Sebelum baca jangan lupa tap love ya. Happy reading n semoga kita dan keluarga selalu sehat n bahagia.
###
Entah berapa lama Syifa larut dalam cumbuan suaminya hingga pada akhirnya tautan bibir mereka terlepas. Meninggalkan dirinya yang terengah. Kepalanya pening. Sekujur tubuhnya juga gemetar hebat. Ciuman Ical benar-benar luar biasa. Saat napasnya kembali normal, Syifa menengadah. Memandang wajah suaminya yang jauh lebih tinggi dari tubuh mungil yang ia miliki.
Ada gurat yang ... Entah bagaimana Syifa menyebutnya. Gurat aneh juga asing di mata Syifa namun sesaat kemudian raut sang suami berubah. Wajah ramah itu kembali muncul. Senyuman lebar yang khas menghiasi wajah tampan itu.
"Pelan-pelan saja ya, Dek. Kita butuh waktu untuk saling terbiasa." Syifa mengerutkan kening tak paham. Apa maksud dari ucapan suaminya barusan?
"Ayo aku temani kamu tidur." Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Syifa menurut saat Ical menggiring tubuhnya menuju ranjang. Pria itu bahkan membentangkan selimut di atas tubuh Syifa lalu mengatur pendingin ruangan yang sesuai untuk istrinya.
Saat Ical bergerak menjauh Syifa yang masih duduk bersandar di kepala ranjang seketika meraih jemari sang suami. "Mas jadi keluar?"
Tak ada jawaban. Ical hanya memandang istrinya lekat. Lalu detik berikutnya pria itu mengangguk. "Maaf ya, Dek. Kamu tidur aja ya. Aku keluar kalau kamu sudah tidur."
Syifa menggeleng. Sedikit kecewa dengan keputusan suaminya. Ia kira mereka sudah sepakat untuk melangkah ke hal yang lebih dalam. Namun ternyata hanya sampai di situ saja. Ia kira Ical akan membatalkan rencananya keluar dan lebih memilih untuk menemaninya.
"Aku masih belum mengantuk. Lebih baik Mas berangkat sekarang biar pulangnya tidak terlalu malam." Keputusan itulah yang akhirnya Syifa berikan meskipun berat.
"Beneran enggak apa-apa aku tinggal?" Ical bertanya tak yakin.
Syifa mengangguk, "Aku akan baik-baik saja."
"Makasih, Dek. Cepat tidur ya. Jangan menungguku." Dengan kalimat itu Ical akhirnya keluar kamar. Meninggalkan Syifa sendirian di kamar luasnya yang terasa begitu asing.
Syifa mendesah keras. Merebahkan diri di kasur empuk luas itu. Pantaskah jika ia kecewa? Ia pikir mereka akan ---. Lupakan! Setidaknya sudah ada perkembangan signifikan pada hubungannya dengan Ical. Pria itu tadi sudah mulai menciumnya. Hal yang sebelumnya belum pernah Ical lakukan meskipun pernikahan mereka sudah berjalan lebih dari seminggu.
Timbul satu tanya. Apa Ical masih berpikir jika ia masih mendapatkan periode bulanannya? Hei! Kenapa hal itu baru terpikirkan oleh Syifa? Benar! Pasti pria itu berpikir dirinya masih mendapatkan periode bulanan hingga akhirnya tak berani menyentuhnya lebih jauh. Ya, sepertinya ia harus membicarakan hal itu kepada Ical. Sehingga suaminya tak perlu menghindarinya lagi.
Setidaknya kini rasa tak nyaman yang sempat muncul di hatinya beberapa saat yang lalu sudah mulai berkurang. Ia hanya cukup bersabar saja. Tak semua hal akan berjalan sesuai dengan keinginannya. Semuanya butuh proses termasuk kedekatan dengan suaminya. Mereka sebelumnya tidak pernah menjalani hubungan seperti kebanyakan pasangan pada umumnya. Mereka tak saling mengenal. Hanya Ical yang tak mengenal Syifa lebih tepatnya. Seharusnya Syifa bersyukur meskipun tidak saling mengenal namun sejauh ini hubungan mereka perlahan sudah mulai dekat.
***
Pagi hari Syifa terbangun saat merasakan kandung kemihnya telah penuh. Ia harus ke kamar mandi. Saat bangkit itulah ia sadar jika ia tidak berada di kamar di rumahnya. Ia berada di kamar suaminya. Kamar mereka lebih tepatnya karena ia adalah istri dari pria pemilik kamar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Yang (Tak) Sempurna
RomanceSempurna, adalah kata yang bisa melukiskan perasaan Syifa saat pria yang sejak bertahun-tahun lalu hanya mampu ia kagumi dari kejauhan saja pada akhirnya menjadi suaminya. Namun, kesempurnaan yang Syifa rasakan ternyata hanya sekejab mata. Alasan di...