Bagian 17 - Jatuh Bersama

860 125 0
                                    

Ingat! Setinggi-tingginya kamu mencintai seseorang, pada akhirnya pun akan jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingat! Setinggi-tingginya kamu mencintai seseorang, pada akhirnya pun akan jatuh.

Jatuh ke lantai misalnya.

🐈🐈🐈

Purple duduk di tempat duduknya. Katanya dua menit lagi waktu istirahat akan berakhir, nyatanya kelas ini masih kosong, hanya ada ia sendiri.

Karena tak ada yang Purple ulah lagi, lebih baik ia mengerjakan tugas yang diberikan oleh Karina.

Purple mengambil buku dan kotak pensilnya yang ada di dalam tas lalu meletakkannya di atas meja, setelah itu ia menatap buku LKS yang tak begitu tebal, buku pinjaman lelaki itu ....

Bagian mana yang harus di salin?

"Hai."

Purple melirik ke samping lalu mendongak.

"D-Dave?"

Dave tersenyum kecil lalu melangkah untuk duduk di kursi milik Tia, ia memalingkan kursi Tia agar bisa berhadapan dengan Purple, setelah itu ia duduk dengan tatapan datarnya.

Purple menunduk. Kenapa yang lain pada nggak masuk? Seharusnya sekarang waktu bel istirahat selesai juga berbunyi.

"Lo pasti mau nanya halaman yang harus di salin." Tanpa menunggu Purple membalas pun Dave lekas membuka lembar demi lembar di buku tersebut. "Nih, cuma selembar doang yang di salin. Dikit, kan?"

Purple mengangguk pelan. Ia lekas memegang polpennya lalu mulai menulis. Tentu membaca dan menulis Purple sudah bisa, sejak kecil pun ia sudah diajarkan oleh seorang guru privat khusus kerajaan.

"Yang lain ke mana?" tanya Purple untuk menghilangkan kecanggungan.

"Ke lapangan basket yang ada di dalam ruangan. Mereka juga udah minta ijin ke Bu Karina sama guru lain. Bu Karina pikir sih mereka udah selesai nyalin, padahal enggak." Dave terkekeh. "Oh iya, bel sekolah rusak makanya tadi nggak bunyi. Katanya rusak gara-gara kena lemparan bola."

Purple tersenyum kecil lalu berhenti menulis. Kini ia telah berani untuk menatap Dave. "Terus, kenapa lo nggak ikut ke lapangan basket?"

Dave mengendikan bahunya. "Nggak tertarik aja. Lagian, di kelas enak bisa santai dan tidur."

"Katanya kelas ini membosankan karena sama kayak kelas IPA."

"Kata siapa?" tanya Dave sambil terkekeh.

"Jeff."

Dave mengangguk paham. "Dari luar sih emang gitu, tapi sebenarnya mah nggak."

Kini Purple kembali menulis, sedangkan Dave melihat ulah Purple.

"Nggak nulis?" tanya Purple sedikit risih ketika terus dilihat oleh Dave. Walau tatapan Purple tertuju pada buku, tentu ia masih bisa melihat ulah lelaki itu yang terus menatapnya.

My Cat AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang