Abang 10.0💕

2.6K 182 10
                                    

-Abang 10.0-

Ketiga putraku saling berpandangan. Anggukan samar mereka lakukan.

"Bebaskan Ibuk." ucap mereka bebarengan.

"Berat ternyata ganti ruginya ya Dek yang diminta anak anak kali ini." ujar Abang menerawang ke langit langit kamar.

"Harusnya Abang tau saat memulai lagi dengan Ika, resiko seperti ini juga yang akan Abang dapat. Memangnya Abang ingin kejadian yang gimana?" ucapku sinis.

"Abang mempersiapkan ngadepin kamu yang marah membabi buta dari pada yang kalem begini dek." ucap abang dengan ringisan di wajahnya.

"Semua udah terjadi Bang, jadi Abang maunya gimana sekarang? Abang ga bisa pilih aku dan Ika secara bersama sama kan." ucapku geram juga.

"Baiklah aku akan bercerita apa yang aku rasa. Agar kalian tau kenapa akhirnya jadi begini. Bukan untuk pembelaan, agar anak anak juga tau apa yang aku rasa." ucap abang

"silahkan." ucap serentak kami berempat.

"kamu tau kan, saat menikah kamu perempuan yang tidak utuh." ucap abang dengan melihatku takut takut. Aku nafas panjang.

"silahkan Abang berbicara apapun yang menurut abang layak diceritakan. Memang mungkin sudah saatnya anak anak tau bagaimana kita sebenarnya, maaf bagaimana aku sebenarnya." ucapku dengan yakin.

"terimakasih untuk izinmu. Bapak lanjutkan. Bapak menikahi Ibumu yang tidak perawan saat itu. Ibukmu korban pelecehan atasannya. Hal itu tabu untuk dibahas sebenarnya tapi berawal dari sana lah bapak merasa tidak sempurna dengan Ibumu. Hal itu cukup mengganggu sebenarnya. Atasan bapak tau saat proses pengajuan pernikahan. Tentu bapak menanggung konsekuensi atas kesalahan yang bukan bapak pelakunya. Bapak dihukum sesuai prosedur karena ibuk yang tidak perawan."

Aku hanya menatap jendela. Teringat masa masa kelamku dulu. Sungguh bukan inginku juga menjadi korban pelecehan seksual.

"sudah tau Ibu begitu, kenapa Bapak tetap mau menikahi ibu yang tidak perawan?" ucap Arman

"Bapak ditekan untuk segera menikah oleh eyang kalian. Waktu itu Ibuk juga putus asa karena dirinya tidak utuh. Bapak menawarkan solusi untuk menikahi Ibuk daripada bapak harus menikahi pilihan eyang. Niat bapak hanya menikah,menjadikan ibuk partner hidup bapak. Kami saling setuju. Kehadiran kalian bukan bagian rencana kami." ucap abang dengan memandangku. Tanganku dingin. Kakiku sudah lemas.

"Hingga setelah pernikahan teman teman Bapak main ke rumah. Mereka tau bahwa Bapak di hukum karena menikah dengan perempuan yang tidak utuh. Mereka mengejek Bapak. Bapak belum dewasa kala itu. Ibuk kalian menjadi korban. Bapak memperkosa Ibuk kalian. Benar memang kami sudah menikah tapi Bapak memaksa. Bapak melakukan itu hanya karena ingin menjadikan ibuk pelampiasan kekesalan yang bapak rasakan setelah diejek teman teman bapak. Dan beberapa bulan hamil lah ibuk. Eyang kalian tau,bapak ditegur dengan keras. Tapi justru dari sikap eyanglah yang menyadarkan Bapak untuk mendidik Ibuk menjadi dewasa. Kami saling memperbaiki diri. Sayangnya perasaan tidak memiliki ibuk secara utuh itu menghantui bapak hingga sekarang." ucap Abang diiringi air mata yang berlinang.

"Ibuk kalian cepat sekali belajar dewasa. Sesulit apapun keadaan ibuk kalian bisa beradaptasi. Ibuk berubah menjadi wanita yang mandiri. Yang setiap orang bertemu dan berbincang dengannya pasti akan merasa bahagia. Itu makin mengganggu Bapak sebenarnya. Bapak seperti tak berguna berada disamping ibumu." lanjut Abang. Kami masih menyimak. Ku pandangi ketiga anakku dengan hati kalut. Apapun yang terjadi nanti, semoga memang sudah yang terbaik. Aku menarik nafas panjang.

"Bapak merasa inscure dengan kemandirian Ibuk. Hah seolah olah tak butuh bapak padahal kalau bukan Bapak yang mungut,ibuk kalian bisa apa. Bapak perlu perempuan yang mebutuhkan bapak dengan segala kemanjaannya." ucap Abang parau. Air mata masih mengalir,ku lihat Abang mengusapnya dengan perlahan. Ku alihkan pandanganku ke jendela, langit sudah mulai menggelap.

"Terimakasih untuk kejujuran Abang. Akhirnya aku tau apa yang Abang rasa." ujarkan dengan terisak.

"Apa seharusnya dulu aku menolak tawaran kamu aja ya Bang jika akhirnya seperti ini." lanjutku

"Masa lalu Ibuk yang seperti itu ga bisa dijadikan Alasan bapak untuk ga ambil sikap loh. Ganti rugi yang Akhtar minta tetep bebaskan Ibuk." ucap Akhtar dingin.

"Aku juga." sahut Akbar dan Arman bebarengan.

"Bapak berat kalau untuk bebaskan Ibuk." jawab Abang.

"Kenapa Bang? Karena Abang belum puas menyiksaku, belum puas Membuatku sakit hati sebagai bentuk pertanggung jawabanku karena aku tidak mempersembahkan keperawananku pada Abang?" tantangku ke Abang.

"Astaga Dek,picik sekali otakmu itu? Apa kamu ga sadar kita sudah tua, apa kata orang jika sudah kakek nenek malah berpisah?" teriak Abang frustasi

"Harusnya Abang pikirkan itu saat Abang mulai memghubungi Ika dulu." ucapku datar

"Kamu melakukan salah Abang terima,kenapa sekarang Abang salah kamu tidak mau memilih tetap bersama?"

"Abang, masalahnya bukan dipenerimaan. Gunakan Akal. Saat ini semua sedang emosi. Mau ngomong model gimanapun tetep ga bisa selesai. Aku sudah tau alasan Abang. Sekarang konsekuensi tindakan Abang adalah bebaskan Aku dengan suka rela atau aku yang pergi?" ucapku dengan memijat pelipis

"Ini situasi sulit bagiku dan anak anak. Kami sudah kuasai dan adaptasi dengan berkali kali menyalurkan emosi. Dan pergi adalah pilihan terakhir bang." ucapku lagi

"Sama yang selalu bapak ajarkan dalam menghadapi situasi sulit,kudalari adalah tindakan yang masuk akal yang bisa kita jalani." ucap Akhtar. Kudalari adalah singkatan dari kuasai adaptasi dan pergi.

"kalian pergi melarikan diri? Itu bukan tindakan dewasa." ucap Abang

"Pergi tanpa melakukan kuasai dan adaptasi itu yang dimaksud melarikan diri. Sementara pergi setelah melakukan kuasai dan adaptasi adalah menyelamatkan diri Pak." Ujar Akbar.

Kami masih diam. Abang menutup mata. Nafasnya memburu. Mungkin lelah adu menang dengan anak anak. Adzan maghrib berkumandang memecah keheningan. Aku berdiri.

"Aku solat dulu." pamitku pada mereka. Ku langkahkan kaki menuju musola RS ini. Meski belum ada titik temu tapi aku sudah ada gambaran akan seperti apa kedepannya diriku nanti.

AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang