7

3.6K 213 98
                                    

Suara hentakan antara sepatu dengan lantai terdengar nyaring, itu karena Akeno tengah berlari kecil saat mendapat telepon dari Sakura yang menangis di kamar mandi. Segala pikiran buruk sudah memenuhi kepala Akeno, dia takut jika sahabatnya itu kenapa-kenapa

Brakk!!!

"Jidat!!! Lu dimana?!" Dengan sangat anggun sekali Akeno membuka pintu kamar mandi

Dan setelah itu pintu terbuka menampilkan Sakura yang terlihat pucat

"Astaga jidat lu kenapa? " Akeno makin panik saat melihat wajah pucat Sakura

Akeno mengguncang tak lupa juga memutar tubuh lemas Sakura

"Akeno... " Akeno makin khawatir dengan suara bergetar Sakura

"Iya kenapa Sakura? Katakan apakah ada yang mengganggumu? " Akeno berjanji akan membuat perhitungan kepada siapapun yang membuat sahabat rasa saudaranya ini seperti ini

"Pinjam pembalut, hari ini aku halangan tapi lupa bawa pembalut"

Dong!!!

Akeno ingin sekali menampol kepala pink di depannya ini. Bagaimana tidak, dia sudah setengah berlari dengan menggunakan heels setinggi 9 cm, sampai sini di perlihatkan wajah pucat dan sekarang dia hanya bilang kalau butuh pembalut?

"Ara~ apa kamu tahu aku setengah panik saat mendengarmu menangis, begitu sampai sini kamu hanya butuh pembalut? Apa kamu sedang bercanda Haruno Sakura? " Akeno sih berucap santai dengan senyum manis namum bagi Sakura itu sebuah alarm bahaya yang harus segera di redakan

"Hehehehe maaf beb, gue panik karena tiba-tiba si merah keluar, sebagai ganti nanti malam gue bakalan traktir makan deh, tapi di streat food ya hehehe"


Akeno hanya mampu menghela nafas, dia kembali ke ruangannya untuk mengambil cadangan pembalut yang memang selalu dia siapkan di tas jika sewaktu-waktu si merah datang. Setelah menyerahkan ke Sakura, Akeno kembali bekerja. Pekerjaanya sangat banyak jadi dia harus segera menyelesaikannya atau dia harus lembur dan percayalah Akeno adalah kaum rebahan yang anti dengan lembur kerja. Walaupun punya suami yang super kaya, namun Akeno belum mau untuk memanfaatkannya, Akeno akan berhenti bekerja jika dia hamil nanti

Memikirkan hamil dan punya anak, wajah putih Akeno menjadi merah. Dia jadi malu saat membahas anak, suami dan juga kedua orang tuanya tidak menuntut Akeno untuk cepat punya anak namun sebagai seorang wanita yang sudah menikah jelas Akeno juga menginginkan kehadiran bayi imut nan lucu di tengah-tengah keluarga kecilnya, namun kembali Akeno terdiam saat tahu jika dia maupun suaminya menikah tanpa dilandasi oleh perasaan yang kuat, hanya pernikahan paksaan oleh ibu mertuanya

"Hufff semangat Akeno~" Lirih Akeno menyemangati dirinya sendiri


Saat sudah jam makan siang, seperti biasa kedua sahabat itu makan bersama. Kali ini mereka makan di kantin karena tidak ingin capek dengan pergi ke luar kantor. Setelah memilih menu makanan, Akeno maupun Sakura memilih tempat di pojok bersebelahan dengan jendela. Karena menurut mereka berdua lebih santai dengan melihat ke arah luar

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan suamimu? " Sakura memulai pembicaraan

"Bagaimana? Apa maksudmu? " Akeno sungguh tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan gadis pinky di depannya ini

"Ck jangan berlagak bodoh denganku sapi perah, hubungan kalian sudah sejauh mana? Komunikasi kalian lancar kan? "

"Ohh hubungan yang seperti itu, bilang dong dari awal" Sakura sudah ingin melempar sumpit yang dia pegang saat melihat senyum polos Akeno

Simple Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang