DUAPULUHSATU

6 2 0
                                    

Pagi ini, Dinda berangkat menaiki taksi. Ia tidak menunggu erland seperti biasanya. Entah mengapa, beberapa hari ini sikap erland terlihat berbeda. Bahkan erland lebih dekat dengan sisil daripada dinda.

Sesampainya dinda di depan gerbang sekolah, matanya terfokus pada satu objek yang membuat hatinya terasa sesak. Bagaimama bisa erland bermesraan dengan sisil di tempat umum? Bahkan dinda melihat angga yang baru saja datang.

"Dinda, Lo liatin apa?" Tanya angga yang menghentikan motornya di samping kiri dinda.

Angga mengikuti arah pandang dinda. Terkejut? Pasti. Pasalnya baru kali ini ia melihat gadisnya mesra dengan laki laki lain.

"Beberapa hari ini selama lo nggak masuk, sisil emang deket sama erland. Bahkan selalu nempel" Bukan dinda. Melainkan jihan yang datang dari gerbang bersama farhan.

"Bahkan dia nggak peduliin status dinda yang noteband nya pacarnya erland" Tambah farhan

"Udahlah. Gue juga males sama sisil. Beberapa hari ini dia berubah ke gue" Balas angga.

Dinda hanya tersenyum getir. Disaat ia ingin membuka hati, kenapa harus sesakit ini?

"Yaudah kita ke kelas aja ya. Nggak enak Ngobrol di sini" Ajak dinda dibalas anggukan oleh jihan

"Kalian berdua parkirin motor dulu aja. Kita mau ke kelas duluan" Ucap jihan menarik tangan dinda menjauh dari tempat itu.

Jihan yakin gadis disampingnya ini sedang memasang topeng. Menutupi rasa sakit yang ada di hatinya.

"Ck, jadi ini yang baru pacaran terus diselingkuhin? Miris. Pantesan aja erland selingkuh. Orang pacarnya aja kaya gini. Nggak modis" Ucap seorang siswi seangkatannya yang bisa dibilang fans berat erland.

"Maksud lo apa?" Tanya dinda yang masih tak mengerti.

"Maksud gue, Kenapa sih erland bisa tertarik sama lo? Jelas jelas dari dulu dia tau kalau gue suka sama dia. Malah dia nggak pernah lirik gue sama sekali. Sedangkan lo? Anak baru disekolahan ini malah bisa narik perhatian erland" Guman Jessy.

"Ya Udahlah Jess, Yang namanya orang caper kan mau gimana lagi? Dasar muka tembok. Nggak tau malu. Bisa bisanya caper sama Erland. Buat apa sih? Buat Jadi trending topik di Sini" Balas Rena, Teman jessy

"Kalian ngomong apa sih, Gue salah kalau deket sama erland?" Tanya dinda menahan air matanya agar tak jatuh.

"Menurut lo? Inget ya! Kalau gue disuruh voting, Yang pantes dekat sama erland itu lo atau sisil, Ya jelas gue dukung sisil. Seenggaknya, erland nggak dapetin gue dia masih dapetin cewe yang sepadan sama gue. Nggak kayak lo yang miskin, dekil, kumuh" Balas Jessy.

Plakkk

Satu tamparan mendarat di pipi mulus jessy, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Apaan sih lo, lo berani tampar gue?" Ucap Jessy tak terima.

"Eh, Lo yang apa apaan. Lo siapa ngomong kaya gitu sama dinda? Mau dinda anak orang miskin, anak orang kaya. Yang penting kan dia makan pake uangnya sendiri, nggak minta sama lo. Dan satu lagi. Erland pacaran sama dinda atau sama sisil, Itu hak erland bukan hak lo" Balas jihan yang tak bisa menahan emosinya.

"Stop. Ada apa ini?" Tanya seorang perempuan paruh baya dan laki laki paruh baya menengahi keributan antara empat gadis perempuan seangkatan itu.

"Ini bu, bisa bisanya dia ngelarang orang pacaran. Kalau iri bilang jangan bully orang seenaknya." Kesal jihan.

Dinda yang tak kuat menahan air matanya, langsung pergi meninggalkan tempat itu.

"Kalian berdua, Ikut ke ruangan saya" Ucap laras tegas.

*****

"Dinda mana?" tanya erland pada jihan

"Mana gue tau. Tanya aja sama si jessy" Balas jihan dengan nada tak enak.

"Jessy siapa lagi dah land?" Tanya bryan yang sedari tadi menyimak.

"Land, land. Lo kira temen gue namanya jailand" Tanya revan pada bryan

"Maksud lo ngomong gitu apa?" Tanya erland dengan nada datarnya.

Brakkk

"Lo nggak tau, tadi si dinda di bully sama jessy, anak IPA-5 Gara gara dia pacaran sama lo? Ya jelas nggak tau lah. Orang lo kan sibuk selingkuh sama Sahabat pacar lo sendiri" Ucap jihan melirik sisil dengan sinis. Dab menekankan kata 'sahabat pacar lo sendiri'

Plakkk

"Maksud lo apa ngomong gitu? Siapa yang selingkuh?" Tanya erland tersulut emosi.

"Lo pikir gue nggak tau tingkah busuk lo yang cuma mainin temen gue? Gue nggak akan semarah ini kalau yang lo sakiti  itu bukan temen gue." Sentak jihan.

"Brow, lain kali kali kalau lagi ngobrol sama orang, jangan main kekerasan. Apalagi sama cewek. Nggak elit" Ucap Farhan menyindir.

"Kalian kenapa sih ribut ribut?" Tanya sisil yang sedari tadi memakai earphone dan duduk disebelah angga. Sedangkan cowo itu fokus pada buku bacaannya.

"Maaf ya. Lain kali kalau mau makan temen sekalian pakai nasi. Biar kenyang" Ucap Jihan sinis kemudian memasangkan earphon pada handphone dan telinganya. mendengarkan lagu yang menurutnya bagus dan mengeraskan volumenya pada earphone.

"Ngga, maksud jihan apa sih?" tanya sisil pada angga

"Mana gue tau. Pikir aja sendiri" Balas angga kembali pada bacaannya.

"Kok bahasa kamu jadi beda gitu? Biasanya aku kamu. Kok sekarang lo gue?" Tanya sisil yang tak dibalas angga.

Tas dinda ada di tempat duduknya. Tapi dinda tak ada di tempat duduknya. Kemana perginya gadis itu? Saat erland hendak mencarinya, guru fisika datang. Membuat erland mengurungkan niatnya. Mau tidak mau, Ia harus memperbaiki nilai. Seperti apa yang diminta orang tuanya.

"Sialan" Gumam erland.

To Be Continue...

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang