Malam itu berlangsung dengan kemeriahan dimana-mana. Bahkan, Vita tidak menyangka bahwa Revo juga ikut datang ke dalam acara ulang tahunnya. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia bertemu dengan Revo.
Laki-laki itu. . .
Dia sudah berubah total dan dia juga datang bersama pacarnya, Raya. Teman-teman SMA-nya yang hanya sebatas ia kenal juga tidak sungkan-sungkan datang ke dalam acara ulang tahunnya. Namun, yang paling ia khawatirkan saat ini adalah perasaannya.
Daritadi, ketika orang-orang mengajaknya berbicara, ia justru melirik diam-diam ke arah Iqbaal. Sekarang juga, dia bisa melihat sosok Iqbaal yang tengah berbicara pada Manda. Mesikpun Vita tahu bahwa Manda sudah punya pacar, ada rasa gejolak yang membara di hati Vita ketika melihat keduanya berbicara sambil tertawa.
Namun, setelah itu, Manda pergi dan menghampiri pacarnya. Vita hanya bisa menghela nafasnya panjang dan menenggelamkan dirinya di atas sofa. Sofa ruang keluarga sengaja dibawa keluar untuk tempat duduk tamu utama.
Vita memperhatikan sekeliling rumahnya. Matanya menangkap sosok Dennis dan Hafiz yang tengah tertawa girang setelah bermain PSP. Kedua orang tua Vita sendiri tengah duduk di sofa lain yang jauh dari sofa tempat dia duduk.
Dia sendirian.
Hanya dia yang sendirian.
"Oi?"
Vita mengangkat wajahnya dan menyadari bahwa ada sosok Hafiz yang sudah berdiri di depannya. Laki-laki itu tersenyum cerah kemudian menggerakkan dagunya untuk menunjuk sisi yang ada disamping Vita dengan wajah bertanya.
"O─Oh, duduk aja," ujar Vita canggung.
Hafiz mengangguk kemudian duduk di samping Vita. Laki-laki itu menyenderkan tubuhnya pada sofa tersebut dan menatap langit malam sejenak. Dia menghela nafas berat dan memijit pelipisnya pelan.
"Gimana?"
Vita menoleh sekilas pada Hafiz. "Maksudnya?"
Hafiz menguap pelan. "Gimana hari ini?" tanyanya. "Lo seneng atau enggak?"
VIta mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "Iya, gue seneng hari ini. Lo sendiri gimana? Siapa yang ngerencanain semua ini? Lo bertiga atau salah seorang doang?"
"Gue wajib jawab pertanyaan itu, gak?"
"Enggak, sih," jawab Vita pelan. "Cuma, ya, gue nanya doang."
"Oke, gak boleh ganti lagi. Kalau gak wajib berarti gue gak harus jawab soalnya ini pertanyaan yang bikin semuanya kebongkar," jelas Hafiz lalu tertawa pelan.
"Hah?" Vita mengangkat alisnya tak mengerti. "Kebongkar? Emangnya ada yang kalian sembunyiin dari gue?"
"Menurut lo?"
Vita mengangkat bahunya. "Mungkin iya, mungkin enggak. Ayolah, Hafiz... Kita, 'kan, temen. Jawab aja, kenapa, sih?"
"Ya... Kalau masalah ini beda lagi, Vit. Gue gak bisa seenaknya buka mulut. Bisa-bisa yang punya acara ngamuk sama gue. Udah deh, ngomong yang lain aja," kata Hafiz.
"Mau ngomong apaan emang? Gue aja bingung mau ngomongin apaan sama lo. Udah, makanya kasih tau aja siapa yang punya acara? Lah, lagian, 'kan, gue yang punya acara. Yang ulang tahun, 'kan, gue!"
Tawa Hafiz meledak. Dia tidak bisa habis pikir kenapa ia bisa berteman dengan gadis ini. "Vit, maksud gue yang merencanakan acara ini. Bukan lo nya. Kalau lo rencanain juga ngapain lo nanya sama gue? Ngomong-ngomong, tadi Iqbaal ngapainin lo aja?"
"Maksudnya?"
"Pas yang kalian berdua lagi berdiri hadap-hadapan. Kita semua, 'kan, di belakangnya Iqbaal jadi gak keliatan dia ngapainin lo. Ngomong aja gak kedengeran," kata Hafiz lalu meminum segelas jus yang digenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything ✕ CJR
FanfictionIqbaal Dhiafikri Ramadhan tidak pernah menyangka bahwa keadaan band yang telah ia bentuk sejak SMA bersama ketiga sahabatnya akan terancam bubar. Pravitasari Utami yang selama ini bersahabat dengan Iqbaal sejak SMP sedang sibuk mengejar sosok kakak...