Jeff Saputra, seorang lelaki nakal dan dicap berandalan sekolahnya. Namun tak disangka, keganasannya menghilang ketika bertemu dengan seekor kucing. Jeff benci kucing, bukan karena kucing itu menjijikkan, tetapi Jeff alergi terhadap kucing. Jika Jef...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendekatimu adalah salah satu cara yang mudah untukku. Sedangkan menjauhimu adalah cara yang sulit untukku.
🐈🐈🐈
Radit beserta kawannya datang dan langsung duduk di sofa. Purple dan Jeff yang sedari tadi saling tatap pun mengalihkan pandangannya.
"Purple," panggil Rey.
Mendengar namanya dipanggil, refleks ia menoleh.
"Lo sama Jeff pacaran atau nggak, sih?"
Dengan memelototi Rey ia lekas menjawab, "Nggak. Dia cuma jaga gue biar nggak banyak cowok yang deketin." Sudah lega rasanya berkata yang sebenarnya, walau hanya pada mereka. Sekilas menatap Jeff yang menampilkan ekspresi datar. Syukurlah dia tidak menambah-nambahkan, jika iya, maka tidak akan ada habisnya ia dan Jeff berdebat.
Rey melirik Jeff, di mana Jeff sedang menatapnya tajam penuh selidik.
Lelaki itu membasahi bibirnya yang menurutnya seksoy. "Jeff, mumpung──"
"Nggak!" tolak Jeff. Ia sudah curiga saat Rey bertanya pada Purple, dan kini curigannya benar.
"Lo." Jeff mendesah frustrasi. "Kalian di sini bukan untuk senang-senang. Ingat alasan kalian ke sini." Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, ia lekas melirik Purple lalu beralih pada Davan. "Langsung aja. Tapi, Davan yang bertanya pada Purple, sisanya mendengarkan. Davan agak pintar masalah yang awalnya tak masuk akal ini, jadi dia yang akan bertanya-tanya."
Davan mengangguk mantap. Baru saja ingin membuka mulut untuk bertanya, Jeff lekas membuka mulut dan berucap lagi.
"Awas aja kalo pertanyaannya bukan dari yang kita bicarakan!" ancam Jeff membuat Davan terpaksa mengangguk paham.
Purple masih diam menunggu Davan yang akan bertanya. Rasanya seperti di istana saja, dulu sahabatnya yang selalu bertanya ini itu tentangnya padanya. Apakah ia pernah jatuh cinta? Siapa yang paling disayang? Siapa first love? Siapa first kiss ... seperti itulah pertanyaan sahabatnya, dan masih ada banyak yang tak bisa di sebutkan satu-persatu. Sayangnya, sahabatnya sudah tiada karena terpeleset di jurang yang tinggi dan menyeramkan, lebih menyeramkannya lagi di bawah jurang sana terdapat monster bermata tujuh dengan warna merah pekat, monster itu tidur dan tak pernah bangun. Karena monster itu akan bangun saat di mana dunia tersebut hancur. Ah, kenapa jadi ke masalah itu sih. Pangeran Vijam yang tak lain sahabatnya tadi sudah tenang di sana, tenang di dalam perut monster dan tenang di alam kematiannya. Dan masalah monster itu, entahlah, ia juga tak pernah melihat karena kebanyakan cerita monster itu hanyalah rumor dan banyak yang menyimpulkan juga tentang kematian sahabatnya bukan hanya jatuh di jurang, melainkan di makan monster.
"Hei." Jeff menepuk pundak Purple, ia harap Purple baik-baik saja.
"Ya?" Kini Purple tak lagi memikirkan masalah itu, sudahlah, itu sudah berlalu tiga tahun lalu. Lagian, ia juga tak peduli amat dengan sahabatnya. Dia menyebalkan dan menjengkelkan, ia juga yakin suatu saat juga pasti akan bertemu. Di alam kematian misalnya.