Hampir saja Vita menabrak seseorang jika ponselnya tidak berdering. Semenjak ia berangkat dari Indonesia, pikirannya dipenuhi oleh perkataan yang tak sengaja terlontar dari mulutnya.
Perkataan yang membuat Iqbaal ikut mengerutkan keningnya akibat gadis itu.
Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan langsung membulatkan matanya saat melihat foto Iqbaal yang muncul disana. Jarinya lantas menyentuh gambar gagang telepon berwarna hijau dan mendekatkan ponselnya di dekat telinga.
"Ha-"
"Gimana? Udah sampe disana?"
Vita melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 siang. Perjalanan dari Jakarta sampai London membutuhkan waktu 15 jam dan pesawatnya sempat transit di Singapura selama satu jam.
Jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 siang menyatakan bahwa di Indonesia sekarang pukul 8 malam. Untung perbedaan waktu tidak terlalu jauh dan Iqbaal bisa dibilang menjadi orang pertama yang mengubunginya.
"I've just arrived, Bal. Lo gak usah heboh gitu deh," kata Vita sambil tersenyum tipis. Ia menarik kopernya dan berjalan keluar bandara.
Ia melirik ke arah papan putih yang bertuliskan Pravitasari Utami besar-besar. Matanya langsung membulat saat melihat orang yang tengah asik memegang papan besar tersebut. Dengan langkah terseok-seok ia mendekati pemuda itu dan menoelnya.
"Yaudah kalau lu baik-baik aja," kata Iqbaal. "Takutnya lu kesasar atau enggak diculik gitu. Kan gua yang repot entar. Masa gua nyusul lu."
"Hey, Mike!"
"Siapa tuh?"
Vita menepuk keningnya menyadari bahwa ia masih menelpon Iqbaal. "Itu, orang yang jemput gue di bandara. Udah lah, entar Skype-an aja, gimana? Gue takut pulsa lo langsung sekarat nelpon gue."
"Oke, terserah lu," Iqbaal menghela nafas panjang disana. "Jangan macem-macem disana. Inget yang disini."
"Maksudn-"
Belum sempat Vita membereskan kalimatnya, Iqbaal sudah memutuskan sambungan telepon. Dengan perasaan kesal, Vita menutup ponselnya lalu menoleh ke arah Mike.
"Why always you, Mike?"
Mike tersenyum miring. "Because your parets trust me." Ia mengambil koper Vita dan mulai menarik koper merah muda itu.
Dibelakangnya, Vita mengikuti dengan malas. Mike menoleh ke belakang memastikan Vita disana. "Ceritanya lo bosen liat muka gue?"
"Enggak sih," kata Vita sambil mengikuti Mike yang berjalan menuju sebuah mobil sedan hitam bermerek. "Mobil siapa ini?"
"Hah?" Mike membuka bagasi mobil tersebut.
Vita memutar bola matanya. "Mobil siapa ini?" Ia mengulang pertanyaannya.
"Mobil gue lah," kata Mike sombong. Kemudian ia tertawa sambil menutup bagasi mobil tersebut. "Punya bokap-nyokap lo lah, masa punya gue sih."
Vita hanya tertawa kecil lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Mike yang siap mengemudi.
"Kapan mereka beli?"
"Mana gue tau," jawab Mike. Ia menghidupkan mobil tersebut sambil melirik ke arah kaca spion mobil itu. "Hari ini Heathrow rame amat sih. Emang pada tertarik banget ya sama Inggris?"
"Ya lo kan udah tinggal lama disini, makanya lo biasa aja pas disini," balas Vita. Ia menghidupkan pemutar musik. Alunan lagu The Beatles memenuhi mobil. "Kayak gue aja, ngeliat foreigner dateng ke Indonesia. Mereka mau liat apaan di Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything ✕ CJR
FanficIqbaal Dhiafikri Ramadhan tidak pernah menyangka bahwa keadaan band yang telah ia bentuk sejak SMA bersama ketiga sahabatnya akan terancam bubar. Pravitasari Utami yang selama ini bersahabat dengan Iqbaal sejak SMP sedang sibuk mengejar sosok kakak...