Vita menahan nafasnya lalu terbangun dari mimpi buruk tersebut. Ia menoleh kesana dan kemari. Helaan nafas keluar dari hidungnya saat melihat ia masih berada di dalam kamarnya. Ia menoleh ke arah jendela dan menyadari bahwa bulan masih bersinar terang.
"Huh."
Ia mengambil ponselnya yang ada diatas nakas tempat tidur dan menghidupkannya. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Kemudian diletakkannya kembali, lalu kembali tertidur.
Ditatapnya langit-langit kamarnya yang gelap. Ia sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Suara burung hantu bersahutan samar-samar membuatnya merinding. Ada juga suara dedaunan yang saling bergesekan yang mengisi keheningan malam.
Terpaksa malam itu ia tidak tertidur memikirkan bagaimana jika mimpinya menjadi kenyataan. Ia akan sangat menyesal.
**
"Thanks buat traktirannya," ujar Raya sambil membuka seat belt-nya. Ia tersenyum tipis ke arah Revo. "Dan buat nganterin ke rumah gue."
"Udah jadi kewajiban, daripada lu nanti diculik orang," kata Revo lalu tertawa. Raya ikut tertawa saat mendengar ucapan Revo. "Udah jam 9. Mendingan lu masuk daripada nanti gua dikira nyulik lu atau ngapainin lu."
"Orang tua gue gak peduli," gumamnya pelan.
Revo menaikkan alisnya. "Sorry, gua gak denger. Tadi lu ngomong apa?"
"Bukan apa-apa," kilah Raya, lalu memberikan senyumnya. "Oke, emang kayaknya gue musti masuk sekarang."
"Hati-hati, Ray."
"Ray?"
"Panggilan buat lu," jawab Revo lalu tersenyum tipis. "Besok lu masuk di kelas gua kan? Mau bareng?"
Raya terdiam sejenak. "Gue sih gak masalah buat berangkat pake apa--" Ia tersenyum. "--but, okay, I'll go with you."
"Then--" Revo mengangkat alisnya. "--see you tomorrow?"
Raya tertawa kecil. "See you!"
Setelah itu, Raya turun dari mobil Revo dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Revo tersenyum kecil saat Raya sudah benar-benar hilang dari pandangannya.
"Looks like I've got another."
**
"Vita, lo beneran mau pulang hari ini?" tanya Mike kesekian kalinya. Padahal, Vita sudah benar-benar mengepak kopernya dan memesan sebuah tiket pesawat.
Lagipula, ia sudah berada di Inggris selama lima hari dan Papa-nya sudah bangun. Ia sempat meminta maaf pada ibunya sebab ia baru tahu bahwa ibunya menginginkan family time bersama Vita.
Sebab, orang tuanya tidak dapat pulang. Papanya juga memberinya beberapa lembar uang tambahan padahal ia bisa menerimanya melalui ATM. Ia mendapatkannya ketika ulang tahunnya yang ke-17 beberapa bulan yang lalu.
"Iya, Mike," jawab Vita sabar. "Kan tadi gue udah bilang kalau gue bener-bener mau pulang. Ampun deh lo. Lo aja yang ke Indonesia, kenapa?"
Mike mendengus. "Males gue ke sana. Gue kan pengen punya duit banyak dulu baru ke sana."
"Tobat sana," ujar Vita. "Lo kan kabur dari nyokap-bokap. Gak sopan lo."
"Ya, makanya! Maksud gue abis duit gue banyak, gue mau balik ke sana. Gue mau biayain mereka naik haji," katanya. Ia mendengus pelan. "Lagian gue kabur juga buat sekolah ini, bukan buat hiburan."
Vita terdiam sejenak. Ia memikirkan bagaimana hebatnya Mike yang kabur meninggalkan orang tuanya karena ingin melanjutkan sekolahnya. Karena Mike memang bekerja untuk kedua orang tua Vita sejak mereka masih di Indonesia, Mira memutuskan untuk membiayai kuliah Mike.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything ✕ CJR
FanfictionIqbaal Dhiafikri Ramadhan tidak pernah menyangka bahwa keadaan band yang telah ia bentuk sejak SMA bersama ketiga sahabatnya akan terancam bubar. Pravitasari Utami yang selama ini bersahabat dengan Iqbaal sejak SMP sedang sibuk mengejar sosok kakak...