DUAPULUH

4 1 0
                                    

Sepasang kekasih memasuki pekarang rumah minimalis milik temannya.

"Gue Ikut masuk ya" pinta erland

"Buat apa?" Tanya dinda bingung

"Ya buat jagain lo lah. Gue nggak mau lo kenapa kenapa" balas erland menjelaskan.

"Erland. Plisss deh jangan berlebihan. Gue cuma maen sama jihan aja nggak lebih. Lagian ini urusan cewek, Ngapain lo ikut" ucap dinda kesal.

"Ya kan aku cuma pengen jagain kamu nggak lebih. emangnya salah ya? aku kan pac-" Ucapan erland terpotong kala dirinya merasakan pelukan dari belakang tubuhnya.

"Erland, Akhirnya ketemu disini. Tadi kemana aja sih aku Wa nggak dibales aku Telfon nggak diangkat" Ucap seseorang dari belakang erland. yang saat ini tengah memeluk erland dari belakang.

"Sisil lepasin gue" Perintah erland. Namun tak dihiraukan oleh sisil

"Kemaren kan kamu janji buat anterin aku ke mall. Kok nggak ditepatin. Mending sekarang aja gimana" Ajak sisil melepaskan pelukannya. Dan saat ini berada di samping kanan erland.

"Sisil, gue mau temenin dinda" Balas erland

"Kamu nggak mau? Yaudah kalau gitu. Aku sendiri aja, Atau...." Sisil melirik dinda yang saat ini mengalihkan pandangannya ke sekeliling.

"Oke gue anterin. Jangan lama lama" Finaly. Erland luruh dengan sisil?

"Kok gitu sih? Lo kan tadi mau nemenin gue" Kesal dinda menatap erland tajam.

"Tadi lo bilang lo nggak mau kan. Katanya urusan cewek. Yaudah lah gue tinggal" Ucap erland tanpa dosa.

"Jahat lo. Emang dasarnya buaya ketemu buaya ya kaya gini" Dumel dinda menyindir.

"Sorry ya dinda, Emang dari kemaren erland udah janji sama gue kok. Maaf kalau ganggu waktu lo berdua. Gue nggak apa apa kok nggak ke mall sama erland" Ucap sisil lesuh

"Nggak usah sil, Gue anter lo aja" Merasa ada yang aneh dengan logat bicara sisil, erland langsung menarik sisil ke arah motornya. Dan memberikan helm kepada sisil.

Sisil mengkode erland untuk memakaikan helm yang dibawa erland. Tanpa melirik dinda, Erland memakaikan helm tersebut.

"Maafin gue dinda" Batin Sisil melirik dinda sekilas.

Erland menjalankan motornya setelah menyadari bahwa sisil telah naik di jok penumpang.

"Din, Lo nggak kesel gitu sama sikapnya sisil yang kegatelan?" tanya jihan yang ada di belakang dinda.

"Kesel sih. Tapi yaudahlah" Balas dinda dengan raut wajah datar.

"Harusnya lo lebih berani lagi sama sisil. Bukan apa apa, Cuma ya lo waspada aja. Sekarang kan jamannya temen makan temen. Emang lo nggak takut itu terjadi di kehidupan lo?" tanya jihan dibalas gelengan oleh dinda.

"Walaupun sisil udah punya angga, Nggak menutup kemungkinan untuk dia cari yang lebih dari angga" Kini Farhan yang menimpali.

"Iyha gue paham maksud kalian. Gue harap apa yang kalian khawatirin nggak terjadi. Dan apa yang kalian bilang tadi, pasti gue akan selalu waspada" Balas dinda dibalas senyuman oleh dua lawan bicaranya.

"Omongan mereka ada benernya. Gue nggak boleh diem aja. Temen bisa makan temen. Apapun alasannya"  Batin dinda

"Yaudah ayo masuk, Tadi buah buahannya udah gue siapin" Ajak jihan dibalas anggukan oleh kedua temannya.

*****
Erland memberhentikan motornya di tepi jalan yang bisa dibilang sepi. Melepaskan helm full face yang ia kenakan, kemudian turun dari motor. Meminta gadis yang ia bonceng turun.

A D I N D A  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang