24

567 63 5
                                    

"Aku pulang dulu ya bu." Aku mencium tangan Ibu dan menggendong Ares yang setengah tertidur.

"Kenapa tidak menginap saja? Sekarang sudah pukul 10 malam, kasihan Ares dia terlihat sangat lelah, dan juga sekarang hujan deras." Ibu mengelus kepala Ares yang berada dipelukanku.

"Tidak apa bu, besok Ares harus sekolah dan aku juga bekerja besok pagi hari."

"Kau yakin?"

"Iya bu, ibu tenang saja setiap akhir pekan akan mengunjungi kalian dan 2 bulan lagi saat liburan aku akan menginap selama dua minggu, aku janjikan itu." Aku tersenyum manis.

"Yasudah, Farren tolong kamu panyungin mereka ya."

Kulirik Farren yang sedang membuka payung lalu berjalan menghampiri kami. Kami berjalan dengan sunyi hingga tiba dimana aku memakirkan mobilku, kuletakan Ares dengan perlahan di bangku penumpang dan beranjak menuju tempat pengemudi.

Aku membuka pintu mobil dan menatap Farren sebentar sebelum masuk.

"Terimakasih sudah mengantar kami."

"Ya, hati-hati di jalan." Aku tersenyum singkat padanya sebelum menutup pintu.

Kulajukan mobilku perlahan dan menatap pantulan lelaki itu yang mulai menjauh dari kaca spion. Samar-samar aku melihat wajahnya yang tersenyum kecil dengan tatapan yang terus menatap mobilku. Apa aku berhalusinasi? Aku memacu mobil menambah kecepatan dengan jantungku yang berdegup cepat.

****

"Ares, tolong bawakan tas dan dompet ibu ya," Ucapku yang masih sibuk dengan koper dan tas baju.

"Iya bu," Jawab Ares lalu berlari kecil.

Huft ini cukup melelahkan menarik sebuah koper dan menenteng dua tas besar. Aku terlonjak saat seseorang merebut dua tas besar dari tanganku, jika saja aku tidak menyadari kalau itu adalah Farren mungkin aku akan menonjok orang itu.

"Bisakah kau bilang dulu sebelum merampas tas seseorang?"

"Jadi kau tidak mau kubantu?" Ia menatapku dan hendak menurunkan tas yang ia bawa.

"Bukan itu maksudku, setidaknya beri aba-aba, aku terkejut tahu," Ia menaikan sebelah alisnya dan tertawa ringan lalu berjalan meninggalkanku.

'Hish, menyebalkan.' Gumamku dengan senyum kecil.

"Halo Keyna," Ibu menyambutku dan memeluk ku hangat.

"Baik bu, Ibu bagaimana? Sehat?"

"Ya, sangat sehat. Ibu sudah membenahi kamarmu di lantai atas, kau bisa menempati kamar itu dengan Ares."

"Terimakasih Ibu."

Ah, semua tentang rumah ini membuatku bernostalgia. Aku memasuki kamarku dan menemukan Farren yang sedang tersenyum sumringah mengacak rambut Ares. Sial, aku merasa akan menangis. Kenapa hal sekecil itu sangat menyentuh hatiku?

Farren menyadari aku yang menatap mereka beranjak keluar dari kamarku dan melenggang memasuki kamar yang berada tepat di sebrang kamarku. Perasaan apa ini? Déjà vu kah?

*

"Kau mau pergi kemana Keyna?"

"Aku ingin mengunjungi Sarah bu, setelah 5 tahun akhirnya aku bisa mengontak dia lagi."

"Oh iya Ibu juga sudah tidak pernah mendengar kabarnya lagi, padahal dulu tak lama kau pulang dari Inggris dia masih sering berkunjung."

Hujan Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang