13

3.9K 230 15
                                    

Aku memerhatikan perutku yang sedikit membuncit lewat pantulan dari cermin seraya mengusapnya pelan. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sangat senang memerhatikan dan mengusap perutku, setiap aku mengusapnya, ada perasaan aneh yang menjalar ke hatiku dan spontan sebuah senyuman haru tersungging dibibirku. Sungguh, aku bisa merasakan kehadirannya.

Aku berjalan menuju ranjang dan membaringkan diriku lalu memejamkan mata mencoba untuk tidur. Namun, suara perut keroncongan memaksaku untuk kembali membuka mata.

'Sial, aku sangat ingin makan nasi goreng!!! Dan aku sangat lapar!!! Akhh!!'

Aku menghempaskan kepalaku kebantal dengan frustasi. Aku harus tahan. Tahan Keyna!

"Tidak bisa!! Aku tidak bisa menahannya lagii!! Sial!!" Aku mengacak rambutku frustasi.

Aku melirik kunci mobil yang tergeletak diatas meja nakas dengan penuh minat. Akan sangat menyenangkan jika aku bisa makan nasi goreng spesial dengan kerupuk yang banyak! Aku beranjak dan meraih kunci itu semangat.

Aku keluar dari kamar dengan langkah kaki lebar, namun mulai berjalan mengendap saat menuruni tangga. Bahkan, aku menenteng sendalku agar tak terdengar suara langkah kakiku.

"Kau mau kemana?" Bahuku menegang terkejut dan jantungku berpacu dengan cepat mendengar suara berat seseorang. Apa aku ketahuan lagi? Aku membalikkan tubuhku perlahan dengan kaki gemetar dan keringat yang membasahi keningku.

"Kenapa kau belum tidur?" Ujarku berusaha tetap tenang.

"Hei, aku bertanya padamu. Kenapa malah balik bertanya?" Pria itu memandangku menyelidik dan tajam seperti biasa.

"Aku sedang bertanya padamu. Jawablah," lanjutnya pelan.

"Aku... aku lapar... aku hanya keluar untuk mencari makanan. Sungguh."

"Kenapa tidak membangunkan mbak Yani saja?"

"Hei, aku tidak sekejam itu. Ia sudah tua dan sekarang sudah tengah malam."

"Lalu, kau ingin keluar dengan pakaian seperti itu?" Tunjuknya pada piyamaku. Oh, bahkan aku baru sadar kalau aku masih mengenakan piyama. Aku terlalu bersemangat.

"Memangnya kenapa? Apa aku melanggar undang-undang?" Ia menghela nafas berat.

"Yasudah. Aku yang akan membelinya. Tunggu aku diruang makan," Lelaki itu mengambil kunci mobil yang ada digenggamanku.

"Farren, tidak perlu merepotkan diri. Aku bisa membelinya sendiri kok."

"Aku akan lebih repot kalau Ayah tahu kau pergi tengah malam. Tunggu aku, jangan tidur dulu. Aku akan segera kembali," Ia membalikkan tubuhnya mulai melangkah dan membuka pintu, namun aku segera menahan tangannya sebelum ia menjauh.

"Farren..."

"Sudah kubilang tak apa, kau tak usah terharu."

"Bukan itu... tapi... tolong ya, nasi goreng spesial dua porsi, ayamnya dibanyakin dan juga kerupuknya hehehe."

*

Aku menghela nafas berat untuk yang kesekian kalinya. Farren bersikap sangat aneh dan sulit ditebak. Ia mendadak dingin setelah insiden aku menyuapinya dan bahkan ia menghindariku selama beberapa hari, namun sekarang ia peduli padaku. Jujur, aku merasa bahagia karena Farren yang akan membelikannya untukku. Entahlah, namun itu menimbulkan getaran kecil dihatiku. Itu membuatku gugup.

Ohya, besok adalah hari ulang tahunnya. Kira-kira kado apa yang akan kuberikan kepadanya? Aku tidak tahu kesukaannya karena kita memang tidak sedekat itu.

"Ini nasi gorengnya," Suara bariton seseorang menarikku kembali kedunia nyata.

"Terimakasih," Aku segera melahap makanan dihadapanku dengan bersemangat.

Hujan Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang