Abang 💕

8.8K 229 6
                                    

-Abang-

"Abang, kalau suatu saat abang bosan,bilang jujur ya sama aku. Jangan kasih tau temen temen cewek abang dulu. Atau mantan mantan abang. Pokoknya aku dulu ya Bang yang harus tau kalau abang bosan."

Itu percakapanku dan abang sembilan belas tahun lalu. Saat usia pernikahan kami masih berumur lima tahun. Sekarang, saat usia pernikahan kami sudah tidak muda lagi tiba tiba abang bilang bahwa dia mulai bosan.

Padahal dari pernikahan kami, sudah ada 3 anak dan 1 cucu yang baru lahir. Pernikahan kami dulu memang terlambat. Abang menikahiku saat beliau berusia 35th dan aku 27th. Beruntungnya kami langsung diberi momongan. Anak pertamaku kembar. Setahun setelah si kembar lahir,si bungsu hadir. Sampai malam kemarin saat menjelang tidur kami berbincang kecil. Kebiasaan dari dulu yang tak pernah hilang meski usia sudah mulai menua.

"Dek, sepertinya abang mulai jenuh dengan pernikahan ini."

"Oh ya Bang? Kalau boleh tau,jenuh kenapa Bang?"

"Abang rasa hubungan kita terlalu monoton dek. Apalagi setelah abang pensiun dan dirumah sementara kamu sibuk dengan daganganmu."

"Abang mau ikut aku dagang?"

"Ga mau ah Dek. Abang malas kenak panas."

"Lalu abang mau gimana ngatasi jenuh abang?"

"Ya ini dibicarakan sama kamu. Abang ngerasa rindu sama rasa degdeg an nunggu ketemu kamu. Abang ngerasa kangen dengan masa masa kita ngehabisin waktu bersama di warung kopi. Abang pengen makan cilok bareng sambil nungguin anak anak main."

"Abang rindu itu semua?"

"Abang rindu rasa cinta abang buat adek. Entah kenapa rasa yang hadir sekarang hanya rasa tanggung jawab karena adek istri abang."

"Aku ga bisa maksa rasa cinta itu hadir Bang. Aku merasa udah totalitas buat bangun rasa cintaku ke abang."

"Iya Abang tau kok dek. Abang paham. Karena semua masalah ada pada Abang. Bukan adek yg tidak bisa bikin abang cinta sama adek lagi. Tapi abang yang kesusahan untuk cinta ke adek lagi."

"Abang udah ga cinta lagi ke aku?"

"penting kah dek rasa cinta itu, sementara abang sudah bertanggung jawab selama ini pada pernikahan kita?"

Aku diam. Memang dari dulu tak pernah ada kata cinta untuk ku. Kami menikah karena kami sama sama saling membutuhkan. Yang aku tau, abang menikah di usia 35 karena masih mencintai mantan yang meninggalkannya menikah dengan lelaki lain. Karena tuntutan usia akhirnya kami sepakat untuk menikah. Aku lepas karir ASN ku untuk menemani abang yang seorang Tentara. Aku ikuti abang kemanapun abang ditugaskan.

Aku terlelap setelah mengenang cerita kami terdahulu. Alarm hp ku berbunyi nyaring. Sudah dini hari ternyata. Aku bangun untuk mengadu apa yang aku rasa pada Tuhanku.

Setelah selesai mengadu, segera ku bereskan mukena ku. Tak sengaja ku lihat gawai Abang menyala. Tak biasanya gawai itu hidup saat abang tidur. Ku dekati gawai itu. Pop up Whatssap muncul.

"Mas, jangan lupa solat tahajud. Jangan bobo terus ya 😆"

Begitu isi pop up. Dari Ika. Tanganku bergetar. Ika adalah nama mantan Abang. Apakah Abang sudah sering bertukar pesan seperti ini? Atau ini hanya ke khawatiranku semata? Ah kalau aku khawatir berarti aku inscure padahal akulah istri sah abang. Ku abaikan pesan tersebut. Ku lakukan aktifitas harianku. 

Hingga seminggu kemudian, Aan, junior Abang di kesatuan datang ke rumah. Saat aku tanya mereka menjawab akan ada proyek bisnis kurir. Mereka butuh studi banding ke kabupaten sebelah. Mereka pamit. Padahal setauku Abang tidak minat sama sekali dengan bisnis.

Perasaanku tak enak. Entah dari mana kekuatan itu datang, tiba tiba ide untuk mengikuti abang datang di kepalaku. Segera ku ketik pesan kepada anak anakku bahwa aku akan dagang sampai malam. Setelah itu, ku stater motor matic hasil dagangku untuk mengikuti mereka. Jaraknya tak dekat namun tak juga jauh. Selama mereka masih terlihat aku cukup menjaga jarak.

Tiga puluh menit kemudian mereka berhenti disebuah rumah. Yang membuatku syok adalah mereka tidak ke kabupaten sebelah. Mereka menuju sebuah rumah yang aku tau itu adalah rumah saudara Ika. Aku awasi saja dulu. Mungkin memang bisnis kurir itu berhubungan dengan sanak si Ika.

Tapi ternyata yang ku lihat malah ada si Ika disana. Ditemani oleh adik adik si Ika. Mereka bertemu. Saling sapa. Cium pipi kanan kiri. Dan saat Abang bertemu Ika,ku lihat binar cinta di mata Abang. Pandangan yang tak pernah ku lihat di mata abang saat aku menemaninya selama ini. Mereka berpelukan lama. Abang usap kepala Ika. Ika merengut sebal. Dan Abang malah mencubit pipi Ika dengan Gemas.

Sementara aku disini diam membeku. Abang dan Ika sudah tidak muda lagi. Abang 59th dan Ika 55th. Apa yang mereka pikirkan? Ika sudah bersuami. Dua anaknya sudah menjadi dokter terkenal di kota mereka. Info ini aku dapat dari Rasmi sahabatku yang sekota dengan mereka.

Segera ku pacu motorku meninggalkan mereka. Aku tidak pulang ke rumah. Aku putar putar keliling kota dengan tujuan merilekskan pikiranku. Dari dulu saranaku untuk menyalurkan emosi adalah dengan berkendara berkeliling seperti ini.

Saat aku sampai rumah sudah gelap. Si Bungsu sedang menonton tv didalam. Dia hanya melihatku,tak berani bertanya kenapa ibunya pulang dengan muka sembab seperti ini.

Iya memang dulu kami menikah karena kebutuhan. Apakah selama 24th tidak ada cinta sama sekali untukku padahal aku sudah sungguh mencintai abang begitu dalam. Dulu saat teman temanku ditimpa masalah mereka selalu iri padaku,karena sepanjang mereka berteman denganku tak pernah mereka lihat aku bermasalah entah itu dalam hal ekonomi, tetangga, keluarga atau lainnya.

Bukan berarti rumah tanggaku tidak pernah bermasalah, hanya Aku dan Abang sama sama berusaha untuk mencari solusi daripada curhat sana sini. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kali ini masalah datang yang aku prediksi dengan intuisi sebagai istri, aku butuh bercerita dengan orang lain untuk mencari solusinya.

Hari berjalan terus. Aku berusaha tetap menjadi Rani istri Abang seperti biasanya. Tapi aku tau ada yang Abang sembunyikan. Abang mulai berubah. Dia akan menghabiskan waktu berjam jam dengan gawainya. Sering aku memergoki Abang berbicara dengan muka penuh senyum, saat ketauan Abang akan pergi dariku.

Pernah ku buka gawai Abang, ku temukan chat yang membuatku jijik. Bukan chat mesum. Tapi chat Abang dan si Ika yang membawa agama untuk melindungi cinta mereka. Baahhh, agama mana yang membenarkan tindakan mereka. Yang ku ingat dan susah ku lupakan adalah perkataan Ika, "Cinta itu tak pernah salah karena rasa itu ciptaan Allah. Kalau nyalahkan cinta berarti sudah menyalahkan sang pencipta." atau "Aku selalu panjatkan disetiap tahajudku agar rasa cinta kita tetap dipelihara oleh Allah."
  atau "Kita ga tau takdir apa yang akan terjadi kedepannya, yang aku tau perasaan cinta ini terus ada membesar dan tak pernah berhenti dengan izinNya"

Sampai tiga bulan setelah Ika bertemu abang dirumah kerabanya, aku memergoki mereka lagi. Kali ini di masjid agung kotaku. Saat itu setelah berdagang aku iseng jalan mengelilingi kota karena aku butuh sarana nyalurkan emosiku akhir akhir ini.

Aku berhenti di masjid agung kota. Waktu ashar sudah datang dan hampir berakhir. Ku parkir motorku. Aku melangkah ke dalam. Aku kaget dengan apa yang aku lihat. Di luar masjid, depan pintu utama agak ke kiri,Suamiku menjadi Imam solat dengan perempuan dibelakangnya yang bukan aku.

Aku melihat mereka sampai rakaat terakhir. Setelah salam, suamiku memberi tangannya ke makmum. Perempuan itu meraih tangan suamiku untuk diciumnya. Suamiku balik mencium ke dua pipi dan keningnya. Saat ku lihat lebih dekat ternyata perempuan itu Ika.

Sungguh, imajinasi liarku adalah memergoki mereka di kamar hotel karena imajinasi bodohku itu aku merasa sakit hati sebelum melihat. Nyatanya lebih sakit lagi saat melihat mereka seperti ini, melihat Abang menjadi Imam untuk perempuan lain dan seolah olah mereka suami istri. Rasanya sungguh luar biasa sakit,seperti sebila pisau tajam penuh karat megoyak tepat di jantungmu. Anehnya aku tak menangis. Hanya membeku.badanku menggigil dan kakiku lemas. Sampai akhirnya ada tangan yang merangkulku. Saat aku lihat, ternyata si Bungsu.

Saat itu lah tangisku pecah. Akbar, anak sulungku merangkul ku erat. Mebawaku menjauh dari mereka. Hingga kegelapan menelanku.

AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang