TUJUH

6 1 0
                                    

Lapangan SMA merpati dipenuhi oleh siswa siswi yang tengah menunggu ceramahan kepala sekolah.

"Selamat pagi anak anak. Hari ini saya akan menyampaikan mengenai kegiatan ulang tahun sekolah besok. Dimana sekolah kita akan mengadakan acara pentas seni untuk kelas 11. Disetiap kelas harus ada perwakilan untuk pentas seni. Selain ada pentas seni juga ada bazar untuk kelas 12 dan ada tari tradisional dari kelas 10. Ada yang ditanyakan?" Tanya kepala sekolah.

"Saya bu" Ucap seorang siswa kelas 10.

"Silahkan tanya apa?" Tanya bu Desti. Kepala sekolah Sma merpati

"Acaranya besok malam atau pagi seperti jam sekolah biasa bu?" Tanya anak itu.

"Acaranya besok malam jam 7, dan harap datang tepat waktu. Untuk pakaian kalian bertemakan Black and white. Apa kalian paham?" Tanya kepala sekolah lagi

"Paham" Balas semua siswa kompak.

"Baiklah kalian boleh kembali kekelas masing masing" Ucap bu desti membuat para murid berhamburan menuju kelasnya.

"Din, ntar lo pake baju kaya gimana?" Tanya jihan pada dinda yang berjalan menuju kelasnya

"Gue juga belum tau. Tapi yang jelas warna putih sih" Balas dinda bingung.

"Gimana kalau ntar kita beli bareng? Gue ada rekomendasi butik bagus loh." Ucap sisil ikut nimbrung

"Sil, Lo lupa ya? Dinda kan nggak punya uang buat beli gaun mewah kaya kita. Gimana sih. Yang ada lo buat dia tersinggung" Sahut Jihan Membuat dinda tersinggung.

"Justru dengan lo ngomong kaya gitu dinda jadi tersinggung gimana sih lo. Kalau ngomong tuh mikir dulu" Ucap Sisil membenarkan ucapan jihan tadi

"Kok lo jadi nyalahin gue sih. Kan emang bener dinda itu nggak punya duit buat beli gaun di butik yang lo rekomendasiin." Kesal jihan

"Udah nggak apa apa. Yang dibilang jihan bener kok. Gue emang nggak punya duit buat beli gaun mewah yang lo rekomendasiin sil, Lagian tema nya black and white kan. Jadi gue bisa pakai baju yang gue punya aja. Kalau gitu gue ke kelas duluan ya" Ucap dinda meninggalkan kedua temannya.

"Tuh kan gara gara lo sih, si dinda jadi ngambek" Kesal sisil pada jihan.

"Kok jadi gue sih" bantah jihan

"Yaudah ayok ke kantin mumpung masih jam istirahat nih" Ajak sisil mengakhiri perdebatan mereka.

*****
Dinda memasuki kelasnya yang masih lumayan sepi. Hanya ada erland dan teman temannya disana.

"Ekhemm tuh gebetan baru lo dateng" Ucap aurel melirik dinda yang baru saja duduk di kursinya.

"Dateng dateng mukanya ditekuk gitu kenapa lo?" tanya bryan kepo

Dinda tak menjawab pertanyaan bryan membuat bryan dan teman temannya kesal.

"Eh cuprut. Lo bisu atau budeg sih? Temen gua nanya malah dianggurin" Kesal Sherent karena dinda tak menanggapi ucapan bryan.

"Land. Urus tuh si gebetan baru lo yang budeg dan bisu. Kita berempat mau ke kantin. laper" Ucap revan diikuti anggukan teman temannya.

Revan dan teman teman erland yang lainnya pun meninggalkan kelas, yang kini hanya menyisakan erland dan Dinda berdua.

Disisi lain dinda mengeluarkan buku diarynya yang berwarna Biru. Dinda mencurahkan semua isi hatinya pada buku itu.

Kenapa dunia ini serasa nggak adil?
Atau mungkin cuma aku yang ngerasain?
Aku Pengen bahagia sebentar aja.
Walaupun kebahagiaan itu nggak berasal dari keluargaku sendiri.

"Woiii nulis apaan sih lo" Ucap seseorang yang merebut buku diary dinda, membuat dinda kaget.

"Apaan sih lo, balikin buku diary gue. Balikin" Kesal dinda

"Kalau gue nggak mau?" tanya erland dibalas tatapan tajam oleh dinda

"Balikin nggak? Erland balikin" Ucap dinda sembari mencoba merebut buku diary miliknya dari tangan erland.

"Tunggu gue mau baca bentar" Sahut erland setelah memunggungi dinda.

"Kenapa dunia ini serasa nggak adil?
Atau mungkin cuma aku yang ngerasain?
Aku Pengen bahagia sebentar aja.
Walaupun kebahagiaan itu nggak berasal dari keluargaku sendiri." Ucap Erland sok puitis.

"Erland Balikin plisss" Ucap dinda merengek.

"Emang keluarga lo nggak bisa ngasih lo kebahagiaan?" tanya erland asal.

"Erland balikin plisss" dinda mengabaikan pertanyaan erland

"Gue balikin tapi lepasin pelukannya. Gue tau kok kalau pelukan gue itu nyaman" Balas erland menyadari bahwa sedari tadi dinda memeluknya. Ralat! hendak merebut diary itu tapi malah tangan dinda terlalu pendek untuk mencapai bukunya. Hingga jika dilihat dinda seperti memeluk erland dari belakang.

"Apaan sih lo. Siapa juga yang peluk lo. Gue cuma mau ngerebut diary gue. Mana balikin" Pinta dinda dan melepaskan Pelukannya.

"Yaudah nih gue balikin" Erland memberikan diary itu pada dinda "Btw lo udah dapet baju buat besok malem belom? Atau ntar gue anterin nyari baju" Ucapnya menawarkan diri.

"Eh harusnya orang bego pun tau. kalau kepsek aja baru ngumumin tema birth day school nya belum ada satu jam yang lalu. masa iyha gue udah dapet kostum" Balas dinda kesal.

"Yaudah gue anterin ya" Tawar erland

"Ogah. Gue nggak mau. Hari ini gue masih harus cari kerjaan. Jadi jangan gangguin gue. Kemaren gara gara lo, gue jadi gagal cari kerjaan." Kesal dinda

"Yaudah gue anterin nyari kerjaan ya" tawar erland lagi.

"Nggak perlu. Gue bisa sendiri" Balas dinda ketus.

"Gue nggak suka penolakan. Atau gue lakuin hal yang tadi pagi belom gue lakuin?" Tanya erland memberikan pilihan.

"Apa maksud lo?" tanya dinda tak mengerti.

Erland memdekatkan dirinya pada dinda. Membuat dinda grogi bukan main.

"Lo mau apa?" tanya dinda grogi

"Lo mundur selangkah lagi gue cium lo" Ucap erland membuat dinda seketika berhenti bergerak.
"Lo tinggal turuti aja apa kata gue. Baru gue nggak akan lakuin hal itu" Tambahnya membuat dinda reflek menganggukkan kepalanya.

"Oke lo anterin gue cari kerjaan tapi pliss menjauh dari gue" Balas dinda membuat erland lega. Erland menjauhkan tubuhnya dari dinda membuat dinda bisa bernafas layaknya orang normal.

"Oke balik sekolah gue anterin lo cari kerja" ucap erland sembari duduk dibangkunya.

*****

"Kita cari kerja dimana lagi? Ini udah malem loh" Ucap Erland pada dinda.

Sedari tadi mereka mencari pekerjaan tapi tak kunjung mendapatkan.

"Kita ke Brechtje Cafe baru habis itu kita balik" Balas dinda dibalas anggukan oleh erland.

Mereka pun menuju ke cafe yang mereka cari. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai disana. Brechtje Cafe Mempunyai spot foto ala ala belanda membuat cafe itu tak sepi pengunjung.

"Baiklah, Adek diterima disini. Ship sore sampai malem ya, Datang jam empat sore pulang jam 10 malem. Adek bisa mulai kerja besok lusa ya, Karena besok cafe tutup" Ucap boss cafe itu.

"makasih ya pak, Makasihh banyak. Kalau gitu saya permisi" Balas dinda dibalas anggukan oleh boss cafe yang dipanggil pak Jhon itu.

"Yes akhirnya gue keterima. Thanks ya er, Lo udah anterin gue. Gue nggak nyangka lo orangnya sebaik itu" Ucap dinda setelah keluar dari cafe.

"Ya emang gue baik. Baru tau lo?" Tanya erland. sepertinya dinda salah bicara.

"Yaudah ayok gua anter balik. Besok sekolah" Ucap erland dibalas anggukan oleh dinda. mereka pun menaiki motor dan meninggalkan pekarangan cafe.


TO BE CONTINUED...

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang