33

597 64 8
                                    

"Mbak, anak saya hilang, Namanya Antares Raffyan Ohayashi. Ciri-cirinya ia berumur 6 tahun, memiliki rambut coklat gelap, mata coklat terang, kulit putih, memakai baju hitam dan celana krem. Saya Ibunya, Keynaya. Tolong ya Mba." Ucapku pada seorang penjaga di resepsionis.

"Baik, tunggu sebentar Bu, akan saya umumkan sebentar lagi. Bisa Ibu cantumkan nomor yang bisa kami hubungi?" Aku mengangguk lalu menuliskan beberapa angka di kertas catatan yang tersedia.

Tak lama suara pengumuman menggema dengan menyebutkan berita anak hilang dan menyebutkan ciri-ciri Ares.

"Mba, saya akan cari di luar Mall. Tolong hubungi saya jika ada kabar." Ucapku lalu berlari keluar Mall.

"Kau sudah mencari kemana saja?" Seorang lelaki menghampiriku dengan wajah khawatirnya.

"Aku sudah mencari di are sekitar lobi luar dan membuat pengumuman di resepsionis. Namun aku tidak menemukan apapun."

"Oke aku akan cari ke area sisi kiri luar hingga belakang, kau carilah di sisi kanan setelah selesai kita kembali lagi ke titik ini." Aku mengangguk mengiyakan dan segera berlari ke area sisi kanan luar Mall.

Aku berjalan gusar dan memberhentikan setiap orang yang kutemui, bertanya apakah mereka melihat seorang bocah dan menyebutkan ciri-ciri Ares. Namun nihil, tak ada seorangpun yang melihat dan mengetahui keberadaannya.

Aku kembali ke arah lobi berjalan cepat menuju meja resepsionis.

"Apa ada berita terbaru, mba?"

"Maaf, belum ada Bu. Akan segera saya hubungi nomor Ibu nanti jika ada perkembangan."

Aku berjalan ke titik awal kesepakatanku dengan Farren. Aku menggigit kuku tanganku gusar. Bagaimana ini? Kau dimana Ares? Tolonglah segera muncul, Ibu sangat khawatir padamu.

"Aku tidak mendapatkan petunjuk apapun." Ucap Farren dengan napas tersengal.

"Bagaimana ini? Apa kita harus lapor polisi?" Ucapku dengan air mata yang telah menggenang.

Ia menarik tanganku agar terlepas dari bibirku lalu menangkup wajahku menatap dalam.

"Tenanglah Keyna, aku tahu kau khawatir. Kita akan temukan Ares bersama, aku janji kita akan bertemu Ares segera." Ia mendekapku mengelus lembut kepalaku menenangkan.

"Sekarang ayo kita keluar kita cari di daerah sekitar sini, mungkin Ares kebingungan dan pergi keluar." Ucapnya lembut.

Aku mengangguk pelan lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang. Farren mulai mengemudikan mobil menyusuri jalanan di sekitar. Aku membuka kaca jendela mobil menatap teliti satu persatu orang yang berlalu lalang di trotoar jalan berharap menemukan sosok Ares.

Beberapa jam berkeliling tanpa hasil, kami merubah metode dengan berjalan langsung di trotoar bertanya pada orang-orang yang lewat dengan menunjukkan foto Ares. Lagi-lagi kami tak menemukan secercah petunjuk.

"Kau mau beristirahat sebentar? Wajahmu terlihat pucat."

"Bagaimana aku bisa beristirahat saat aku belum menemukan anakku?"

Ia hanya terdiam lalu menyodorkan sebotol air mineral. Aku menerimanya tanpa bicara dan menenggaknya rakus. Aku melirik arlojiku yang menunjukkan pukul 5 sore. Sial, sudah sesore ini ternyata. Aku bahkan tak menyadari langit yang sudah mulai menggelap.

"Kalau kau lelah, kau bisa beristirahat. Aku yang akan mencarinya." Ucapnya dengan sorotan mata yang sarat akan khawatir.

"Tidak. Kita cari bersama."

Hujan Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang