Pagi itu salah seorang wali kelas datang memasuki kelas XI Sains Inovatif bersama salah seorang murid yang sudah terkenal di sekolah tersebut.
Dali, Yasmin, Rabu dan Sabtu seketika terperangah. "Adrial?" ucap Dali.
"Anak-anak, mulai hari ini, Adrial Irsyadilah Januar, atau yang kita kenal sebagai Mario... akan turun kelas di kelas ini. Karena ternyata... Adrial ini usianya masih dibawah sebagaimana usia pendidikannya seharusnya" jelas wali kelas tersebut.
Dali tercekat, suka tidak suka dia harus menerima Adrial dengan baik di kelasnya. Toh, dia juga adalah keponakannya sendiri.
"Baiklah, tolong untuk tidak gaduh sampai guru studi kalian datang" ujar wali kelas tersebut. "Selamat pagi"
"Pagi, Bu.." balas para siswa di kelas itu. Dan kelas pun kembali gaduh.
Sementara Adrial bingung untuk duduk dimana, selain pada kursi di samping Dali duduk.
Adrial berjalan sampai di dekat Dali duduk. Dia memperhatikan penjuru kelas dan mencari-cari bangku kosong lainnya. Tapi tidak ada.
"Lu gak mau duduk disamping gua, Yal?" tanya Dali seketika.
Adrial memandang Dali sejenak.
Dali terheran begitu Adrial memandanginya dengan ekspresi yang datar.
"Emang boleh?" tanya Adrial.
"Dih, yaudah sih, duduk duduk aja, Yal" tukas Dali.
"Gua takut lo gak suka"
"Gak suka apa?"
"Gua duduk di deket lo!"
Dali membuang napasnya, "Kalo gua gak suka, ngapain gua nawarin lo duduk disini, Iyal???"
Adrial terdiam seketika.
"Udahlah, Yal! Duduk aja di deket Dali! Kenapa lu jadi parnoan gini sih?" tanya Yasmin.
"Tau lu, Yal! Kayak orang pengen ngentot tapi takut hamil bego lu! Parno!" cetus Sabtu.
"Parnohub!" tandas Rabu.
"Itu pornhub, bege!!!" tukas Sabtu.
"Oh, udah ganti?"
"Dari duluuuuu!!! Ribet lu!"
"Hehe!" Rabu menyengir.
Adrial pun duduk disamping Dali seketika.
"Nah, gitu kan enak dari tadi" tukas Yasmin.
"Lu oke, Adrial?" tanya Dali setelah dia memperhatikan Adrial dengan heran.
Adrial mengangguk.
"Oh, oke"
"Gua suka pas lu manggil gua Iyal!" cetus Adrial seketika pada Dali.
Dali terperangah, memandangi Adrial dengan heran. Sejujurnya, Adrial memang kerap kali membuatnya ilfil, tapi setelah dia tahu bahwa Adrial adalah keponakannya juga. Dali mulai tergugah perlahan. Dan ia tak mau mengacuhkan Adrial dan ketus kepadanya seperti dulu. "Yaudah, kalo gitu gua akan manggil lu dengan sebutan Iyal terus"
Adrial tersenyum merona. "Makasih ya"
"Halah, lebay! Udah ya, gua mau ngerjain tugas dulu, tinggal dua nomor lagi. Lo jangan rese!"
"Iya, Dali" Adrial mengangguk, memperhatikan Dali yang kembali sibuk menulis di bukunya. Dali semakin tampan saat sedang serius.
~
Berbeda dengan Dali, Aidan di kelasnya malah merasa kosong dan hampa. Mengapa tidak, kursi yang biasanya terdapat orang yang ribet dan berisik, kini kosong tak seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
RandomWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...