Abang 18.0 💕

3.1K 179 17
                                    

- Abang 18.0💕-

Setelah mensyukuri diri karena bisa merasakan air yang mengalir pada tubuh hingga mampu merilekskan diri, aku melangkah kedepan. Arman sudah menunggu di teras.

"Uluh uluh ibunya Arman udah cantik begini, bentar lagi jadi janda makin cantik sepertinya."

"Eh mulut tolong dikondisikan yak." ujarku cemberut.

"Kalau Ibuk jadi janda, aku kudu jaga ketat dua kali lipat nih. Horor aku bayangin ibuk di deketin laki laki."

"Astaga Man, ibuk aja belum berangkat gugat kenapa pikiran kamu udh jauh gitu." ujarku dengan tertawa

"Nah gini dong calon janda jangan merengut aja. Tertawa bahagia lah."

"Iya iya. Ayo berangkat. Kamu mau makan dimana?"

"Soto enak kayaknya Buk."

"Soto mana Man?"

"Soto Cak Malik depan perum rumah gimana?"

"Boleh aja. Yuk"

Kami berdua memasuki mobil. Sepanjang perjalanan mataku dimanjakan pemandangan yang luar biasa indah. Genangan air disawah sehabis panen memantulkan cahaya dari langit. Seluas mata memandang disajikan hamparan langit pagi hari yang kelabu. Matahari malu untuk unjuk diri, hanya sinarnya yang tembus tipis diawan awan kelabu. Ah Allah, terimakasih telah menciptakan lukisan indah dipagi ini.

"Buk." ujar Arman membuyarkan perhatianku pada pemandangan ini

"Ya."

"Ibuk masih sayang sama Bapak?"

"Mau tau aja apa mau tau banget?"

"Ihs Ibuk."

"Masih Man."

"Kalau Bapak minta maaf, ibuk maafin ga?"

"Hmmmmm kalau untuk urusan Maaf ini agak rempong ya Man."

"Apa Ibuk akan memperlakukan permintaan maaf bapak kayak permintaan maafku dulu?"

"Tentu Man. Pada keyakinan yang ibu anut, minta maaf bukan hanya sekedar dimulut. Sama saat ibuk neladani kamu dan saudaramu, yang utama dalam meminta maaf adalah rasa penyesalan Man."

"Jadi kalau ga nyesel ga usah minta maaf buk?"

"Bukan begitu konsepnya. Bayangin, seberapa banyak saat ini kata maaf mudah banget diucapkan. Akhirnya menjadi kebiasaan, ah nanti kalau aku salah kan tinggal minta maaf doang kelar. Gitu kan?"

"Iya sih."

"Tapi tetep ga jamin bisa bikin lega kan? Apalagi pihak yang dimintai maaf."

"Bener banget buk. Itu sebabnya Ibuk neladani kalau minta maaf harus ada ganti ruginya ya."

"Iya. Kalau merasa rugi sih ga masalah minta ganti rugi, kalau ga rugi ya ga usah minta ganti rugi. Yang utama ini rasa sesal dipihak yang salah dan rasa lega dipihak yang memberi maaf. Jangan diremehin, halah gapapa aku salah nanti bisa minta maaf."

"Kalau bapak siap ganti rugi, apa ibuk mau maafin Bapak?"

"Man, ga ada selingku yang ga disengaja. Semua pasti dilakukan secara sadar. Kenapa kamu ribet kalau padahal Bapak santai aja kan sama pacarnya. Apa kamu keberatan kalau Bapak ga minta maaf ke ibuk? Ibuk jadi penasaran motifmu tanya gini loh Man."

"Ya ketauan banget ya aku kalau punya motif tersembunyi. Huhft."

"Kalau kamu lupa, ibuk yang ada disampingmu loh dari dulu,jadi dikit banyak ibuk tau lah kamu gimana."

"Sejujurnya aku ga bisa definisikan rasa apa yang ada dalam diriku Buk. Satu sisi lihat ibuk dikecewain disakiti sedemikian rupa aku ga terima, ada bagian dalam diriku yang mengutuk Bapak dan dalam anganku aku bisa nyekik Ika. Tapi satu sisi aku juga sayang banget sama Bapak. Lihat Bapak dikondisi saat ini tanpa Ibuk, rasanya hatiku juga bergejolak. Aku ga bisa bayangin Bapak tanpa Ibuk dalam kondisi sakit begini."

"Lalu, apa yang kamu inginkan Man?"

"Itulah buk yang aku bingungkan. Yang aku inginkan seperti dulu. Bapak Ibuk jadi konsultanku, jadi temanku, jadi tempatku pulang." ujar Arman dengan berkaca kaca

"Wajar kamu ingin seperti itu. Tapi...."

"Tapi semua tak lagi sama kan Buk. Semua ga bisa balik seperti dulu dan semua keinginan ga bisa selalu didapatkan. Kebutuhan yang bisa didapatkan dengan segera."

"Iya bener Man."

"Aku juga ga pengen Ibuk bertahan demi anak karena itu sama aja ibuk gantungin kebahagiaan ibuk pada anak padahal ibuk berhak bahagia karena bahagia Ibuk ya ibuk yang nentuin. Tapi aku ya tetep ga bisa memungkiri kalau Bapak pasti butuh Ibuk. Aku jadi bingung Buk."

"Semua yang kamu rasain itu wajar Man. Pilih resiko yang kamu siap hadapi. Kita ga bisa kontrol perilaku orang lain sesuai keinginan kita kan Man, kita cuma bisa kuasai keadaan,kalau ga bisa ya baru adaptasi, kalau masih ga bisa ya sudah selamatkan diri."

"Jadi aku boleh selamatkan diri Buk?"

"Tentu saja Boleh nak, setelah kamu ga bisa kuasai dan adaptasi kamu boleh selamatkan diri."

"Kalau Aku selamatkan diri, aku ga durhaka ke Ibuk kan?"

"Tentu saja engga. Sejauh apapun kamu selamatkan diri, Ibuk percaya kamu tetap ingat Ibuk sebagai Ibumu."

"Thanks Buk. Aku udah berusaha kuasai ternyata aku ga bisa. Aku akan coba untuk adaptasi dulu. Kalau aku ga mampu aku akan selamatkam diri ya buk."

"Tentu nak, kamu boleh memilih apapun jalan hidupmu, Ibu tetap disini." ujarku dengan menepuk pundaknya.

Aku pandang sekitar ternyata sudah hampir sampai dikedai soto. Roda mobil perlahan berhenti. Kami berdua turun melangkah menuju warung kaki lima. Tak banyak pengunjung yang ada. Aku melangkah menuju Cak Malik untuk memesan soto. Arman segera memilih tempat duduk.

"Cak, soto dua ya. Yang 1 nasi separo aja."

"Eh Ibu. Iya Buk. Yang separo ga pake seledri kayak biasanya ya."

"Iya Cak. Aku tunggu dimeja ya."

"Siap Buk."

Aku melangkah menuju meja Arman. Dia sibuk dengan gawainya. Sementara pikiranku mulai berkelana dengan kenangan ditempat ini. Ah Bang, kenapa saat seperti ini kenangan denganmu semakin membanjiri ingatanku.

AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang