51 - Comeback (6)

875 241 8
                                    

{Putar musik sambil baca}

#POV Haris

Sudah kuduga pasti cara ini bekerja, aku lanjut menyerang ruangan ini dari dalam.

Itu aneh, setelah menjadi regresor, aku bukan seperti aku.

Aku bukan tipe orang yang suka menyerang dengan membabi buta seperti ini.

Aku terus menyerang, walaupun ini bukan dunia fisik, aku tetap merasa kelelahan, ini adalah jiwaku.

1 jam, celah semakin besar dan itu berwarna hitam gelap.

2 jam, celah sudah ada di mana-mana.  Ruangan ini tidak lama lagi akan runtuh. Namun Lee Jihye tetap biasa saja.

3 jam, ruangan ini sudah didominasi oleh kehancuran, hampir semuanya warna hitam karena celah.

Tidak lama setelah itu, terdengar sesuatu roboh, seperti apartemen yang tinggi langsung rata dengan tanah.

Semua ruangan menjadi kegelapan. Bukan hanya kamar itu, namun istananya juga sama, semuanya hilang. Hanya menyisakan kegelapan Ini sama seperti waktu aku mimpi melihat kegelapan.

Apakah ini bisa disebut berhasil? Bukankah biasanya kalau keberhasilan selalu memiliki latar cahaya dan kemeriahan?

Namun ini hanya kegelapan. Apakah aku kalah?

Aku kelelahan dan berbaring. Aku tidak tahu harus senang atau sedih. Namun aku takut untuk tidur lagi, usahaku akan sia-sia.

Yah, kalau dipikirkan lagi, ternyata kegelapan tidak terlalu menakutkan, ini terasa lebih nyaman. Mungkin karena aku kelelahan dan ingin tidur.

Kalau ini adalah kemenangan, maka semua yang terjadi adalah mimpi. Mimpi yang indah namun juga mimpi yang buruk tanpa mengurangi keindahan mimpi itu sendiri.

Lalu, di kegelapan, aku mendengar suara.

Hah? Siapa itu?

Aku melihat sekitar dan tidak menemukan siapapun.

Itu suara kekacauan, suara jeritan orang, aku mendengar ada suara Lee Hyunsung yang berteriak. Ada juga suara Lee Gilyoung yang sedang meratapi. Ada juga suara Kim Dokja dan Yoo Sangah.

Namun aku tidak tahu apa yang sedang mereka ucapkan, karena skill 'Juru Bahasa' tidak aktif.

Semakin banyak suara dan dadaku semakin sesak, bukan karena terharu, ini lebih ke jengkel. Seperti bagaimana jika tidurku diganggu.

Namun sekarang aku berharap untuk bangun, mari bertaruh.

Apakah suara ini adalah delusi atau suara dari kenyataan yang menembus alam sadar?

...

Aku bangun dari tidur. Ini adalah tempat lain.

'Bukan Stasiun Geumho ya. '

Yah, ini sudah dua bulan nonstop aku di alam mimpi, namun aku tidak tahu berapa lama waktu telah berjalan di luar sana.

Ada sesuatu yang mengikat ku. Itu adalah benang bercahaya dengan warna keemasan.

'Bukankah ini punya Yoo Sangah? '

Aku menyadari kalau aku terikat dengan sepeda motorku sendiri. Dan aku sedang terbaring di tanah.

Aku melepaskan benang itu, untung saja itu tidak sulit.

Lalu aku berdiri. Aku mencubit pipiku, rasanya sakit. Tapi aku tidak tahu apakah ini adalah mimpi yang lain atau bukan. Karena di mimpi itu aku juga bisa masuk angin dan kedinginan.

Ada kabut di udara, aku tahu apa ini. Ini seperti medan ilusi. Dimana semua orang menjadi gila dan bergerak seperti orang kerasukan.

Meski begitu, aku bisa melihat mereka dengan jelas tanpa skill.

Semua orang nampak gila. Aku melihat hanya ada Kim Dokja dan Yoo Sangah sepertinya yang masih waras.

Segera aku menyadari dimana aku saat ini. Aku tinggal sedikit lagi akan sampai di Chungmuro.

Lalu kabut mulai menipis dan menghilang, sepertinya Kim Dokja melakukannya.

Aku tertawa ketika melihat Lee Hyunsung membungkuk dengan kepala di tanah dan berbicara seperti seorang prajurit.

Aku merasa kasihan dengan Lee Gilyoung, dia sepertinya memiliki trauma. Yah, semua orang punya masalah disini.

Perlahan orang sudah mulai sadar. 30 orang di belakang memiliki beberapa memar di tubuh maupun wajah.

Mungkin selama sesi kegilaan itu mereka saling memukul. Untungnya tidak ada yang memegang senjata berbahaya, semua senjata langsung dibuang ke belakang.

Sepertinya ini antisipasi dari Kim Dokja. Baguslah, arah cerita mendekati ke arah baik.

Oh ya. Pedang ku.

Aku membuka di Koper, ternyata masih ada. Aku kembali menaruhnya di sabuk khusus di pinggang ku.

Namun, pandangan orang-orang tidak tertuju padaku. Yah, mereka semua melihat seorang gadis.

Kim Dokja dan Yoo Sangah mengenalinya, namun aku sudah bertemu dengannya ratusan kali di dalam mimpi.

Dia nampak berbicara sesuatu. Aku ingin langsung mendatanginya, namun akal sehatku mencegahnya.

Aku terlebih dahulu mendatangi Kim Dokja dan menepuk pundaknya.

Dia terkaget. Begitu juga dengan Yoo Sangah, Lee Hyunsung, Lee Gilyoung. Semua orang kaget melihatku.

"Haris? "

"Ya, ini aku. "

"... "

"Ini bukan mimpi kan? "

"Apa maksudmu berbicara seperti itu. Tentu saja bukan. "

Baguslah, aku akan benar-benar menjadi gila jika ini adalah mimpi.

Aku menang.

"Aku sudah kembali! "

Aku berteriak penuh kemenangan.






Reader Of The Reader [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang