DUAPULUH SEMBILAN

3 2 0
                                    

"Erland. Kita langsung balik?" Tanya dinda ditengah ramainya jalanan jakarta.

"Kita ke basecamp dulu. Ngumpul sama temen temen" balas erland. "Pegangannya tuh di pinggang bukan di pundak. Lo kira gue tukang ojek?" Tanya Erland menatap dinda dari kaca sepion.

"Modus?" Tebak dinda.

"Emangnya nggak boleh modusin pacar sendiri?" Tanya Erland membuat dinda menahan senyumnya.

"Yaudah ini pegangan di pinggang" Dinda mengalihkan pegangannya pada pinggang erland. Sedangkan kepalanya ia sandarkan pada pundak erland.

"Gitu kan enak. The Real Orang pacaran" Ucap Erland dibalas senyuman oleh dinda.

"Makasih ya er" Ucap dinda membuat erland bingung.

"Buat apa?" Tanya erland kemudian berhenti menepikan motornya.

Dinda turun dari motor erland, kemudian melepas helm nya. Diikuti oleh erland yang juga melakukan hal yang sama. Dan saat ini, mereka duduk di sebuah halte dipinggir jalan raya.

"Makasih buat apa?" tanya erland memecahkan keheningan.

"Makasih lo udah buat hidup gue jadi lebih berwarna" Balas dinda yang tadinya menunduk kini menatap mata erland tajam.

"Udah tugas gue buat bikin lo bahagia" Balas erland dengan senyumnya dan menyelipkan anak rambut dinda.

"Gue boleh minta sesuatu nggak sama lo?" Tanya dinda membuat erland bingung.

"Minta apa? Selagi gue bisa. Gue akan lakuin" Ucap erland membuat hati dinda semakin berbunga.

"Jangan pernah tinggalin gue er. Apapun yang terjadi. Gue nggak mau kehilangan orang yang udah bangkitin cinta yang mati di hati gue. Gue nggak mau kehilangan orang yang bisa buat gue kembali mengenal kata bahagia. Gue sayang sama lo er. Apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalin gue" Ucap dinda kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak erland.

"Gimana kalau lo tau kenyataan soal awal gue ngejar ngejar lo din? Jujur gue beneran jatuh cinta sama lo. Masalah taruhan itu, gue nggak peduli sekarang. Yang gue peduliin saat ini adalah, Gue sayang dan bener bener udah jatuh cinta sama lo. Bukan lagi karena taruhan" Batin erland membayangkan betapa jahat nya dia mempertaruhkan perempuan yang saat ini benar benar ia cintai.

"Kalau misalnya lo yang ninggalin gue?" Tanya erland kemudian merangkul pundak dinda.

"Gue nggak akan pernah tinggalin lo er. Apapun yang terjadi. Gue nggak mungkin ninggalin orang yang udah buat gue kembali mengenal kata cinta. Nggak akan mungkin" Balas dinda membuat erland menitihkan air matanya. Kemudian menghapusnya sebelum dinda melihat nya yang saat ini tengah menangis.

"Kalau gitu, gue juga nggak akan pernah tinggalin lo. Apapun yang terjadi. Gue nggak mau tinggalin orang yang bener bener gue cinta" Ucap erland. Kini dinda duduk dengan tegap. menatap erland yang saat ini juga menatapnya.

"Gue sayang sama lo dinda" Ucap erland menatap manik mata dinda penuh rasa sayang.

"Gue juga sayang sama lo Er" Balas Dinda yang juga menatap erland.

Mereka pun berpelukan saling menyalurkan kekuatan. Dinda tak kuasa menahan air matanya. Ia benar benar takut kehilangan erland. Memang benar apa kata orang. Benci akan jadi Cinta. Dan itu yang saat ini dinda alami.

"Udah dong jangan nangis. Kita ke basecamp yuk" ajak erland sembari melepaskan pelukannya dan menghapus air mata dinda.

Dinda mengangguk dan mengikuti erland berjalan ke motornya.

*****
"Erland mana sih nggak dateng dateng. Van, tadi dia bilang mau dateng kan?" tanya sisil membuat angga yang duduk di sampingnya merasa jengah.

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang