SATU

11 1 0
                                    

Kringgggggg!!!!

Bel istirahat berbunyi. Bu frida pun mengakhiri pembelajaran hari ini dan meninggalkan kelas 11 IPA 2.

"Hai kenalin nama gue sisil, kalau ini angga pacar gue, ini farhan, dan yang terakhir ini namanya jihan" Ucap seorang perempuan yang menghampiri tempat duduk dinda

"Hai gue dinda" Balas dinda.

"Mau kekantin bareng nggak?" Tanya farhan

"Boleh, yuk" Antusias dinda.

Tiba tiba saja erland yang ada di samping dinda menarik tangan dinda dengan kasar. Membuat gadis itu menabrak dada bidangnya. Pandangan mereka bertemu.
1 Detik
2 Detik
3 Detik
4 Detik
5 Detik
Dinda segera memutuskan pandangannya.

"Kalian berempat pergi aja ke kantin, cewek ini masih ada urusan sama gue" Ucap Erland datar.

"Tapi gue mau ke kantin sama mereka" Sahut dinda tak terima.

"Ngapain kalian masih disini? Pergi cepet" Ucap Erland sedikit membentak. Keempat orang itupun langsung pergi karena takut.

"Revan, Ajak temen temen pergi dari sini. Gw mau ngobrol 4 mata sama cewek ini" Tambahnya.

"Ya tuhan, apa yang mau cowo ini lakuin?" Batin dinda takut.

"Siap bos, Yok geng" Revan mengajak teman temannya keluar kelas.

Ya! Erland adalah most wanted sekolah yang gengnya sangat terkenal. Bisa dibilang pentolan sekolah. Tapi tidak pernah berhenti membuat gara gara.
Anggotanya ada 5 anak, dibawah kepemimpinan Erland. Mereka adalah Revan Alianster, Bryan Mario Alfendra, Sherent Alianafidha, Aurel zevi margaretha.

Kini di dalam kelas hanya ada Dinda dan Erland. Jantung dinda berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Lo inget gue kan?" Tanya Erland mulai bicara.

"Udah gak usah dijawab! Gue tau kok lo masih inget sama tadi pagi. Nggak mungkin lo mendadak amesia" Tambah erland.

"Hehe" Dinda hanya nyengir. Dia tidak tau harus bicara apa. Dia takut salah bicara nantinya.

"Gara gara lo tadi pagi, Hp gue rusak. Dan lo harus ganti rugi" Ucap Erland dengan nada datarnya.

"Apa ganti rugi?" Tanya dinda terkejut

"Iyha. Ga banyak kok cuma 12 juta. Lagian tadi gue denger nama lo itu dinda kayla Mahesa kan? Dan setau gue Bapak Aditya mahesa itu adalah pemilik perusahaan ternama di indonesia. Jadi uang segitu kecil lah." Balas Erland.

"Sial! Kenapa dia tau sih." Batin dinda grogi. Jujur jantungnya saat ini tengah berdisko di dalam sana.

"Dan kalau lo nggak mau ganti rugi, Gue bakal laporin kejadian ini ke kepala sekolah biar lo dihukum" Ucap erland mengancam.

"Kok lo ngancem sih? Lo pikir gue ada duit segitu banyaknya? Dan untuk nama gue yang ada mahesa nya, emang nggak boleh ada nama mahesa? Lo jangan sama samain gue sama orang lain ya, gue gak kenal sama orang yang namanya aditya mahesa. Pahamkan? sekarang gue mau ke kantin" Balas dinda ngegas. Dinda pun beranjak pergi dari kelas. Tapi Erland keburu menarik tangannya.

Kejadian beberapa menit lalu terulang kembali. Dimana ia jatuh di dada bidang milik Erland dan pandangannya bertemu.

Dinda menepiskan pandangannya. Tapi erland tetap menatapnya tajam dan tidak melepaskan tangannya dari pinggang dinda. Dinda semakin ketakutan, Tubuhnya bergetar hebat.

"Kalau lo nggak mau ganti rugi..." Erland mengencangkan pegannya pada dinda dan mendekatkan wajahnya pada dinda.

Jantung dinda berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Lo mau ngapain? Lepasin gue atau gue teriak?" Ucap dinda memberontak.

"Coba aja. Nggak akan ada yang denger" Balas erland tetap memajukan wajahnya pada wajah dinda.

Muncul ide bagus di benak dinda untuk menginjak kaki erland. Dinda pun melakukannya.

"Awwww--" Ringis erland melepaskan tangannya dari pinggang dinda

"Rasain lo. Makanya jangan macem macem sama gue" Ucap dinda. Dinda pun bergegas menjauh dari erland.

"Berani keluar kelas gue cium lo" Sahut erland membuat Dinda membeku.

Beberapa saat kemudian dinda angkat bicara. "Ngomong apa lo tadi?" Tanya dinda memutar badannya menghadap erland.

"Kalau lo mau lunasin hutang lo, sekarang traktir gue makan di kantin. Dan gue anggep total dikantin itu cicilan utang lo" Ucap Erland mengabaikan pertanyaan dinda.

"Tapi duit gue cuma 20.000 Pasti makanan yang lo beli ntar mahal mahal deh" Balas dinda kecewa.

"Anak dari seorang aditya mahesa uang jajannya cuma 20.000 ga salah gue?" Tanya erland sinis.

"Berapa kali sih gue harus bilang kalau gue bukan anak dari aditya mahesa" Sahut dinda kesal.

"Yaudah traktir gue buruan" Erland menarik tangan dinda kasar. Dinda hanya bisa pasrah menurutinya.

*****
"Karena gue masih peduli dan baik hati sama lo, Gue pesen makanan kesukaan gue aja deh." Ucap erland memecah kegeningan suasana. Dinda hanya diam saja.

"Bu runi, saya pesen nasi tumis kangkung 2 porsi sama Es teh manisnya 2 ya" Pesan erland pada penjual makanan itu.

"2 porsi? buat lo semua?" Tanya dinda kaget.

"Yang satunya buat lo lah" Balas erland dengan entengnya.

"Maaf mas, tumis kangkungnya tingal satu porsi setengah" Ucap bu runi mengabarkan.

"Yaudah buk jadiin satu aja, tapi sendoknya 2 ya" Balas erland dan diangguki oleh bu runi.

Erland pun mengajak dinda duduk di kursi  paling belakang.

"Ini mas, makanannya udah jadi" Ucap bu runi sembari memberikan makanan yang telah ia pesan itu.

"Makasih bu" Sahut dinda ramah.

"Buruan makan, keburu gue habisin" ucap erland sinis.

"Bodo amat" Balas dinda acuh tak acuh.

Dinda pun beranjak pergi dari kantin.

"Heh mau kemana lo?" tanya erland

"Serah gue, mau kemana aja. Kaki kaki gue" Balas dinda ketus.

"Bu runi" Panggil dinda pada bu runi.

"Iyha mbak" Balas bu runi ketika sampai di meja dinda.

"Totalnya berapa semuanya?" tanya dinda sopan.

"Semuanya jadi 15.000 aja neng" Balas bu runi.

Dinda mengeluarkan uang 20.000. Bu runi pun mengambilkan kembaliannya 5000.

"Jadi tuh cewek beneran cuma bawa uang jajan 20.000. Anak seorang aditya mahesa jajan 20.000" Batin erland

"Makasih ya buk" Ucap dinda menyambut kepergian bu runi.

"Berapa tadi totalnya? 15.000. Jadi Hutang lo di gue tinggal 11.985.000" Sahut Erland mengeluarkan Kertas dan pulpen dari dalam kantongnya seragamnya.

"Lo beneran catet hutang gue?" tanya dinda

"Yaiyalah. Yakali duit 12 juta diiklasin gitu aja" balas Erland yang membuat Dinda menepuk jidatnya.

"Gara gara lo, gue pulang jalan kaki" Monolog dinda pelan, tapi masih didengar oleh Erland. Erland hanya tersenyum sinis.

Setelah itu dinda pun pergi meninggalkan kantin.

TO BE CONTINUED...

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang