Bagian Dua Puluh Tiga

2.1K 447 37
                                    

Hollaa... Lama banget ya lapak ini gak tayang. Pada lupa sama ceritanya? Wkwkkwkw.... Versi lengkap bisa diakses di Karya karsa Nia Andhika ya. Termasuk lapak Pita, Cintaku terhalang stratamu.

Happy reading & jangan lupa tinggalin jejak.

###

"Mas."

"Aku masih butuh waktu. Aku juga sedang berusaha. Aku tidak mau menyakitimu lagi."

Cairan bening di mata Syifa akhirnya meluncur turun. Begitu beratkah mengalihkan hati suaminya dari gadis itu? Sejauh apa hubungan mereka hingga suaminya tak mampu menghapus nama gadis itu dari kepala dan hatinya.

Apakah karena rupa cantiknya? Gadis itu terlihat begitu sempurna. Memiliki kecantikan luar biasa yang membuat siapa saja tak bosan memandangnya. Begitu juga dengan tubuh semampainya. Meskipun tidak bisa dikatakan terlalu tinggi namun gadis itu memiliki tubuh yang begitu indah ditunjang dengan kulit kuning langsat yang menawan. Tidak seperti dirinya yang cenderung bertubuh kecil dengan kulit sedikit kecoklatan. Gadis itu juga terlihat makin bersinar kala nada ceria di setiap ucapannya keluar. Benar-benar sempurna, dan tentu saja tak sebanding dengan dirinya.

"Maafkan aku. Kamu mau kan memberiku kesempatan?" Ical seketika didera rasa bersalah. Hanya permintaan maaf yang bisa ia lontarkan sedangkan hatinya juga masih belum benar-benar ia kuasai. Seandainya bisa ia ingin menghapus nama itu dari hati dan kepalanya, namun tentu saja kenyataan tak semudah keinginan. Apalagi akhir-akhir ini nama gadis itu sering kali ia dengar dari adiknya, bahkan kemarin ia sempat bertemu dengannya. Benar-benar cobaan.

Bisa saja Ical mengambil kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya. Ia sudah menikah dan ada istri yang siap melayaninya kapan saja, namun tentu tak adil jika saat ia menyentuh istrinya, yang muncul di kepalanya justru gadis itu. Ia masih berusaha waras dan bertindak adil untuk Syifa.

"Aku enggak tahu, Mas. Entah aku bisa atau tidak memaafkan kamu. Hingga detik ini aku masih berusaha mengikuti apapun maumu. Entah nanti. Aku akan kuat atau tidak." Hanya kalimat itu yang Shifa ucapkan setelahnya, wanita itu membalikkan tubuh lalu bersiap tidur. Bukan tidur sebenarnya, namun hanya memejamkan mata meresapi sakit hatinya.

***
Satu minggu berlalu dengan begitu cepat. Hari pertunangan Dian telah tiba. Hari yang menjadi momok bagi Syifa karena ia tahu, gadis bernama Pitaloka itu dikabarkan akan menghadiri acara pertunangan adik iparnya. Syifa sudah menguatkan hati, ia sudah siap. Sangat siap.

Berkali-kali ia memberikan kesempatan pada Ical, kali ini ia akan melihat apa Ical benar-benar akan membuktikan ucapan dan janji-janjinya. Jika pria itu tak mampu lalu ia harus bagaimana?

Meninggalkan Ical? Sebenarnya cara itulah yang paling mudah untuk mengobati sakit hatinya. Namun apa ia bisa? Berdekatan hingga pada akhirnya menjadi istri Ical adalah impian yang berubah nyata baginya. Kini saat mimpi itu terwujud apa ia rela melepaskannya? Karena hingga detik inipun rasa cintanya tak pernah berkurang sedikitpun untuk pria itu.

Bodoh! Ia tahu dirinya begitu bodoh. Tapi mau bagaimana lagi. Tak ada yang bisa mengatur kepada siapa kita bisa jatuh cinta dan begitu mendamba.

"Fa, kalau sudah selesai langsung ke depan ya. Nanti kamu juga ikut menyambut tamu." Suara Laily terdengar saat Syifa menaiki tangga menuju kamar. Wajahnya sudah terpoles mekap. Tubuhnya juga sudah terbalut kebaya modern berwarna magenta yang begitu cantik, serasi dengan hijab yang ia kenakan. Kini ia akan mengambil ponselnya di kamar karena sejak tadi sore ia tak menyentuh benda itu sama sekali. Ia khawatir ada pesan penting yang masuk ke ponselnya.

"Iya, Bu. Saya cuma ambil ponsel saja kok. Setelah ini saya turun." Setelah mendapatkan jawaban dari ibu mertuanya, Syifa bergegas menaiki tangga. Tak butuh waktu lama ia sudah kembali ke ruang tamu yang sudah dihias dengan begitu indah. Tak hanya ruang tamu sebenarnya, tapi juga teras dan ruang keluarga. Namun karena acara lamaran itu akan ditempatkan di ruang tamu, jadi ruangan itu lebih dipercantik dari pada ruang keluarga.

Jodoh Yang (Tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang