Dua mangkuk soto tersaji didepanku. Aromanya sungguh menggugah selera. Ku ambil sesendok kuahnya ku hirup perlahan dan kucecap. Rasanya tak berubah.
Dulu saat anak anak masih kecil, seporsi soto ini dimakan kami berlima dengan tambahan air yang dimasak ulang. Tak lupa ku tambahkan penyedap agar tak hambar. Seiring berjalannya waktu kondisi finansial kami membaik, tak ada lagi soto yang ditambah air dan penyedap. Seminggu sekali Abang pasti akan mengajakku kesini dan anak anak. Sampai akhirnya anak anak disibukkan dengan dunianya dan hanya kami berdua yang kesini. Sayangnya akhir akhir ini justru aku sendiri lah yang berada disini.
Ku hembuskan nafas perlahan. Ku makan dengan tenang semangkuk soto ini. Hidup ini dinamis. Suami istri itu bersatu bukan menyatu. Sebuah nasihat yang seringkali aku dengarkan dari seorang teman.
Sayangnya aku lupa, selama ini aku sering kali membuat Abang menyatu dalam pemikiran dan keputusan keputusan dalam rumah tangga kami.
Setiap perselingkuhan ada andil pada semua pihak. Itu yang aku yakini. Oleh karena itu, semarah apapun aku, sesakit apapun hati ini, aku lebih memilih instropeksi dan menyelesaikan urusanku bersama Abang. Karena yang bersepakat menikah adalah kami. Jadi urusan ini adalah urusan kami, aku dan abang. Bukan dengan Ika. Sepertinya itu yang sangat susah dipahami oleh ketiga anakku bahwa yang bermasalah adalah aku dan abang bukan anak anak dan abang atau bahkan aku dan Ika. Dan mungkin bagi kebanyakan masyarakat tempatku tinggal masalahnya ada pada Ika. Ika salah tapi meminta pertanggung jawaban dan maaf dia itu tak tepat karena yang salah dan berurusan denganku adalah Abang, suamiku.
Sering aku amati pihak pelakor dan pebinor yang menjadi sasaran caci maki, tapi perlu disadari bahwa pasangan dan kita juga pasti memiliki andil. Karena memang manusia cenderung suka menyalahkan orang lain, melimpahkan pembenaran dirinya karena menjadi korban perselingkuhan. Dan pemikiran ini hanya berada didalam otakku. Tak sanggup aku surakan kepada ketiga anakku karena aku paham mereka sedang terluka.
"Buk, kalau cerai apakah kalian ga malah akan saling menyakiti?" ucap Arman lirih.
"Man, pernikahan itu dinamis Nak. Tujuan pernikahan pun ga bisa setiap saat harus sama. Dan kadang justru perceraian adalah jalan yang sangat menyehatkan bagi suami Istri Nak."
"Sehat bagi suami istri, lalu apa bisa sehat buat anak anaknya Buk? Anak yang sering kali jadi korban" tanya Arman
"Sekarang Ibu Tanya ya Nak, apakah pasangan yang memilih bercerai itu menjalankan fungsi sebagai orangtua?"
"Hmmmm ga tau sih Bu. Bingung aku."
"Its okay ga masalah. Ibu akan coba jelaskan ya. Stigma Anak menjadi korban perceraian didasari oleh peran orang tua yang yang ga berfungsi krn ga bisa bersama lagi. Begitu kan?"
"Iya."
"Nah, coba tanyakan pada anak anak yang korban perceraian apakah orangtuanya mengabaikan anak sejak bercerai atau malah sebelum bercerai? Bagi orangtua yang mengkhawatirkan anak akan menjadi korban perceraian coba dirasa, apa selama ini anak punya orangtua yang berfungsi? Pasti engga. Karena kalau relasi suami istri rusak maka relasi ibu anak atau ayah anak lebih dahulu rusak. Sampai sini paham?"
"Paham. Itu sebabnya ya Ibu jaga banget supaya relasi Bapak dan kami ga rusak, tapi tetep aja kan ga bisa, semua ga lagi sama kaya dulu."
"Iya. Semua ga bisa balik kaya dulu lagi."
"Aku sekarang paham Buk dan ga masalah kalau ibuk ambil pilihan cerai. Yang cerai Bapak sama Ibuk kan. Bapak sama Ibuk tetep berfungsi menjadi orangtua bagi kami."
"Ya iya Nak, serusak rusaknya kami sebagai suami istri, ibuk dan pasti bapak akan berusaha tetap menjadi fasilitas belajar buat kalian, sampai sebesar apapun kalian, bagi kami kalian tetap anak anak kami. Lagian bisa kok cerai sehat Man."
"Hah cerai sehat? Apalagi itu Buk?"
"Ya bercerai itu bisa bikin sehat. Bercerai bisa jadi pilian keluar dr hubungan yang toxic, yang saling menyakiti. Berapa banyak pernikahan yang menjadi penjara bagi pelakunya Man, banyak yang milih bertahan dengan situasi yang bikin frustasi baik pikiran dan hati dan tak mau cerai karena anggapan bahwa cerai adalah salah."
"Iya banyak banget emang. Karena anggapan menikah itu menyatu ya Bu."
"Ya. Bagi Ibu dan sebagian orang memang menikah itu menyatu padahal menikah itu bersatu. Dan juga Banyak yang ga paham bahwa hidup itu dinamis, penuh dengan perubahan. Mustahil kan menghindari apalagi menghalangi perubahan. Maka dari itu mari berhenti menganggap suami istri dan ayah ibu sebagai larutan. Suami istri dan ayah ibu adalah suatu kumpulan, mereka sosok yang terpisah dan berbeda. Ayah ibu dan suami istri adalah dua bukan satu, bersatu bukan menyatu. Sampai sini paham?"
"paham buk."
"Nah karena bersatu itu akhirnya membentuk interaksi jadinya diperlukan kesanggupan untuk bersepakat tentang kebutuhan dan keinginan masing masing pihak. Suami sepakat dg keputusan Istri. Istri sepakat dg keputusan suami. Suami Istri saling kompromi. Suami istri sepakat buat ga sepakat. Suami istri sepakat bersengketa. Begitu Man."
"Wah nemenin Ibuk makan soto aku jadi dapat banyak insight nih."
"Padahal makan soto niatnya Ghibah ya tadi Man. Jadi lanjut ghibah ga? Kalau lanjut pesen satu porsi lagi gih."
"Lanjut dong. Tapi ga mau pesen lagi ah. Nanti makin gendut aku."
"Ya udah kalau gitu. Ibu dah siap dengerin."
"Ika kemarin sudah ketemu bapak." ucap Arman dengan suara lirih
"Dia nerima kondisi bapakmu?"
"Nerima buk." suaranya makin lirih. Ku genggam tanganya erat
"Alhamdulillah" ujarku. Seketika pandanga penuh tanya tertuju padaku.
"Ibu gapapa?"
"Gapapa. Dia sudah memilih Man, ibu juga sudah memilih. Kalian urus sisanya ya. Ibu akan fokus dengan proses perceraian. Kalian fokus ke kesembuhan bapak."
"Bapak manggil nama ibuk terus." ucap Arman sambil memandang netraku.
"Man, kamu tau kan nanti setelah mati setiap pasangan akan dikumpulkan disurga, dan bahwa setiap pasangan dikatakan jodoh jika hanya maut yang memisahkan. Dulu Ibuk berharap bahwa Bapak adalah kekasih ibuk sehidup sesurga Man. Rasa sayang itu, raaa cinta itu tentu masih ada tapi sekarang Ibuk belajar menerima bahwa faktanya sudah tak ada lagi yang bisa diperbaiki dari kami. Yuk pulang. Ibuk nanti ajukan berkas cerainya berangkat sendiri aja ya. Kamu balik ke RS aja."
"Arman sayang banget sama Ibuk. Makasih udah memerdekakan diri Ibuk sendiri ya. Bangga Arman tuh punya Ibuk kaya ibuk." ucap arman dengan senyum kelegaan
Ku langkahkan kaki menuju mobil sambil menunggu Arman menyelesaikan pembayaran soto kami. Hari ini sepertinya akan semakin berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang
RomanceKarena pada setiap perselingkuhan, kesalahan bukan hanya milik pihak ketiga tapi pasanganlah yang memiliki andil cukup besar atas kesalahan tersebut.