"Siap buat hari ini?"
Vita mengangguk dengan yakin ketika Iqbaal menatapnya intens. Ia memandang Dennis dan Hafiz menunggu anggukan kepala mereka. Kedua orang tersebut mengangguk dengan susah payah.
"Gapapa," kata Iqbaal ketika Vita ingin protes soal Dennis dan Hafiz yang tampaknya belum siap. "Ini konser pertama kita jadi jelas aja Hafiz sama Dennis gak siap."
"Intinya panggung udah disiapin kan?" tanya Vita.
Kali ini Dennis yang mengangguk. "Semua udah diatur dan kursi udah diperbanyak berhubung orang luar juga bisa nonton."
"Oke. Kalau gitu, kita ketemu lagi jam berapa?" tanya Hafiz.
Iqbaal melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Konser mereka akan dimulai pukul 7 malam di aula sekolah. Jadi, mereka masih punya waktu sekitar 10 jam. Tapi, mereka juga harus sudah datang di sekolah satu jam sebelumnya untuk persiapan.
Konser kali ini beda, mereka membawakan tiga lagu yang biasanya mereka hanya membawakan 1 lagu tiap konser dan konser-konser sebelumnya mereka tidak memungut biaya. Mereka cuma pake panggung yang biasa digunakan sekolah buat pentas seni dan kali ini panggungnya juga masih sama cuma hiasannya lebih megah.
"Oke, kita kumpul jam 6. Kita ketemu di Kafe berhubung gua mau beli Americano dulu," kata Iqbaal.
Ketiganya hanya manggut-manggut menyetujui perkataan Iqbaal. Hari ini akan menjadi konser paling meriah? Entahlah, mereka juga tidak tahu sampai mereka menjalankannya.
**
"Lu udah makan belum?" tanya Iqbaal sambil memasang sabuk pengamannya.
Vita menggeleng walaupun ia tahu Iqbaal tidak sempat melihatnya. "Belum. Kenapa gitu?"
"Yaudah makan deh. Gua bayarin," kata Iqbaal sambil memutar kunci mobilnya. Mobilnya langsung berderu ketika ia menginjak pedal gas.
"Tumben lo baik." Vita membuka ponselnya lalu membuka aplikasi games. "Biasanya lo kan pelit sama gue."
Iqbaal terkekeh pelan. "Kalau gua boleh jujur sih. Gua baik kalau ada maunya doang."
"Eh?" Vita menoleh ke arahnya dengan marah. "Jadi lo bayarin gue sarapan gara-gara lo punya niatan buruk sama gue gitu?"
Iqbaal langsung melambaikan tangannya ke arah Vita dan tertawa keras. "Duh--" Iqbaal tertawa lagi. "--Gua kan cuma bercanda, Vit. Lu selalu nanggapinnya serius sih."
Vita langsung menggerutu kesal. "Lagia, mana gue tau kalau lo cuma bercanda. Gue pikir serius."
Iqbaal hanya tertawa pelan, kemudian ia kembali serius dengan kemudi mobilnya. Mereka diam dalam aktifitas masing-masing sampai mereka tiba di McDonald yang ada di dekat komplek rumah Vita.
"Lu mau pesen apa?" tanya Iqbaal sambil mengeluarkan dompet dari kantung celana jeans-nya.
Mata Vita langsung beralih pada papan menu yanh berada di atas meja pemesanan. Alih-alih Vita yang sibuk memilih, Iqbaal mengeluarkan ponselnya.
"Gue paket yang itu aja." Vita menunjuk gambar paket ekstra hemat yang menyediakan burger, french fries dan Coca Cola.
"Oke," jawab Iqbaal. Lalu, laki-laki itu langung berjalan menuju meja pemesanan. Vita menyibukkan dirinya dengan menulis status di Path.
Sekembalinya Iqbaal, laki-laki itu sudah membawa pesanan Vita dan juga pesanannya--french fries dan pepsi blue--yang langsung ditanggapi dengan wajah meremehkan milik Vita.
"Diet atau gimana lo?"
"Bukan diet tapi gue udah kenyang," kata Iqbaal. Ia bangkit untuk mengambil sambal yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything ✕ CJR
FanfictionIqbaal Dhiafikri Ramadhan tidak pernah menyangka bahwa keadaan band yang telah ia bentuk sejak SMA bersama ketiga sahabatnya akan terancam bubar. Pravitasari Utami yang selama ini bersahabat dengan Iqbaal sejak SMP sedang sibuk mengejar sosok kakak...