Enjoy, jangan lupa vote nya ~ ♥️•••
Seorang gadis cantik tengah duduk menyilangkan kedua kakinya tepat disisi sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama seseorang yang berarti dalam hidupnya.
"Abeoji, apa kau merindukan panggilan itu? Disini aku sangat merindukanmu, aku belum pernah mengatakan hal ini secara langsung, tapi ... " Ujarnya lembut, tangan kurus itu menggenggam sepucuk mawar putih lalu meletakkannya tepat di atas gundukan tanah itu.
" ... Terimakasih, terimakasih untuk tiga tahun yang telah kita lalui bersama, terimakasih karena sudah merawat ku dan menganggap ku seperti putrimu sendiri, dan maaf, karena aku baru mengunjungi mu sekarang, kau melihat semuanya bukan? Eomma menikah lagi dan kami tinggal di rumah yang sangat besar."
Lisa mulai bercerita mengenai kehidupan barunya, gadis itu tertawa, menangis dan tersenyum hangat saat menceritakannya. Tak bisa di pungkiri bahwa ia merasa senang dengan semua ini, tapi Tuhan selalu adil dalam segala hal, semua di ciptakan secara berpasangan termasuk kebahagiaan dan penderitaan.
Tidak semua orang selalu bahagia, mereka akan sakit pada waktunya, begitu pun sebaliknya, tidak ada orang yang selalu menderita mereka akan bahagia pada waktunya, semua orang berhak bahagia dan itu harus, tapi di balik itu semua setiap orang juga harus merasakan sakit, hidup ini akan lebih berwarna dengan itu semua.
"Saat Eomma memarahiku dulu kau selalu menjadi tameng terdepan untuk membelaku, kau adalah sosok ayah sambung yang hebat, salah satu dari sekian banyaknya hal yang ingin ku pertahankan di dunia ini, tapi kau pergi." Tangisnya kembali, dengan cepat Lisa segera menyeka lelehan air mata itu.
"Kau tahu? Kini Eomma sudah berubah, dia menjadi sosok ibu yang baik bagi ketiga anaknya, dia merangkul dan memelukku hangat, kita berdua tau bahwa Eomma begitu menyayangi ku, tapi entah apa yang membuatnya keras seperti itu." Ujar Lisa dengan kekehan ringan di akhir kalimatnya.
"Kau adalah tempat ku bercerita dan berkeluh kesah, abeoji jangan pernah merasa bosan dengan semua keluh kesah ku ya, karena setelah ini aku akan sering datang dan mengadukan semua hal yang ku lalui, sampai jumpa, aku menyayangimu." Gadis berponi itu melenggang pergi setelah mengucapkan salam perpisahan.
Lisa berjalan dengan langkah perlahan melewati lima gundukan tanah, hingga tepat beberapa langkah lagi, manik bambinya menangkap sosok seorang pemuda yang baru saja tiba, membawa satu bucket bunga lili dan menaruhnya perlahan di atas sebuah gundukan tanah.
Pemuda itu mematung sesaat, kepalanya mendongak hingga kedua manik mereka bertemu, Lisa mematung dengan perasaan canggung tapi mengapa ia tak bisa mengalihkan pandangan nya dari sosok tampan di depan sana?
Mereka bertatapan cukup lama hingga akhirnya si pemuda yang memutuskan kontak mata keduanya, pemuda tampan itu melenggang pergi dengan raut wajah datar tak berekspresi.
Lisa memperhatikan punggung kekar itu yang mulai menghilang. "Kita satu sekolah? Tapi aku belum pernah melihat nya." Monolognya pada diri sendiri, Lisa bisa mengatakan hal itu karena mereka masih sama sama mengenakan segaram dengan atribut lengkap, tak lupa lambang sekolah yang tercetak jelas di rompi yang pemuda itu kenakan.
Seperti biasa pria paruh baya itu yang kini menjabat sebagai supir pribadinya--- Tae Joo, pria itu tersenyum menyambut Lisa tak lupa ia membukakan pintu mobil untuk nona mudanya. "Terimakasih Ahjussi." Ujar Lisa balas tersenyum.
Mobil mewah itupun keluar dari area pemakaman, membelah jalanan kota Seoul yang mulai di padati oleh orang-orang yang baru kembali dari kantor atau kegiatan mereka.
•••
Makan malam segera tiba, mereka sudah berkumpul, lengkap dengan makanan yang sudah memenuhi hampir setiap sudut dari meja berukuran besar itu. Makan malam pun di mulai, tak ada pembicaraan atau gurauan hanya suara dentingan dari alat makan masing-masing.
"Kau ingin menambah ayam nya lagi Rosé?" Tawar Minyoung saat melihat Rosé yang tengah kesusahan mengambil satu potong ayam di sebrang sana.
Gadis blonde itu tersenyum tipis menanggapinya. "Sodorkan piring mu, nak." Titah Minyoung, Rosé pun menurutinya. "Terimakasih."
Baik Rosé dan sang kakak Taeyong keduanya masih canggung untuk memanggil Minyoung dengan sebutan eomma, begitupun Lisa, bahkan untuk bertatapan dengan Seojun gadis itu tak berani.
Bisa kalian bayangkan bagaimana canggungnya suasana malam ini? Tak ada obrolan atau canda tawa seperti biasanya, Seojun benar benar marah dan mereka pun bungkam.
Acara makan malam sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu waktu menunjukkan pukul dua belas lewat, Lisa merasa ia tak bisa memejamkan matanya gadis itu pun memilih keluar kamar, berjalan jalan sebentar mungkin akan membuatnya mengantuk, pikir Lisa.
Karena kamarnya yang bersebelahan dengan Rosé, Lisa bisa melihat pintu kamar yang terbuka dengan lampu redup sebagai penerangan. Gadis berponi itu menyembulkan kepalanya berniat mengintip, ia penasaran apa yang tengah sang kakak lakukan di tengah malam begini.
Dan setelah tahu, entah harus merasa senang atau sedih Lisa pikir ia merasa iri dengan apa yang di lakukan Minyoung kepada Rosé saat ini, wanita itu menjadikan kedua pahanya sebagai bantalan juga senandung merdu dari kedua belah bibir itu dengan Rosé yang tertidur lelap di atasnya.
Sedari dulu Lisa selalu mengharapkan hal manis seperti itu terjadi dalam hidupnya tapi sampai sejauh ini ia berharap hal itu tak pernah datang juga.
Bukankah ini yang Lisa inginkan? Rosé bisa menerima kehadiran Minyoung seperti ibunya sendiri, tapi ia sebagai anak kandung tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan hangat seperti yang saat ini sang ibu lakukan, Lisa iri tentu saja.
Air mata menggenang di kedua pelupuknya, saat dengan hangatnya Minyoung mengecup kening sang kakak dan menutupi tubuh kurus itu dengan selimut sembari mengucapkan -- "Selamat malam sayang." Lisa ingin menangis keras saat ini juga, tapi gadis itu memilih berlalu dengan hati yang terbakar.
Duduk di tepi kolam dengan kaki menjuntai, merasakan dinginnya air juga udara malam yang menusuk, gadis itu hanya mengenakan celana pendek dengan kaos kebesaran berwarna kuning cerah favoritnya.
Menit berlalu ...
Tiba-tiba sebuah selimut jatuh begitu saja menimpa kepalanya, Lisa terkejut setengah mati untung saja tak sampai membuatnya terjun kedalam kolam, dengan cepat gadis itu mendongak, berniat mengumpat tapi itu langsung urung setelah melihat pahatan sempurna wajah tampan seorang pemuda yang kini tengah balik menatapnya.
Si kakak laki-laki, Taeyong, pemuda yang baru saja melemparkan sebuah selimut kepadanya. "Kau gila? Pakai itu dan kembali kedalam, jangan sakit! Dasar merepotkan." Pekiknya, Pemuda dingin itu kembali kedalam kamarnya setelah mengatakan kalimat pedas yang berhasil membuat suasana hati Lisa semakin memburuk.
Tangan kurusnya menyampirkan selimut tebal berwarna abu itu membungkus tubuhnya, dengan manik yang masih setia menatap pagar balkon dimana beberapa menit yang lalu mahluk tampan bertengger disana.
"Dari kecil hingga sekarang aku masih belum yakin apa itu rumah dan makna yang tersembunyi didalam nya, setelah ini, kemana aku harus pergi? jika Eomma benar benar membuang ku?"
📌Sel, 1 Jun 2021
📝 Anyway selamat hari lahir Pancasila 🇮🇩 Yang nunggu moment yonglice udah ya .. walaupun singkat xixixi 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Should I Go? [✓] | Taelice
FanfictionHidupnya berubah menjadi lebih rumit Setelah sang ibu memutuskan untuk menikah lagi, Lisa merasa seluruh dunia membencinya.