16

5.4K 718 6
                                    

Tymo setia berada di sisi Roubi, Tymo kagum akan keberanian Al saat menentang orang yang punya derajat lebih tinggi darinya tapi mereka tidak bisa berbuat banyak apa bila suatu saat Roubi menginginkan orang lain.

"Apa kamu memikirkan hal yang sama ?" Tanya Roubi yang saat ini berbaring dalam dekapan Tymo.

Tymo mengusap pelan pundak Roubi.
"Ya, semua selir mu punya pikiran yang sama raja ku" jawab Tymo.

Roubi bermain dengan kancing baju Tymo.
"Aku senang kamu tidak merasa gugup lagi saat berdua dengan ku"

Deg!
Tymo baru sadar kalau saat ini hanya ada dia dan Roubi dalam satu kamar.

"Ah! Ak-aku minta maaf yang mulia.. aku tidak bermaksud-Mm!" Roubi menutup mulut Tymo dengan jari telunjuknya lalu mengecup bibir Tymo singkat.

"Temui Al, aku tau dia perlu teman mengobrol sekarang.. " Roubi menjauh dari Tymo lalu turun dari kasurnya.

".. aku harus mandi" Roubi melepas pakaiannya kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

"Hah.." Tymo menghela nafasnya berat.
".. apa yang harus kami bicarakan ?" Tanya Tymo pada dirinya sendiri.

Tapi tetap saja Tymo menemui Al, dia mencari di sekitar istana juga bertanya pada pelayan istana Seadran apakah mereka melihat pria tinggi dengan tubuh kekar.

Mereka melihat Al duduk di pinggir kolam.
Tymo segera menyusul Al dan benar saja Al duduk menatap langit cerah di pagi hari.

Tymo duduk di dekat Al.
"Bagaimana dengan yang mulia ? Dia mengusir mu ?" Tanya Al.

Tymo mengelengkan kepalanya.
"Yang mulia meminta aku menemani mu mengobrol, tapi aku tidak tau apa yang harus kita bicarakan" Tymo tersenyum kaku.

Al hanya diam, dia masih setia menatap langit.
Hampir lima menit keduanya diam, Al membuka topik pembicaraan.

"Apa yang kamu pikirkan kalau yang mulia menambah orang baru lagi ?"

"Hm ?" Tymo menatap Al, dia tidak mengerti apa yang Al katakan.

"Mungkin .." mata Al terlihat sendu.
".. kita hanya pengobat rasa kesepiannya, dan cinta yang dia nanti selama ini hanya ada disini"

Tymo meremas pelan celananya.
"Ja-jangan berpikir negatif dulu, mungkin saja yang mulia tidak enak menolak undangan raja Seadran"

Al tersenyum paksa.
"Aku tidak berpikir negatif, kau tau.." Al menatap Tymo.

".. sebelum kalian datang, aku berpikir hanya ada kami berdua.. tapi lihat apa yang terjadi ? Sekarang menjadi kita"

Tymo semakin kuat meremas celananya.
"Hei Al.. sejujurnya, apa kamu benar-benar tidak keberatan kami hadir ? Kami tidur bersama orang yang kamu cintai.. apa kamu tidak marah saat melihat kami menyentuh yang mulia ?"

Al menghela nafasnya berat.
"Apa yang bisa ku lakukan ? Dia lah rajanya dan aku hanya selir" senyum terukir di bibir Al.

Tymo tidak bisa berkata-kata lagi.

Tymo tau, kata-kata Al bermakna sangat dalam dimana dia tidak bisa berbuat banyak saat Roubi berkehendak..

Tidak..

Bukan hanya Al.. tapi semua orang yang ada di bawah kekuasaan Roubi.

Tidak bisa menolak titah dari raja mereka.

.
.

Bersambung ...

(Tamat ) Selir Sang Raja (ABO 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang