Pagi itu, Salma sudah ada di sekolahan. Ia duduk di bangkunya sambil melihat-lihat sekelilingnya, belum semua siswa berangkat. Di kelas, hanya ada beberapa siswa saja.
Billy datang. Salma hanya menatap Billy. Tepat pada saat Billy menatapnya sekilas.
Tetapi tidak ada kehangatan di mata Billy. Tidak ada kelembutan. Mata Billy bersorot dingin. Dia masih bersikap acuh. Billy langsung menaruh tasnya dan duduk di bangkunya.Salma berfikir sejenak, perasaannya mulai tidak enak, wajahnya tampak cemas, entah ia mencemaskan apa. Seperti ada firasat tidak enak.
"Ah, mungkin hanya perasaanku saja," batin Salma.Vira datang ke kelas untuk menemui Amel. Vira melihat ke arah Salma dan ke arah Billy.
"Gue bilang enggak ya...tentang rencana itu." batin Vira
Amel menatapnya tajam, membuat Vira merasa takut.
"Kalau kamu sampai berani bilang soal rencana itu, awas aja." bisik Amel.
••••
Bel masuk sekolah berbunyi. Bu Siti (Guru matematika) masuk ke kelas membawa setumpuk kertas.
"Pagi, anak-anak." sapa Bu Siti."Pagi, Bu." semua anak menjawab.
"Hari ini ulangan matematika," kata Bu Siti.
"Ulangan matematika? Kok dadakan sih, Bu?" tanya Rafi.
"Iya, Bu. Saya kan belum belajar." lanjut Ahmad.
"Eitsss...itu tidak bisa dijadikan alasan. Pokoknya hari ini ulangan!" ucap Bu Siti.
Sebagian siswa tampak pasrah, sebagian lagi gelisah karena belum belajar.
"Siapa ketua kelasnya?" tanya Bu Siti.
"Saya, Bu." billy mengangkat tangan.
"Ini bagikan kertas ulangan ke semua," ucap Bu Siti.
"Baik.." ucap Billy. Billy mulai memberikan kertas ulangan pada masing-masing siswa.
••••
Kelas sunyi sepi. Kadang-kadang terdengar decak bibir-bibir yang bertautan. Soal-soal yang diberikan memang cukup sulit, biarpun berbentuk pilihan ganda."Dikerjakan sendiri-sendiri!" suara Bu Siti menggelar. Membuat jantung murid-muridnya hampir copot.
Beberapa menit sebelum waktu ujian habis, sekarang lah saatnya. Bibir-bibir yang tadinya tidak berani berkutik, mulai nekat. Saling memberi kode.
Morgan hanya melihat kertasnya masih kosong melompong. Dia memang tak siap. Beberapa kali Morgan menoleh ke kanan dan ke kiri. Otaknya kosong seperti lembar jawaban di mejanya.
Sesekali Morgan juga melihat ke belakang, ke arah Salma. Salma menutupi lembar jawaban dengan tangannya.
"Apa lo liat liat? Mau nyontek?" bisik Salma.
"Ayo anak-anak kerjakan soalnya sendiri!" bentak Bu Siti Galak. "Yang sudah selesai, bisa istirahat ke luar, kertasnya tinggalkan di meja jangan lupa di balik!"
Tetapi belum ada yang keluar. Biarpun ada beberapa siswa yang selesai, tapi mereka masih ragu-ragu.
Ahmad baru menjawab setengah soal, itu saja banyak yang di awur. Rasanya otaknya ingin meledak. Mukanya pucat, Keringatnya mengalir seperti banjir bandang. Sering kali matanya melihat jam, melihat waktu yang tersisa.
"Waktu habis, kumpulkan!" ucap Bu Siti.
Semua siswa menyerahkan jawabannya, yang belum selesai hanya bisa pasrah, sudah tidak ada harapan nilainya akan bagus.
Setelah itu mereka keluar, istirahat.••••
Salma tengah duduk di bangku taman, tepatnya di bawah pohon yang rindang. Raut wajahnya seperti orang berfikir, entah mengapa firasat tidak entak itu semakim ia rasakan. Apakah akan terjadi peristiwa besar? ia bertanya-tanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/270864824-288-k563320.jpg)