DUAPULUHENAM

5 2 0
                                    

Pagi ini, Dinda berangkat sendiri tanpa dijemput Erland. Entah kenapa akhir akhir ini, dia selalu kesal pada Erland. Apakah ia cemburu melihat kedekatan Erland dengan sisil? Entahlah.

Dinda turun dari taksi yang ditumpanginya. melangkah memasuki gerbang srkolah. Dilihatnya ke arah parkiran, tapi tidak ada erland di sana. Biasanya, Erland dan sisil sudah ada di parkiran.

"Woiii, Nyariin apa lo?" Tanya seseorang membuat dinda terkejut.

"Anjing lo. Ngapain sih ngagetin gue." Kesal Dinda yang melihat erland cengengesan disampingnya.

"Lagian, lo ngapain celingak celinguk kek orang ilang gitu? Nyariin gue ya?" Tanya Erland kelewat PD. Tapi ya emang bener sih gimana dong?.

"Mana ada gue nyariin lo. Gue cuma nyariin Jihan sama yang laennya kok. Geer banget jadi cowok" Balas dinda sedikit gugup namun mencoba tenang.

"Terus kenapa tadi lo berangkat duluan? Kenapa nggak tungguin gue?" Tanya erland lagi.

"Selagi gue masih bisa berangkat sendiri, gue nggak mau nyusahin orang lain" Balas Dinda kemudian meninggalkan Erland yang masih berdiri mematung.

"Nggak jadi nungguin Jihan, Farhan, sama Angga?" Ucapan erland membuat dinda berhenti dan menoleh padanya.

"Kenapa lo nggak nyebut sisil? Sisil kan juga temen gue. Atau lo tau kalau sisil itu nggak bareng sama mereka bertiga?" Tanya dinda menyelidiki.

"Apaan sih lo, gue tanya gitu karena gue tau lo sama sisil lagi ada masalah. Jadi ya udah" Balas Erland membuat dinda meninggalkannya.

"Lo nggak jadi tungguin mereka?" Tanya Erland lagi.

"Gue mau tungguin di kelas aja. Males disini. Gerah" Balas dinda meninggalkan erland.

"Lo kenapa sih marah marah sama gue? Lo nggak akuin gue sebagai pacar lo?" Tanya Erland membuat dinda mematung.

"Maksud lo?" Dinda masih belum paham juga.

"Kenapa setiap apapun yang gue lakuin selalu salah? Gue salah apa sih sama lo? Atau lo malu deket deket sama cowo berandalan kek gue?" Tanya erland dengan senyum kecut nya.

"Lo ngomong apa sih? Siapa yang bilang lo berandalan?" Tanya dinda balik.

"Karena emang kenyataannya kaya gitu. Gue berandalan, playboy, suka mainin hati cewe. Lo takut jadi korban gue? Din, ada saatnya dimana kita menemukan dan mencintai satu wanita. Dan gue baru ngerasain itu, saat pacaran sama lo" Jelas Erland membuat pipi dinda bersemu.

"Er, gue nggak pernah benci sama lo ataupun nganggep lo berandalan. Tapi gue nggak pernah peduliin itu. Yang gue peduliin, gue nyaman sama lo" Balas dinda membuat erland mati kutu.

"Terus kenapa lo selalu marah marah sama gue?" Tanya Erland lagi

"Dasar cowok nggak peka. Kalau cewek marah marahnya cuma sama lo, berarti dia ngasih perhatian dan kasih sayang dengan cara yang berbeda. Dinda juga marah marahnya cuma sama lo doang kan? Berarti dinda ngasih perhatian ke elo. Cuma caranya yang beda" Timpal angga dari belakang Erland.

"Katanya Playboy. Masa gitu aja nggak peka" tambah farhan.

"Udahlah din, kelas yuk. Biar Angga sama Farhan yang ngajarin Erland tentang kepekaan" Jihan menarik tangan dinda menuju kelas.

"Dinda cewek baik. Jangan bikin dia jadi jahat hanya karena lo sakitin" Farhan menepuk pundak erland.

"Inget. Jadi cowok yang lebih peka. Lo harus tau apa maksud sisil cari perhatian sama lo. Dalam keadaan apapun, jangan pernah mencoba untuk tinggalin dinda. Atau lo bakalan habis sama kita" Ucap angga mengancam. Ia hanya tidak mau sahabatnya sakit hati hanya karena cinta.

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang