Vita bergumam kecil menyanyikan lagu yang akan ditampilkan The Milway di konser mendatang.
Iqbaal yang tengah menyetir mobil hanya bisa diam dalam kesunyian, fokus dengan kemudinya, dan telinganya ikut mendengarkan Vita yang tengah sibuk sendiri.
Tak lama kemudian, mereka tiba di SMA Harapan Abadi. Vita segera melepas headset-nya, lalu merentangkan tangannya ke atas sambil mengerang pelan.
"Gimana?" tanya Iqbaal. Ia melepaskan sabuk pengamannya, lalu matanya sekilas menatap dasbor mobilnya yang menunjukkan pukul 6:45.
Vita menoleh sebentar, lalu mengangkat alisnya bingung. Detik selanjutnya, ia sadar bahwa Iqbaal menanyakan soal lirik lagu yang tengah dihafalkannya.
"Lumayan," jawab Vita singkat. Gadis itu melepas sabuk pengamannya dan melanjutkan, "kalau 'She Looks So Perfect' dan 'Clarity', gue udah hafal. Cuma Echo agak susah dihafal mungkin."
Iqbaal tersenyum tipis. "Gua yakin lu bisa kok." Ia menoleh ke arah Vita. "Ayo, mau diem doang disini?"
Vita terkekeh pelan dan menggeleng menandakan bahwa ia akan segera turun dari sana dan masuk ke gedung sekolah super besar itu.
Keduanya melangkah bersisian menuju bagian loker mereka yang terletak di dekat pintu gedung utama.
Vita membuka lokernya yang tepat berada di samping Iqbaal dan juga Hafiz. Di samping Hafiz ada loker Dennis yang di pintunya terdapat banyak tempelan kartu cinta.
Iqbaal tertawa pelan. Vita mengambil buku Ekonomi-nya dan menoleh ke arah Iqbaal bingung. "Kenapa sih?" tanyanya. "Lo serem abis, tiba-tiba ketawa gitu. Ih."
"Sialan," rutuk Iqbaal. "Gua ketawa ngeliat pintu loker Dennis. Tiap hari ditempelin kartu anak-anak yang ngegebet dia."
"Biarin lah." Vita mencibir lalu menutup pintu lokernya. Ia menatap Iqbaal dan berkata, "daripada lo. Gak pernah tuh pintu loker lo ditempelin begituan."
Iqbaal menutup pintu lokernya dan melangkah mendahului Vita. "Yaiyalah, gua maunya lu yang nempelin begituan ke loker gua," gumam Iqbaal.
Vita yang berada tak jauh darinya tentu saja mendengar Iqbaal bergumam tidak jelas. "Lo ngomong apa, sih? Jangan ngedumel gitu lah."
"Siapa yang ngedumel coba," bantah Iqbaal. Kemudian, ia mengacak rambut Vita sebentar. "Tuh, udah ya, gua ke area IPA."
"Uh, iya." Vita menganggukkan kepalanya, namun sebelum ia melangkah pergi Iqbaal justru menahan pergelangan tangannya. Terpaksa, Vita pun berhenti. "Kenapa lagi?"
Iqbaal tersenyum kecil. "Balik temenin gua jalan yok?"
"Jalan?"
"Iyalah jalan. Bosen di rumah, lagi gak ada siapa-siapa," curhat Iqbaal. Lalu tersenyum miring.
"Emang orang tua lo kemana?" Vita mengerutkan alisnya. "Terus, kenapa gak ngajak Hafiz atau Dennis aja? Gue kan cewek. Entar dikira pacaran."
Ya justru itu yang bikin gua seneng, Vit. Lu peka kek.
"Mereka punya acara masing-masing," kata Iqbaal. "Orang tua gua kerja ke luar negri lagi. Sebulan malah kali ini, Vit."
Vita menyipitkan matanya meneliti secuil apapun itu kebohongan yang tengah dibuat oleh Iqbaal. Namun, nihil.
"Yaudah deh," kata Vita menyerah. Lalu, gadis itu melepaskan tangannya secara halus dan pergi meninggalkan Iqbaal dalam imajinasinya.
**
Langkahnya begitu cepat mencoba mengejar gadis yang tengah bergumam menyanyikan suatu lagu itu.
Lalu, ia menepuk bahu gadis itu dan membuat gadis itu sedikit terlonjak, lalu mengusap dadanya karena terlalu kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything ✕ CJR
FanficIqbaal Dhiafikri Ramadhan tidak pernah menyangka bahwa keadaan band yang telah ia bentuk sejak SMA bersama ketiga sahabatnya akan terancam bubar. Pravitasari Utami yang selama ini bersahabat dengan Iqbaal sejak SMP sedang sibuk mengejar sosok kakak...