09

6.8K 865 14
                                    

"Tuan.."

"Mmn.."

"Tuan Vier, bangun.. sudah pagi"

Vier membuka matanya yang masih terasa mengantuk.
"Hoaam..." dia duduk lalu melihat kasur di sampingnya, Roubi sudah tidak ada di dekat Vier.

"Kemana yang mulia ?" Tanya Vier sembari mengucek matanya.

"Yang mulia sudah pergi ke ruang kerjanya, beliau menyuruh saya membangunkan anda saat jam sarapan tiba"

"Hm, terima kasih.. aku mau kembali ke rumah kami"
Vier mengacak pelan rambutnya lalu berjalan keluar dari kamar Roubi.

Pelayan tadi mengelengkan kepalanya, Vier masih sangat kekanakan untuk menjadi seorang selir tapi pelayan bisa memaklumi karena Vier ingin bebas dari keluarganya yang cukup mengekang keinginan Vier selama ini.

Bahkan Vier harus bertengkar dulu dengan ayahnya saat dia mendapat surat undangan ke istana.

Kabar ini sudah bukan rahasia umum lagi, Vier pergi ke istana karena hubungannya dengan keluarganya tidak cukup baik.

.
.

"Pagi" Vier masih merasa mengantuk saat dia tiba di rumah para selir yang masih satu tempat di lingkungan istana.

"Pagi, kamu baru kembali ?" Tanya Tymo yang saat ini tengah menyerup teh paginya bersama roti tawar.

"Hm, tidur bersama yang mulia sangat nyaman.. feromonnya juga membuat ku tenang" Vier membaringkan kepalanya di meja makan dimana Tymo sedang sarapan saat ini.

Melihat Vier datang, pelayan menawarkan susu dan roti karena Vier masih berstatus pelajar jadi dia perlu asupan gizi yang cukup atas perintah Roubi.

Tymo menyerup tehnya.
Dia juga ingin tidur bersama Roubi, dia sedikit kecewa karena gagal memenangkan permainan kemarin.

"Hei kak.." Vier menatap Tymo.

"Hm ? Kenapa ?" Tanya Tymo.

"Aku merasa kagum pada mu"

Tymo tersenyum kaku.
"Ke-kenapa begitu ?"

"Ya, kakak sangat beruntung bisa di pilih langsung sedangkan aku harus berjuang"

Tymo menunduk, dia merasa Roubi hanya memilih acak dan dia kebetulan melihat Tymo.

"Ak-aku tidak tau, aku merasa tidak pantas berada disini.. kalian bangsawan sedangkan aku hanya rakyat biasa" kata Tymo dengan suara pelan.

"Hei.." Vier mengoyang-goyangkan rotinya di depan Tymo.
".. jangan merendah, lihat tubuh itu.." Vier melihat dada kekar juga lengan bidang Tymo.

".. yang mulia menyukai kakak karena kakak tipe alpha yang dia suka"

Mendengar apa yang Vier katakan, Tymo berpikir kata-kata Vier ada benarnya karena keempar selir Roubi punya tubuh yang bagus.

Semburat merah muda terlihat di kedua pipi Tymo.
"Um.." Tymo menyentuh ujung gelasnya.
".. apa aku tipe alpha yang mulia inginkan ? Kamu pikir begitu ?"

Vier terkekeh pelan, Tymo lebih polos dari dirinya padahal usia Tymo lebih tua dari Vier.
"Ya, kita tipe ideal yang paduka raja inginkan.. kakak tau.." Vier mendorong pelan jarinya masuk ke dalam roti.

".. kita juga cukup besar kan ? Satu orang sudah bisa memuaskan yang mulia apa lagi empat"

Deg!
Tymo yang paham langsung menunduk malu.
"Ka-kamu masih muda, tidak sepantasnya bicara begitu"

"Haha.. hei, ini fakta" Vier senang mengerjai Tymo yang sudah dia anggap seperti kakaknya saat ini.

.
.

Bersambung ...

(Tamat ) Selir Sang Raja (ABO 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang