SEBELAS

7 1 0
                                    

Sepulang acara sekolah, Erland langsung mengantarkan dinda pulang kerumahnya. Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah dinda.

"Er, Makasih ya buat hari ini" Ucap dinda yang sudah keluar dari mobil erland dengan nada datar

"Kenapa wajahnya datar gitu? Biasanya juga pakai senyum manisnya" Balas erland menyusul dinda keluar dari mobilnya.

"Lo tau nggak sih, Gue malu er, Gue nggak suka dipandang sama siswa siswi Sma merpati" Ucap dinda kesal.

"Kenapa harus malu? Kan yang pacaran kita bukan mereka" Balas erland membuat dinda diam seribu bahasa.

"Din, Nggak ada alasan buat seseorang itu malu. Apalagi soal pacaran. Lo nerima gue apa adanya kan? Bukan karena apapun! Jadi buat ala lo malu?" Tanya erland.

"Nggak. Gue nggak nerima lo apa adanya. Gue nerima lo atas dasar paksaan semata nggak lebih. Udah sana lo pulang. Gue ngantuk mau istirahat" Ucap dinda membuat erland tertohok.

"Lo ngusir gue?" Tanya erland penuh penekanan.

"Iyha kenapa nggak terima lo?" Dinda bertanya balik.

"Kalau gue maunya nginep sini gimana?"

Plakk

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Erland.

"Nginep sini? Awas aja Besok lo pulang tinggal tulang belulang doang" Balas dinda kesal.

"Gue nggak takut. Ayo masuk" Erland beranjak mendahului dinda untuk masuk kedalam rumah.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang sedari tadi menyaksikan perdebatan mereka.

Deg

Jantung dinda serasa berhenti melihat siapa yang datang ke sini. Bagaimana bisa dia tau rumah dinda? Sedangkan dinda tak pernah memberitahukan kepada siapapun.

"Non-" Ucap perempuan paruh baya itu terpotong.

"Er, Lo liat kan gue ada tamu, Jadi gue minta lo pulang sekarang. Cepet" Ucap dinda menarik tangan erland menjauh dari pintu rumahnya.

"Ogah. Itu ibu lo ya. Gue mau kenal sama calon mertua nih" Ucap erland kembali mendekati perempuan paruh baya itu.

"Assalamualaikum Ibu calon mertua, Kenalin nama saya Erland Gavind Adiyoga. Ibu mertua bisa panggil saya erland, Gavind, Adi, Yoga, Atau menantu juga boleh" Ucap erland tanpa rasa malu. Erland mengulurkan tangan untuk menyalimu perempuan paruh baya itu. Perempuan itupun membalas uluran tangan erland.

"Tapi saya bu-" Ucap perempuan itu yang lagi lagi terpotong.

"Udah kenal kan? Sekarang lo pulang aja. Lagian ada Emak gue, Nggak malu lo?" Tanya dinda pada erland dengan nada ketus. Jujur, Saat ini perasaannya campur aduk. Apa tujuan perempuan itu datang kemari?

"Gue tetep mau nginep sini. Itung itung simulasi buat jadi kepala rumah tangga. Boleh kan tante?" Tanya erland dan dibalas anggukan oleh perempuan itu.

Dinda menggandeng tangan perempuan itu menjauh dari erland.

"Lhah calon mertua gue malah diajak pergi" Monolog erland.

"Bi, Bibi ngapain kesini? Bibi tau kan kalau hubungan aku sama mamah sama papah itu lagi nggak baik baik aja?" Ucap dinda memelankan nada bicaranya.

"Maafkan bibi non, Bibi kesini cuma karena perintah dari tuan. Bibi cuma mau ngabarin kalau Nyonya sakit non, Dan Nyonya dirawat di rumah sakit, Setiap hari nyonya selalu mikirin non sampai pola makannya nggak dijaga. Dan malam ini kondisinya drop lagi." Ucap Bi asih, Asisten rumah tangga keluarga mahesa.

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang