Bagian Tiga

3.1K 578 93
                                    

Syifa terbangun seorang diri di kamar. Matanya mengerjab berulang kali demi memastikan ia tidak salah kamar. Sepertinya kamarnya tidak seindah ini. Tapi tunggu, bukankah hari ini adalah hari kedua dirinya resmi menjadi istri sah dari Haikal Nata Kusuma. Ya benar. Ini adalah kamar pemgantinnya, kamar yang sudah disulap sedemikian indah untuknya.

Syifa mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, kemanakah suaminya pergi? Kenapa ia sampai tak tahu jika ada pergerakan di kamar ini. Sebegitu lelahkah dirinya hingga ia tak mendengar atau merasakan jika suaminya telah menghilang dari kamar pengantinnya.

Suara gagang pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Syifa. Sosok gagah suaminya muncul dari balik benda persegi itu. Pria itu mengulas senyum teduhnya lalu berjalan mendekati ranjang dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang menghadap Syifa yang sudah bersandar di kepala ranjang.

"Maaf, aku nggak bangunin kamu, Dek. Kamu kelihatan capek banget. Lagipula kamu kan nggak sholat. Jadi tadi subuh aku ikut ayah ke masjid." Penjelasan Ical seketika membuat garis bibir Syifa tertarik. Dadanya berdebar dengan menyenangkan. Sepagi ini sudah disuguhi pemandangan indah dari wajah suaminya. Ditambah lagi perhatian kecil pria itu yang makin menyempurnakan paginya.

"Aku yang minta maaf, seharusnya aku bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan keperluanmu, Mas." Syifa menjawab kikuk. "Ini kan hari pertama kita bersama," lanjutnya.

Senyuman lagi-lagi terukir dari bibir pria di hadapannya. Membuat Syifa merona.

"Nggak apa-apa. Kan masih ada besok. Kamu bisa melakukannya lain waktu," jawab Ical sambil mengusap pucuk kepala Syifa yang makin membuat Syifa kalang kabut. Jika tidak terbelit rasa malu, mungkin ia sudah melompat menghambur pada sosok di depannya ini. Ah, mungkin besok atau lusa ia akan mendapatkan pelukan hangat pria ini.

"Aku ke kamar mandi dulu ya, Mas."

"Silakan. Aku tunggu di luar ya, sekalian menemani ayah ngobrol."

Syifa mengangguk. Ia bergegas keluar kamar menuju kamar mandi diikuti Ical yang hendak menemani ayah Syifa, menikmati kopi di pagi hari sambil berbincang hangat demi mengakrabkan diri pada keluarga barunya.

Waktu bergulir dengan begitu cepat, beberapa hari kemudian Syifa dan Ical meninggalkan rumah Syifa. Mereka memang akan tinggal di rumah Ical. Mungkin sesekali mereka akan menginap di rumah Syifa, di akhir pekan atau di hari lain saat Syifa merindukan orang tuanya.

Sambutan hangat Syifa rasakan begitu kakinya menginjak rumah sang suami. Ibu mertuanya, Laily menyambutnya dengan pelukan hangat lalu menggiring masuk anak dan menantunya.

"Barang-barangnya biar bibi aja yang beresin. Kamu sudah makan kan, Fa?" Laily bertanya sambil menuntun menantunya menuju meja makan.

"Sudah tadi, Bu."

"Wah sayang sekali, padahal ibu masak banyak. Ada Kaldu Kokot¹, Soto Babat, juga Tajin Rojek²." Laily tak menutupi kekecewaannya membuat Syifa seketika merasa bersalah.

"Wah banyak banget Ibu masaknya. Ya sudah saya sarapan lagi kalau gitu, Bu. Tapi sedikit saja nggak apa-apa kan?" Syifa mencoba menawar. Untungnya Laily mengiyakan.

"Nggak apa-apa meskipun sedikit yang penting kamu makan. Oh ya, kamu mau makan yang mana?"

"Mungkin Tajin Rojek pilihan yang pas. Pagi-pagi makan bubur dengan sayur pasti nikmat."

Senyum Laily terukir wanita itu menyuruh salah satu asisten rumah tangganya menyiapkan sarapan untuk Syifa. Sedangkan Ical memilih menikmati poka'³ hangat dengan singkong rebus lengkap dengan sambal petis ikan.

Satu jam berikutnya Syifa akhirnya memasuki kamar Ical. Kamar yang juga menjadi kamarnya saat ini. Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan. Kesan pertama yang ia tangkap sudah pasti luas. Bagaimana tidak luas jika kamar suaminya itu beberapa kali lipat lebih besar dari kamarnya. Ical juga menunjukkan bagian-bagian kamar itu. Kamar mandi yang ada di sudut ruangan, ruang penyimpanan baju juga kebutuhan pribadinya, termasuk juga meja rias yang menurut penjelasan Ical sebelumnya tidak ada di kamar itu.

"Kamu kalau capek baju-bajunya biar dirapikan bibi aja." Ical berkata sambil meraih pengisi daya di salah satu laci nakas di sebelah tempat tidurnya. Pria itu lalu mengisi ponselnya yang sudah kehabisan daya.

"Enggak apa-apa, Mas. Cuma nata baju kok. Enggak mungkin capek." Syifa berjalan menuju ruang penyimpanan baju. Mulai membuka koper yang terisi baju-bajunya. Sedangkan baju Ical yang tersimpan di travel bag yang tak terlalu besar juga ia pindahkan.

"Nanti sore kita mulai berkunjung ke rumah saudara-saudara ayah dan ibu ya? Kamu enggak capek kan, Dek?"

Syifa mengalihkan pandangannya dari tumpukan baju di lemari di depannya. Senyum melebar sebelum mengangguk. "Iya, Mas. Semakin cepat semakin baik."

Syifa sebenarnya juga sudah tidak sabar ingin lebih dalam mengenal keluarga besar suaminya. Dalam tradisi keluarganya, sepasang pengantin baru setelah melangsungkan pernikahan biasanya akan mengunjungi seluruh keluarga besar mereka berdua yang disebut Pangantan Maen. Hal yang sudah Syifa nanti karena selama ini ia hanya mengenal keluarga Ical saja karena ayahnya diberikan kepercayaan oleh ayah Ical untuk mengelola salah satu tambak yang kebetulan tak terurus.

Hingga saat inipun ia masih tak sepenuhnya percaya. Dirinya sudah menjadi menantu di keluarga Ical, dari yang ia awalnya hanyalah anak dari salah satu pekerja di keluarga ini kini sudah berganti menjadi menantu. Kisah Cinderella ternyata bisa terwujud di dunia nyata dan itu terjadi pada dirinya.

Saat hari beranjak sore, Syifa sudah bersiap. Suaminya sudah mengatakan jika lima menit lagi ia akan berangkat mengunjungi keluarga ayahnya. Rumah sang kakek yang menjadi tujuan pertama mereka.

Debar menyenangkan semakin ia rasakan kala Ical memacu mobil meninggalkan rumahnya. Ini semua masih belum sepenuhnya membuat ia percaya. Perlahan namun pasti eksistensi dirinya di keluarga Ical semakin diakui. Semua orang akan tahu jika dirinyalah wanita istimewa yang telah dipilih Ical untuk mendampingi hidupnya.

Gayung bersambut, jadi selama ini suaminya juga diam-diam memperhatikan dirinya makanya pria itu pada akhirnya melamar. Benar-benar sempurna. Tak akan habis rasa syukurnya atas anugerah yang ia terima sejauh ini.

###

1. Kaldu Kokot = Kaldu Kikil. Makanan khas Sumenep yang terbuat dari kacang hijau dan kikil sapi/kaki sapi.

 Makanan khas Sumenep yang terbuat dari kacang hijau dan kikil sapi/kaki sapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Tajin Rojek = Bubur rujak/bubur dengan toping kangkung, taoge rebus, tahu goreng iris, mentimun, dan sayur pelengkap rujak yang disiram dengan bumbu rujak. Jika rujak pada umumnya menggunakan lontong maka di sini lontong diganti bubur.

3. Poka' = Minuman dari gula jawa, jahe, kayu manis, cengkeh dan beberapa rempah lainnya.

###
Cepet kan updatenya? Doain lancar terus n no macet-macet lagi yes. Oh ya, Yg biasa main ke Dreame/Innovel. Aku ngajak2 lagi nih. Yuk, mampir ke akunku Nia Andhika. Ada 4 cerita tamat di sana. KELAM, PART TIME, SERPIHAN RINDU, & UPGRADE. Jangan lupa follow n tap love ya.

Oh ya. Misal aku mau pindahin satu atau dua cerita ke dreame/innovel. Teman2 kira2 mau yg mana tuh? Ini Survey ya. Krn aku berencana pindahin ceritaku ke sana.

Jodoh Yang (Tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang