Abang 4.0 💕

2.5K 154 2
                                    

-Abang 4.0-

"Pakeeettt" teriak kang paket dari luar. Aku merasa tak memesan apapun akhir akhir ini. Apa Akbar atau Arman ya?

"Itu paketnya Ambar Buk." cengir Ambar padaku. Ia melangkah kedepan menemui kang paket.

"Kenapa kamu kirim ke alamat sini Mbar?"

"Pake go send kok buk. Karena Ambar lagi ada disini." ucap ambar denga membuka pelan paketnya. Ternyata isinya gendongan lagi. Benar benar mabuk gendongan mantuku satu itu

"Baru lagi Mbar?"

"Ga lah buk. Aku ikut sling holiday. Itu peminjaman macam macam gendongan dari Indonesian Sling Library secara gratis. Feedbacknya kita kudu riview."

"Lah ga rugi apa mereka kasih pinjam gratis? Kalau dibawa kabur gimana"

"Itu lah baiknya ownernya Buk. Tujuannya agar mama muda bisa menrasakan aneka rasa gendongan tanpa takut keluar biaya mahal."

"Seru juga ya Mbar. Generasi muda seperti ini yang harus diberdayakan Mbar, bukan yang kebanyakan omong tapi ga ada action. Apalagi yang gerudukan nyalahin keputusan parenting hanya karena berbeda."

"Ih ibuk bilang gitu habis nyimak gosip chef yang dikritik cara gendong ya?" ucap ambar dengan iringan tawa

"hahahahha iya Mbar. Seru loh. Tapi ibuk pribadi pun ga suka kalau gaya parenting ibuk dikomen buruk padahal kan ga kenal. Ga tau juga perjuangan Ibuk gimana dengan anak anak ibuk."

"Nah iya Buk, banyak loh teman Ambar yang asal komen. Kayak pas istri sejawar mas Akhtar meninggal setelah melahirkan. Beh komennya pedes buk. Pada bilang kok bisa meninggal, kok ga dibawa ke sana, kok ga cepet dirujuk. Padahal sejawat mas Akhtar lagi berduka."

"Nah itu tuh yang perlu kita sadari sebagai orang tua dengan memberi teladan. Jangan merasa udah tua jadi seenaknya sendiri. Kalau ada orang terdekat berduka ya udah temani melewati dukanya. Jangan dikasih kata mutiara,ga bakal didenger,lewat doang karena sedang fase berduka."

"Nah iya Buk, karena berduka itu kan soal rasa dan ada emosi didalam sana. Jadi kudu disalurkan. Bukan ditahan dengan disuruh sabar aja."

"Bener. Okelah ga masalah kalau beneran tulus. Kadang cuma untuk basa basi aja. Kita terbiasa menhibur orang yang berduka karena normalnya bagi masyarakat begitu. Mengizinkan orang lain untuk merasa itu hal yang sulit dilakukan karena condong untuk menghibur tadi. Akhirnya terbiasa melarang orang lain merasa termasuk saat mereka berduka. Itu mengapa belajar menjadi fasilitas belajar pasif itu perlu juga Mbar untuk anak agar anak diizinkan mengenal rasa."

"Apa itu buk fasilitas belajar pasif?"

"misal nih ada temen Ambar yang keguguran. Kalau belum bisa belajar jadi fasilitas pasif akan jadi fasilitas aktif,mereka akan komen loh kok bisa, kamu kebanyakan jalan jalan kali, gapapa nanti dibuatkan rumah disurga, gapapa nanti bisa usaha punya anak lagi kan masih muda."

"Buk,itu Ambar banget."

"Gapapa Mbar kan Ambar masih belajar. Ibuk juga kadang masih suka eror dan jadi begitu kok."

"Nah kalau jadi fasilitas pasif itu yang gimana buk?"

"mereka yang sudah terbiasa jadi fasilitas pasif biasanya akan berkomentar aku berduka atas kehilangan yang kamu alami. Stop sampai disitu. Mereka akan mengirim doa dalam diam dan tidak bertanya atau berkomentar apa apa lagi."

"oh gitu ya Buk. Ambar suka diskusi bareng Ibuk gini. Melek banget soal edukasi."

"Ga mudah Mbar sampai dititik ini. Dulu juga ibuk selalu dikomentari. Apalagi saat Ibuk hamil Arman. Luar biasa komentar nyalahin Ibuk. Ya kali udah terlanjur hamil jarak dekat,masak mau digugurin."

"hahahahha jadi berasa kembar 3 ya buk."

"Iya bener Mbar. Ibuk berasa kayak sapi perah. Nyusuin hampir 4th. Tapi Ibuk Bahagia bisa nyusuin anak anak ibuk. Kalau sekarang istilahnya Nursing with pregnant sama tandem nursing ya Mbar?"

"wah ibuk gaul nih tau istilah NWP dan Tandem Nursing."

"Lah kamu tau sendiri kan Mbar tujuan Ibuk apa. Biar ga kamu gosipin sama temen nongkrong kamu makanya ibuk upgrade Ilmu terus."

"Ibuk terbaik. Ga rugi aku jadi mantunya Ibuk."

"Ibuk juga ga rugi punya mantu kamu. Ga matre nuntut pesta pernikahan besar besaran. Hahahaha. Dan juga yang penting kita sama sama saling belajar ya Mbar."

"Ihs Buk, emang dari dulu Ambar tuh pengen pernikahan Impian Ambar cuma dihadiri sekeluarga besar, acaranya semi formal kayak makan bersama,biar berasa intim dan private. Ambar belajar banyak juga dari Ibuk."

"Jadi pernikahan sederhanamu itu sudah menjadi pernikahan impian kamu ya Mbar?"

"Kalau menurut ibuk undangan 250 itu sederhana, bagi Ambar itu udah lebih lebih. Ambar dan Mas Akhtar introvent, berasa berat banget menjalin komunikasi dengan orang banyak dan ga kenal dekat."

Saat seru serunya diskusi dengan Ambar, tangis Arya menyahut. Ambar segera menuju Arya. Memang waktunya nenen cucuku itu. Ku periksa gawaiku. Memahami kalimat terakhir Abang. Ku balas "Iya bang hati hati."

Sejam kemudian gawaiku bergetar. Aan memanggil.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam An. Ada apa?"

"Bu mohon izin, mau mengabari bapak sama saya kecelakaan."

"Innalillahi. Dimana kalian sekarang?"

"Ini mau dibawa ke RS Mas Arman Bu. Bapak minta dibawa kesana?"

"Oke aku susul kesana. Keadaan kalian bagaimana?"

"Aan alhamdulillah cuma ke gores bu. Bapak kayaknya ada dislokasi. Ini sudah perjalanan ke RS. Hp bapak tidak bisa nyala Bu."

"Baik An, titip Bapak. Aku segera kesana."

Ya Allah apa lagi ini. Segera ku panaskan mobil. Aku menuju kamar Akhtar untuk berpamitan dengan Ambar. Ambar ingin ikut tapi aku tolak. Aku masih sayang dengan cucuku. Rumah sakit bukan tempat yang aman untuk anak dibawa 12th.

AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang