Bagian Enam Belas

2.8K 586 44
                                    

Teman-teman pembaca Beautiful Disaster (Rima-Pras-Pak Pram) ekstra part 1 sudah tayang di KBM Nia_Andhika ya. Akan ada 3 ekstra part yang sebelumnya hanya tersedia di versi cetak saja. Oh, ya bagi yang pengin pelukin 3 buku terbitan lotus publisher (Kejar Tenggat, Siap, Pak!, dan Beautiful Disaster) teman2 bisa pesan melalui shopee grassmedia official ya. Ready stok tanpa nunggu2.

###

Ical pias. Dipejamkan matanya sejenak demi meredam kalimat yang ia khawatirkan akan semakin menyakiti istrinya.

"Maafkan aku, Dek. Kita masih butuh waktu."

"Jangan ucapkan kata maaf lagi. Aku sudah bosan. Lagi pula bukan kita  yang butuh waktu tapi kamu." Syifa menutup pembicaraan. Tak sanggup lagi mendengar pembelaan Ical yang semakin menyakiti hatinya. Semakin suaminya jujur makin terluka dirinya. Kenyataan jika ia tidak seberharga itu untuk dinikahi semakin menusuknya.

"Aku mau istirahat. Jangan ganggu aku. Aku butuh waktu untuk sendiri," ucap Syifa saat Ical hendak membuka mulut untuk pembelaannya.

"Baiklah," desah Ical pasrah. "Pikirkan baik-baik, Dek. Perlu kamu ingat, aku tidak pernah bermain-main dengan pernikahan kita. Niatku baik. Aku harap kamu mau mengerti." Setelah mengucapkan kalimat itu Ical meninggalkan Syifa di kamar. Ia tak ingin memicu pertengkaran yang lebih besar lagi. Nanti, jika Syifa sudah lebih tenang, ia akan mencoba memberikan penjelasan kepada istrinya itu. Saat ini ia perlu mendinginkan kepalanya juga.

Sebelumnya ia tak mengira jika hal ini akan terjadi. Saat ia dan orang tuanya mengutarakan niat untuk melamar Syifa kepada ayahnya, pria itu tak keberatan meskipun sudah mengetahui kabar berakhirnya hubungan Ical dengan calon tunangannya itu. Pria itu berpesan untuk membahagiakan Syifa. Hanya itu. Hal yang sudah pasti menjadi tujuan Ical saat ia akhirnya menikahi Syifa, namun semua itu ternyata tak mudah. Bayangan gadis yang telah mengecewakannya itu tak bisa begitu saja lenyap dari benaknya.

Gadis ceria dengan sejuta pesona. Ah seandainya hati gadis itu tak terbagi untuk pria lain yang adalah orang yang sudah ia anggap saudara sendiri, tentu hal itu tak begitu menyakitkan.

***
"Syifa mana? Kok enggak turun makan." Laily bertanya saat ia hendak menikmati makan malamnya. Ical dan si bungsu Dian telah duduk di meja makan di hadapan wanita itu.

"Tidur, Bu," jawab Ical pendek.

"Loh? Enggak biasanya dia tidur jam segini."

"Makanya dia tidur biar biasa." Ical makin terdengar menyebalkan.

"Kalian masih bertengkar?"

Tak ada sahutan dari Ical. Laily seketika meletakkan sendok dan garpu di tangannya. Dipandangnya putra keduanya itu lekat.

"Kalian baru sebulan menikah tapi kok sudah tengkar. Ibu pikir kalian sudah baikan karena ibu lihat Syifa sudah mau tersenyum lagi. Tadi pagi dia juga bersemangat menyiapkan sarapan."

Tak ada jawaban dari Ical. Pria itu menekuri isi piringnya yang sudah nyaris habis.

"Cal!?"

"Makan dulu, Bu. Ayah juga. Kita perlu tenaga untuk bahas masalah ini."

Kedua orang tua Ical saling pandang namun mengikuti permintaan sang anak. Menikmati makan malam mereka, Dian justru abai pada keadan di sekitarnya. Gadis itu tak merespons apapun. Namun saat semua ornag menyelesaikan makan malam mereka menyisakan dirinya sendirian yang masih mengunyah mau tak mau Dian turut serta mendengar penjelasan kakaknya.

"Tadi siang Syifa lihat undangan dan souvenir di gudang. Dia kebetulan melihat pak Sobri membakar undangan di belakang lalu memeriksa gudang."

Tanpa perlu dijelaskan undangan siapa yang Syifa lihat, semua orang di ruangan itu sudah tahu.

Jodoh Yang (Tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang