[17] Surprised

1.7K 117 0
                                    

Oh the sun will rise

Tomorrow never dies

*

"Bentar... Bentar... Lo berdua kenal?" tanya Iqbaal. Tangannya menunjuk Raya dan Dennis secara bergantian, lalu menurunkannya kembali. Ia menunggu jawaban Dennis.

Namun, Dennis dan Raya justru mengangguk secara bersamaan dengan wajah yang tak dapat Iqbaal artikan. Entah kenapa, Iqbaal menangkap perasaan buruk.

"Adek gue."

"Kakak gue."

Iqbaal memberikan kedua telapak tangannya ke arah mereka. "Jangan ngomong barengan, tolong," katanya tak sabar. "Jadi, kalian berdua kakak adek?"

Lagi-lagi, keduanya mengangguk pelan. Iqbaal menghembuskan nafasnya, berjalan ke arah Raya, lalu menatap gadis itu. "Hubungan lo apa sama Revo?" tanya Iqbaal pelan. Matanya menatap tajam Raya tanpa sedetikpn berkedip. "Lo jawab sejujurnya. No lies."

"Gue--Kita cuma temen... Iya, kita cuma temen," katanya mantap. "No relationship. Kita baru aja kenal kemarin."

"Oke." Iqbaal menjauhkan wajahnya lalu berjalan kembali ke arah Revo. "Lo kasih tau Vita kalau gue suka sama dia?"

Revo menggeleng. "Enggak. Buat apa gue kasih tau dia kalau lo suka sama dia? Gue kalau lomba juga sportif. Gak ada tuh yang namanya curang," ujarnya. "Lagian, kayaknya gue udah nyerah sama dia. Gue emang bener soal gue nganggep dia cuma adek."

Mata Iqbaal melebar. "Lo sinting? Dia baru aja mau ngejar lo lagi, Revo!" teriak Iqbaal. "Denger ya, dia cuma suka sama lo dan dia bakalan ngelakuin apapun buat lo. Jadi, jangan mainin perasaan dia! Jangan cuma kasih harapan sama dia! Kalau lo emang gak suka, lo bilang sama dia biar dia gak buang waktu dia yang berharga cuma buat lo."

"Gue gak buang waktu dia," bantah Revo. "Gue udah gak suka dia." Revo terdiam sejenak dan melanjutkan, "ditambah, gimana gue mau ngejar dia kalau lo yang selama ini ada di deketnya, bego."

**

"Halo, Bu?"

Mira mendesah berat. "Vita, bodyguard-nya udah dateng belum?" tanya ibunya. Vita mengerutkan keningnya. "Oh iya, ibu lupa bilang kalau mulai besok ada bodyguard yang bakalan jagain kamu 24 jam."

"Hah? Kenapa tiba-tiba, Bu? Kan ada Yoyok sama Asep, Bu! Aku gak mau ah! Gak mau! Pokoknya liat nanti kalau Ibu bener-bener pesan bodyguard, aku tendang dia keluar dari rumah!" celoteh Vita panjang lebar.

"Tap--"

Tut.

Sambungan telepon diputus tepat sebelum Mira menyelesaikan kalimatnya. Vita menghela nafas panjang, kemudian menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Ia beranjak dari tempatnya berdiri, lalu mengambil jaketnya yang terletak di atas sofa, memakainya, dan mengambil kunci mobil yang tergantung di dekat pintu utama. Ia sudah memutuskan bahwa ia akan keluar sebentar mencari udara segar.

Setelah meminta izin pada dua satpamnya, mobilnya langsung menderu meninggalkan halaman rumah. Ia mengemudikan mobilnya menuju taman yang berada di tengah kompleknya.

Ia keluar begitu selesai memarkirkan mobilnya. Sebuah bangku kosong dibawah lampu taman langsung didudukinya. Hanya ada beberapa orang disana. Beberapa memilih membuka laptop mereka karena terpasang Wifi di taman itu. Vita mengeluarkan ponselnya dan mulai memainkan games secara acak.

"Ngapain lo disini malem-malem? Sendirian lagi?"

Vita menolehkan kepalanya. Didapatinya Iqbaal yang ikut duduk dengannya. Laki-laki itu mengenakan kaus bergambar dan celana pendek yang berujung pada lututnya. Sebuah jaket hitam ikut membaluti tubuh laki-laki itu dengan tudung yang menutupi kepalanya. Vita sempat menangkap kantung mata yang ada di bawah matanya.

Anything ✕ CJRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang