Tinggal satu bab lagi yg dipublish di wp. Teman2 bisa intip2 bab2 berikutnya di karya karsa dan KBM.
###
"Kamu mau nginep ya, Fa, Kok bawa tas agak besar?" tanya Laily saat ia mengantarkan menantunya itu sampai di carport rumahnya. Wanita itu melihat putranya yang memasukkan travel bag ke dalam bagasi beserta beberapa kotak berisi oleh-oleh untuk orang tua Syifa yang telah Laily siapkan dengan kalang kabut beberapa saat yang lalu. Syifa sempat terenyuh akan sikap ibu mertuanya yang begitu kerepotan menyiapkan oleh-oleh yang hendak ia bawa. Beberapa kue basah yang kebetulan adalah kesukaan ayah Syifa telah Laily belikan. Entah bagaimana ibu mertuanya itu sampai bisa tahu kue kesukaan ayahnya. Apa mungkin karena saking lamanya ayah Syifa bekerja di keluarga ini? Hal yang paling masuk akal bagi Syifa karena ayahnya dan kedua mertua Syifa memang selalu terlihat akrab.
"Iya, Bu. Syifa sudah kangen sama ibu di rumah," jawab Syifa pelan berharap ibu mertuanya tidak menangkap keganjilan dari sikapnya dan Ical.
"Duh, jangan lama-lama, Fa. sehari atau dua hari saja. Ibu di sini enggak ada temannya. Dian sekarang sudah lebih sering keluar." Kalimat itu membuat Syifa merasa bersalah. Apa benar wanita itu benar-benar mengharapkan kepulangannya? Bagaimana jika seandainya ia tidak akan pernah kembali ke rumah ini?
"Iya, Bu. Saya usahakan." Hanya itu yang bisa Syifa ucapkan. Terlalu banyak berbicara berarti akan terlalu banyak kebohongan. Saat ini ia sedang menata hati. Memikirkan langkah terbaik yang akan ia ambil yang semoga saja akan membawanya pada kebahagiaan. Bukan kekecewaan lagi. Setelah berpesan banyak hal akhirnya Laily melepas kepergian sang menantu.
Di lima menit perjalanan mereka, tak ada siapapun yang membuka mulut. Syifa bungkam karena masih memikirkan sikap mertuanya saat melepasnya tadi sedangkan Ical tak berniat mengganggu Syifa yang terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kamu sudah bilang ayah atau ibu kalau sekarang pulang?" Akhirnya Ical yang membuka mulut sepuluh menit kemudian. Ia perlu memastikan jika mertuanya tidak terkejut dengan kedatangan Syifa yang tiba-tiba.
Gelengan terlihat saat Ical menolehkan kepalanya sekilas. "Kamu lihat ibu tadi kan? Bagaimana perasaannya jika tahu tujuan kamu pulang saat ini? Apalagi kekagetan ayah dan ibumu nanti. Aku tahu aku salah. Tapi aku selalu berusaha untuk tidak menyakitimu meskipun hal itu ternyata masih belum bisa ku lakukan. Setidaknya aku akan berusaha lebih keras lagi."
"Lakukan saja apapun yang kamu inginkan, Mas. Tidak akan berpengaruh apapun kepadaku. Toh ujung-ujungnya aku yang tersakiti karena terlalu banyak berharap."
Desahan terdengar di telinga Syifa. Suaminya sepertinya nyaris putus asa menghadapinya. Bagus, karena dirinya pun juga merasakan hal yang sama. Ia putus asa menghadapi sifat dan sikap Ical yang begitu sulit untuk ditebak.
Obrolan itu akhirnya berhenti padahal baru dimulai. Mereka saling mengunci mulut di sisa perjalanan mereka hingga perjalanan ke rumah Syifa hanya tinggal tak lebih dari sepuluh menit saja. Ical tak ingin perjalanan mereka diwarnai adu pendapat pun demikian dengan Syifa yang lebih betah menatap pemandangan hamparan kebiruan lautan yang tersaji di salah salah satu sisi jendela mobil. Hal yang paling tepat ia gunakan sebagai pengalihan.
Dulu, saat ia belum mengenal apa itu jatuh cinta ia selalu bersuka cita saat ada yang mengajaknya bermain dipantai. Deburan ombak yang menghantam tubuhnya seolah-olah mampu meluruhkan semua letih juga kerumitan otaknya. Ia juga tak segan membuntuti sang ayah yang sibuk mengurus tambak keluarga mertuanya. Ia tak takut pada matahari yang menyengat kulit. Membuat kulitnya yang memang bukan kulit kuning langsat makin terlihat kecoklatan akibat terlalu sering terpanggang sinar matahari.
Ayah, ibu, juga sepupu kesayangannya mengatakan dirinya berwajah manis. Dan kata manis selalu bersanding dengan hitam. Begitu yang banyak orang katakan. Ya, Syifa si hitam manis. Ia cukup menyukai sebutan itu. Namun, saat kehidupannya berubah dan melihat betapa mempesonanya mantan tunangan sang suami yang masih begitu pria itu cintai, semua rasa bangga dan percaya diri itu lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Yang (Tak) Sempurna
RomanceSempurna, adalah kata yang bisa melukiskan perasaan Syifa saat pria yang sejak bertahun-tahun lalu hanya mampu ia kagumi dari kejauhan saja pada akhirnya menjadi suaminya. Namun, kesempurnaan yang Syifa rasakan ternyata hanya sekejab mata. Alasan di...