duduk di sofa itu, sebuah bau menyengat seperti bau asap mengenai hidungnya.
"Eguan... Jangan bilang kau memasak lagi? "
"Ah, karena ini libur jadi aku coba memasak.... Tapi.. "
Seria berdiri dan menuju ke arah dapur, dan dapat dilihat jika semua makanan yang ada di dalam panci kompor itu gosong seperti abu tak tersisa.
Seria pun menghembuskan nafas berat, lalu dia setelahnya mematikan api kompor dan mencuci panci tersebut.
Dia mengambil panci baru, lalu memasukkan bahan makanan dan mulai memasak.
"Biar aku yang masak. Lagipula kau kan gak bisa masak. " Ucap Seria lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Changed[Lookism FF]
AksiBagaimana jika kalian tiba tiba masuk ke dalam dunia webtoon? Pasti ada rasa senang, kan? Namun bagaimana, jika dua orang anak yang bertahan hidup di jalanan dan telah merasakan berbagai macam emosi hingga membuat mereka tak bisa merasakan apa apa...