-Abang 13.0-
"Buk, Udah sampai." ucap Ambar lembut membangunkanku. Ku tengok ternyata sudah sampai rumahku.
"Aku nemenin ibuk nginep disini ya?"
"Ga usah. Ibuk dirumah sendiri aja. Kasihan Arya masih nenen kan. Kamu balik ke RS kan Tar?"
"Ibuk pengennya aku balik apa engga?"
"Sebagai perempuan rasanya ibuk dendam malas banget kalau anak anak nemenin Bapak. Tapi sebagai ibuk, ibuk ingin anak anak ibuk tetap bisa berbakti dengan orang tua tak peduli bagaimana bejadnya dia. Jadi ibuk nyerahkan pilihan ke Akhtar, mau balik nungguin bapak atau engganya."
"Akhtar juga dilema buk."
"Ingat yang baik baik tentang Bapak. Bapak manusia biasa. Apa sebagai Bapak,pernah menelantarkan tanggung jawabnya ke kamu Nak?"
"Belum pernah."
"Biarkan yang rusak relasi Bapak dengan Ibu. Relasi kalian dengan Bapak jangan terbawa. FaktaNya Bapak adalah orangtua kalian. Ibuk cuma berharap kamu dan adik adikmu bisa menjalin relasi yang baik dengan bapak."
"Oke Akhtar ke RS. Akhtar antar Ambar dulu. Ibuk istrihat aja dulu. Nanti kalau ada apa apa Akhtar telfon ibuk ya."
Setelah mereka berpamitan. Ku gelar sajadahku. Aku tak menyebut doa jelek untuk Abang. Aku hanya berdoa, agar Tuhanku mengampuni segala dosaku. Agar Tuhanku berbaik hati melindungi hatiku.
Aku sungguh terlena dengan kebaikan takdir yang Tuhan beri padaku. Nikmat tiada tara yang datang membuatku nyaman hingga kecolongan seperti ini. Tapi aku percaya bahwa fakta adalah berkahNya. Setelah solat,ku pejamkan mata ini. Aku lelah ingin istirahat.
Tiba tiba nafasku tersengal. Seolah olah aku berlari jauh. Dan karena kurang hati hati aku terpleset. Hah. Mimpi terpeleset itu sungguh tidak enak. Perasaan aku baru saja memejamkan mata tapi saat ku lihat jendela ternyata sang fajar sudah menampakkan diri. Segera ku tunaikan kewajibanku.
Selepas salat, aku berjalan ke depan. Didekat rumah ada toko kue basah. Disana ada nasi bungkus. Aku malas sekali masak jadi ku putuskan membeli disana untuk sarapan. Nasi ayam geprek menjadi pilihan dan tak lupa beberapa jajanan favorit anak anakku. Disana aku bertemu beberapa tetangga
"Bu, apa kabar Bapak?" tanya Mbak Ratna
"Sudah mendingan Mbak. Kemarin malam operasi."
"Alhamdulillah. Bu, maaf sebelumnya loh ya. Kapan lalu saya ketemu bapak di taman kota tapi ga sama Ibu."
"Oh ya mbak?"
"Iya bu. Sama perempuan. Semok bu tapi bukan Ibu. Mau saya sapa kok ga enak."
"Temannya bapak mungkin Mbak." ujarku dengan senyuman. Padahal hati sudah bergemuruh
"Teman tapi kok ya gimana ya bu." ucap mbak Ratna dengan sungkan
"Gimana gimananya mbak?" tanyaku penasaran
"Itu bu, gandengan tangan. Mesra."
"Oh."
"Ibu gapapa kan?"
"Gapapa kok mbak."
"Semoga bukan teman ketemu gede ya bu. Ngeri zaman pelakor dimana mana."
"Iya Mbak. Saya juga ga bisa kan ngawasi bapak 24jam. Kelakuan bapak diluar itu tanggung jawab bapak sendiri. Tapi makasih ya Mbak udah dikasih tau."
"Iya bu. Sama sama. Semoga Bapak cepat sembuh. Kemungkinan nanti baru bisa jenguk bareng ibu ibu lainnya."
"Ga usah repot repot Mbak. Doakan saja semoga segera membaik. Aku tinggal dulu ya mbak."
Hatiku bergemuruh. Sampai sejauh mana sih Abang dengan Ika. Saat kembali ke rumah aku dikejutkan dengan tampilan Akhtar yang kusut. Perasaanku tak enak.
"Assalamualaikum buk."
"waalaikumsalam. Sudah lama?"
"Lumayan. Ibuk habis beli sarapan?"
"Iya. Tapi ibuk beli satu. Ibuk ga tau kamu mau kesini. Ada apa?"
"Bicara di dalam aja ya buk."
Aku melangkah ke ruang tamu bersama Akhtar. Perasaanku makin gelisah
"Ada apa Nak?"
"Operasi bapak ga berjalan baik buk. Hipertensi dan jantung yang diderita bapak sebelumnya berpengaruh pada proses operasi. Bapak sempat henti nafas dan henti jantung ditengah operasi berlangsung. Untungnya tim medis gerak cepat. Bapak sekarang ada di ICU. Pakai ventilator." ucap Akhtar.
Air mataku tak terbendung. Ya Tuhan, bukan akhir seperti ini yang ku harapkan. Aku tau zina adalah hutang tapi apa harus dibayar kontan seperti ini. Akhtar memelukku erat.
"Maafin Bapak ya buk." ucap Akhtar sengau.
"antar ibuk ke rumah sakit ya. Gimanapun bapak, ibuk masih istrinya kan ya?" ucapku diiringi air mata.
Bang, perpisahan yang sesungguhnya bukan perceraian tapi perbedaan alam. Ucapku dalam hati. Aku bersiap siap. Akhtar menunggu di mobil. Saat aku sudah di dalam mobil, aku bertanya ke Akhtar
"Ibu bucin banget ya Nak ke bapak?"
"Manusiawi buk. Ibuk bertahun tahun sama bapak, cinta dan sayang pasti ada."
Mobil melaju menuju rumah sakit. Semoga waktu masih berpihak padaku. Ingatanku tentang Abang berlomba masuk kedalam memori.
Ada rasa khawatir, suka maupun duka. Ah Abang, dari dulu hingga sekarang tetap kau yang selalu bisa membuat perasaanku jungkir balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang
RomanceKarena pada setiap perselingkuhan, kesalahan bukan hanya milik pihak ketiga tapi pasanganlah yang memiliki andil cukup besar atas kesalahan tersebut.