# 13

41 26 6
                                    


" Lo duluan aja Ri ,Nanti gue agak malem ke rumah Dira ." Ujar Bella sambil membenarkan kunciran rambutnya di parkiran sore Itu.

Fahriza jadi mengangguk menanggapi ucapan Bella lalu memasang helm yang menggantung di motornya.

Alan yang sedang memakai helm jadi menoleh." Gue sama Gilang nyusul ya mau ke Apotek dulu bentar," katanya.

Gilang menganggukan kepalanya duduk di jok belakang motor Alan.

" Bella pulang sama siapa?mau Abang anterin gak?" Goda Alan membuat Bella memandangnya dengan kernyitan tak suka.

" Ke ujung dunia pun Alan jabanin Bel." Tambah Gilang." Alan punya heligober bell ."

" Asal sama Neng Bella ." Balas Alan cekikikan.

" Sinting."Sentak Bella memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan dua kunyuk itu.

Fahriza mendengus lalu menyalakan mesin motornya.Menghiraukan mereka yang masih cekikikan sesekali menggoda adik kelas yang lewat di parkiran.

Tak batuh waktu lama Fahriza melepas helmnya kala menatap rumah yang tidak begitu megah tidak bertingkat namun memiliki halaman yang luas dan asri.Ia turun dari motornya berjalan pelan sambil membenarkan ranselnya.

Langkahnya terhenti kala mendengar suara di dalam sana seperti Tengah bertengkar bisa di dengar itu suara Aldira dan juga mungkin ibunya.Niatnya ingin mengetuk pintu jadi ia urungkan.

Tak lama dari itu seorang wanita berjalan dengan cepat .Fahriza jadi mengumpat di sisi pohon yang terletak dipinggir rumah Dira.

Setelah terlihat Ibunya menyalakan mobilnya lalu meninggalkan halaman rumah Dira .Ia jadi mengetuk pintu dan tertegun saat melihat gadis itu dengan kondisi yang tidak baik.

" Ra?"

🍭🍭🍭🍭

" Ini balasan kamu selama ini sama Mamah hah!!!?"

Gadis itu mengepalkan tangannya dengan air mata yang bercucuran." Cukup mah,Dira capek di tekan terus kaya gini." Ujarnya dengan menggebu gebu berusaha untuk berbicara walau rasanya sesak sekali.

Dituntut selalu jadi yang sempurna bagi Adlira berat banget rasanya.Kaya pengen nyerah aja tapi ini sebuah keharusan.

Mama Gita memijit pelipisnya lalu menatap putrinya." Mamah pengen yang terbaik buat kamu Ra!"

Dira mengehla napasnya kasar mengusap air matanya." Mamah gak pernah rasain apa yang aku rasain." Katanya pelan.

Gita jadi semakin emosi lalu mengusap rambutnya kebelakang." Tau apa kamu soal masa depan?" Tanya sedikit berteriak membuat Dira memundurkan badannya karena merasa terkejut.

" Apa mamah tau cita cita Dira?" Jawab gadis itu menatap mamahnya dengan tatapan kecewa dan sedih dalam waktu bersamaan." Nggak pernah kan?"

PLAK!!!

Suara tamparan mengenai pipi kirinya.Gita menatap tangan tersebut dengan sedikit rasa bersalah tapi egonya sendiri jauh lebih besar.

Aldira meremas kuat bajunya kala mendapat Tamparan di pipinya.

Sakit, Marah,kecewa. Itu lah yang sedang ia rasakan Semenjak ia duduk di bangku SMA tamparan seperti ini sering ia dapatkan.

" Dira selalu ikutin apa yang Mamah minta." Ia jadi menunduk memainkan jari jarinya." Tanpa pernah ngerti perasaan Dira selama ini mah!" Ujarnya sedikit berteriak.

" Belajar gak kenal waktu, Bimbel sana sini." Dira mengusap wajahnya." Tapi mamah gak pernah sekali pun hargain usaha Dira."

" Tapi kamu gak pernah jadi yang pertama Dira!" balas Mama Gita menundukkan badannya di kursi .

Hello You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang